Suara adu daging dan erangan yang keenakan. Desah suara berat dari pita suara yang asing ia dengar.
"Papah" Anak ceria dan manis, yang pintar dan mengerti ia dulu. Yang tidak menangis saat jatuh dan berada di sisinya saat Sakit.
"Papah" Anak yang akhirnya memiliki dunia sendiri. Bersekolah dan memiliki adik
"Tuan Sanji" Meski panggilan berubah perasaan dan suara khas nya masih sama, itu suara anaknya yang masih manis belum memiliki kematangan dan berat.
Tapi apa yang ia dengar saat ini. "Papah~~" panggilannya dengan Desah dan erangan. Siapa orang tua yang terpikir akan mendengar suara erotis anaknya sendiri.
"Weekkkkkkk" Miko menekan usus Sanji kedalam tanpa ampun, perut yang tak siap, yang baru menerima dorongan dari bawah hole yang ditekan penis sampai terasa ke uluh hati membuatnya mual dan muntah air.
Pikiran kosong...
beberapa waktu lalu, saat miko memasukkan paksa penisnya yang sudah tegak berurat. Sanji kehilangan sisa jiwa yang membuatnya waras. Akalnya harus menerima tempuran lain.
Anaknya..
Putranya..
Satu-satunya keluarga sedarah yang ia miliki..
Darah dagingnya sendiri..
Mencabuli dirinya, orang tuanya sendiri. Terlalu nyata dan menampar, bahwa apa yang terjadi saat ini, lubangnya penuh oleh milik anaknya..
Apa yang salah.. Bagaimana pikiran dan pola gila ini dibentuk. Kenyataan yang membuatnya tidak bisa lagi berpikir jernih.
Darah daging, yang membuat ia ingin berkorban dan apa yang ia sayangi meski meninggalkannya. Hanya ia yang tau itu merupakan bagian dari pengorbanan agar ia tumbuh dengan pantas diposisi dan porsinya sebagai bagian dari keluarga Monkey.
Sanji sudah siap dengan segala konsekuensi dibenci dan tak dianggap, tapi tidak dengan apa yang terjadi saat ini padanya.
Ini melukai, menghancurkan, terlalu kejam baginya. Dunianya yang diisi hampir penuh oleh anak semata wayang runtuh, tak tau lagi apa bisa semakin hancur. Gambaran mati dibunuh mungkin lebih baik.
Plakplakplakplak.. Tamparan lembek yang dimaksud untuk membuatnya bangun.
Mata yang menyesuaikan dengan keadaan, ia baru bangkit dari mode gelap alam ketidaksadaran untuk berfungsi menerima kenyataan berada diruang remang yang sensual. Yah dia yang pingsan setelah didorong penis anaknya sendiri.
Jangan tanya tubuhnya seharusnya mampu menerima, jiwanya sendiri tidak, bagaimana bisa tubuhnya menerima meski itu salah satu vital biologis yang bisa memuaskan.
"Bangun papah, tak menyenangkan jika kau pingsan hanya karna hentakanku" Bibir itu mengejek senyum.
Kemarahan, emosi rumit menjijikan yang terkumpul..
"heu..euhhh..erghhhh.." Sanji mencakar sendiri tubuhnya. Garis cakar yang sudah memenuhi bagian atas dadanya. Gerat berdarah.
Menjijikan.. Dirinya adalah yang paling menjijikan.
Tangannya tergantung setelah Miko menghentikan perilaku abnormal yang ditunjukan papahnya.
Kapan itu terjadi.. Dari mana salah...... ----
Ingatan itu datang tiba-tiba, it.. Itu.. Pilu pikiran Sanji ketika ingatan hitam yang sebenarnya ingin ia kubur.
Disaat seperti ini ia mengingat Kucing..?
Kucingnya..
Tergeletak ditaman, penuh koyak bulunya rusak dan tubuhnya penuh dengan lumuran darah.
"Papah kucingmu mati" Sanji lupa bagaimana wajah miko saat itu. Dia (Sanji) langsung tak sadarkan diri ketika tau kucingnya yang berumur 7 tahun mati dengan menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Face (Luffy x Sanji) - END
Fanfictionlanjutan dari side story jiji ----- pria simple ceria yang sanji kenal berubah kejam bagaimana nasib sanji selanjutnya? ----- pict dari pinterest character milik oda sensei jiji minjem character kalo ooc maaf yah. disaranin baca dulu di side stor...