Sebuah kediaman tradisional, semua dihiasi nuansa kayu yang mengingatkan pada memori lama. Ini benar-benar membangkitkan perasaan nyaman ketika mengunjungi tetua di keluarga.
Dalam ruangan utama itu dihiasi deret bingkai, Sanji melihat pria yang kokoh meski nampak tak lagi muda dengan rambut yang memutih karna usia.
Bisa dilihat dialah kakek Luffy yang dimaksud. Beberapa foto ini mengabadikan bagaimana sang kakek menghabiskan waktu dengan cucunya. Dan terlihat ia adalah orang yang nyentrik dalam pilihan.
Seperti foto ini, dimana Ace memukul buaya dengan Luffy kecil yang nampak terkejut saja alih-alih takut.
Satu ini mereka memakai helai tipis baju ditengah hamparan Salju kompak dalam posisi mengigil.
Satu ini Luffy diikat banyak balon dan terbang Ace berwajah puas. Kesamaan dari semua foto itu sang kakek tertawa riang dengan wajah penuh 'kesenangan'.
Sanji bisa melihat dari mana kegilaan Luffy berasal.
Sanji pernah menerka, bagaimana sosok kakek Luffy mungkin itu seorang elit yang serius dan ketat sebagaimana ia melihat tuan dragon. Namun dalam foto-foto ini mereka nampak sederhana, bahkan Ace dan Luffy tidak terlihat seperti anak dari keluarga kelas atas. Getarannya penuh kesederhanaan. Memakai kaos tanpa lengan dan celana kain.
Namun pasti tetap saja, menghadapi anak dan Cucunya saja sulit, apalagi seorang yang lebih tinggi. Dirinya tidak akan sanggup menanganinya.
Keluarga ini jelas gunung terjal curam yang sulit didaki. Tapi dia kemari bukan untuk mendaki atau mencairkan es dipuncak gunung, ia hanya menurut apa yang Luffy katakan. Berlibur ya berlibur...
Secara tidak langsung ini baik jika orang tua itu tidak ada disini, karna Sanji bahkan tidak diberikan waktu menyiapkan mentalnya.
"Apa kau suka foto?" Suara itu mengagetkan ditengah pikirannya. Seorang wanita tua bersahaja tidak tau kapan datangnya ia sudah berada disebelah Sanji tanpa hawa keberadaan.
Memakai baju tradisional yang polos sederhana, mungkin ia pelayan tapi getarannya kuat dan terkesan terpelajar. Wajahnya tidak menampakan rasa benci, tapi ia tak menyembunyikan roma penilaiannya terhadap Sanji. Cara menatap dirinya seolah iba dan merasa menyedihkan.
Sanji tau, tanpa perlu diingatkan.
"Saya menyukainya" Ucap Sanji dengan menunduk, lalu memberi hormat. "Saya Sanji.. Nyonya?"
"Panggil saja aku tsuru"
"Tsuru-San" Ucap Sanji memberi hormat sopan.
Wanita itu berjalan seolah membimbing, sampai pada sebuah rak. Dia mengambil album besar berwana merah yang cantik. Memberikannya untuk bisa Sanji lihat.
Sanji duduk pada kursi bantal yang disediakan lalu tak lama teh datang di hadapannya dibawakan pelayan lain.
"Terima kasih, maaf merepotkan"
"Hum" Wanita itu memberi senyum tipis, kemungkin beberapa prasangka buruknya padaku mulai memudar.
Sekali lagi ditegaskan, Sanji kemari tidak mencari simpati. Tapi jelas lebih melegakan jika ia tidak disalahpahami.
Jadi secara harfiah, tubuhnya ingin menjelaskan bahwa posisinya bukan apa yang ia paksakan. Dan ia tidak ingin merusak hubungan apapun disini.
Sanji mulai membuka album foto, dan melihat bagaimana Luffy dan Ace tumbuh. Mereka predator-predator kecil yang aktif bersama lebih banyak dengan sang kakek.
"Dulu Luffy tidak terlalu suka belajar, ia banyak bermain disini. Tapi bukan berarti dia tidak pintar dia hanya memiliki cara tersendiri dari kebanyakan orang." Ucap Tsuru-San.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Face (Luffy x Sanji) - END
Fanfictionlanjutan dari side story jiji ----- pria simple ceria yang sanji kenal berubah kejam bagaimana nasib sanji selanjutnya? ----- pict dari pinterest character milik oda sensei jiji minjem character kalo ooc maaf yah. disaranin baca dulu di side stor...