DYTTMS

3K 466 21
                                    






JungKook memeluknya, tapi itu hanya bertahan selama beberapa detik kemudian sebelum kesadaran Taehyung kembali hilang namun JungKook tidak panik, dia tahu ini akan terjadi padanya karena bagaimanapun juga Taehyung baru saja bangun untuk pertama kalinya setelah melewati masa kritis, jadi hal ini bisa di katakan lumrah, butuh waktu beberapa jam kemudian untuk dirinya bisa benar-benar bangun seperti semula.

Dengan tenang dan perlahan dia meletakkan kembali tubuh itu di ranjangnya, meluruskan posisi tubuh dengan baik dan melipat tangannya sebelum menatap wajah damai itu dengan lekat, dia menunduk untuk terakhir kalinya, memberikan ciuman singkat di kening itu sebelum dia berbalik pergi dari sana.

Diluar, semua orang masih menunggunya, tak terkecuali neneknya, wanita itu itu menatapnya dengan penuh kejutan, JungKook menyeringai tipis, Samuel dengan sigap membawakan kursi roda elektromagnetik nya untuknya.

" Tuan, tidak baik untuk berdiri terlalu lama saat ini, kembalilah duduk sejenak."

JungKook tidak perlu mengeluarkan balasan, dia dengan tenang mendudukkan dirinya di kursi roda yang sudah beberapa tahun terakhir ini menemaninya. Adegan ini seperti bukan apa-apa baginya, itu melainkan seperti seolah-olah dia hanya ingin pergi duduk seperti orang normal lainnya.

" J-Jungkook, cucuku...."

" JungKook, apa yang terjadi, kamu... Kapan kamu melakukan transplantasi tulang? "

" Kakak sepupu, apakah kamu sudah sembuh sepenuhnya? "

" Terimakasih ku ucapkan untuk kekhwatiran kalian, tapi tenang saja, aku baik-baik saja, selain itu tidak ada yang perlu di khawatirkan karena aku akan segera menyelesaikan sisanya."

Itu hanyalah kalimat biasa, tapi beberapa orang di antara mereka jelas merasa agak lain dengan kalimat tersebut, kalimat seperti sebuah kutukan yang bisa mengutuk mereka hingga terpucat dan menggigil di sepanjang tulang punggung.

JungKook mengangkat tangannya dan Samuel segera mendorong kursi roda elektromagnetik itu ke arah lain, meninggalkan kerumunan orang orang dengan raut pias.

Somi, mengepalkan kedua tangannya, menunduk, menyembunyikan emosi di wajahnya tapi JinSeo jelas melihatnya sejak awal dengan tenang tapi dia tetap bertindak seolah tidak tahu apa-apa, bahkan bertanya dengan polos.

" Somi, sejak kapan kamu datang? Bukankah seharusnya kamu saat ini masih di Spanyol? "

Somi menatapnya dan berkata dengan suara serak. " Bukan urusanmu." Setelah itu dia segera berlalu pergi dari sana.

Heejin melipat kedua tangannya di depan dada, berbisik pada JinSeo dari belakang. " Buat apa kamu bertanya padanya? Dia tidak akan menjawab. Percuma."

JinSeo menatapnya dan tersenyum miring. " Kau tahu pencitraan? Aku hanya terlalu bosan untuk melihatnya disini, jadi aku sengaja berbicara untuk memancingnya pergi."




...........






Samuel membawa Jungkook ke parkiran rumah sakit bawah tanah, memasukkan nya ke dalam mobil yang berada di paling sudut, tidak perlu membantunya naik, karena JungKook sudah bisa melakukannya sendiri. Menutup pintu dan Samuel pun pergi dari sana, tapi itu tidak juga benar-benar pergi, dia berdiri tak jauh dari sana bersama pengawal lainnya untuk berjaga-jaga.

Di dalam mobil, JungKook duduk dengan tenang menatap Ibunya, Yeobin tengah mengetik di layar ponselnya sebelum menutupnya dan meletakkannya di atas penyimpanan mini samping bangkunya itu lalu menatap putra satu-satunya ini.

" Ada yang ingin kau jelaskan? "

" Apa yang ingin Ibu ketahui? "

JungKook balas bertanya dan menantang wajah ibunya dengan tenang, dia tidak takut karena dia tahu Ibunya akan mengerti dengan keputusannya kali ini.

Mata Yeobin menyipit, mengetuk kuku tajamnya ke atas kaca sasaran kursi. " Sejak kapan kau mulai merencanakan semua ini."

JungKook melonggarkan dasi yang mencekik lehernya, " tiga bulan lalu."

" Disaat kau pergi berlibur? "

" Ya."

"........."

" Aku bosan dan aku sudah sangat muak dengan mereka semua."

" Caramu agak berlebihan." Mata JungKook menyipit ketika mendengar tanggapan seperti ini dari ibunya, dia segera tahu yang mana dari balik kalimat ini di tujukan.

" Itu pantas untuknya. Ibu, aku sudah cukup bersabar selama ini. Mereka sudah ku beri kelonggaran dan masih ingin meminta lebih, bukankah itu sangat serakah? "

" Mereka serakah."

JungKook menjilat bibirnya yang kering lalu berkata, " Aku ingin mereka semua mendapatkan balasan atas apa yang mereka lakukan."

Kelopak mata Yeobin sedikit terkulai dan tersirat cahaya kelembutan disana, dia memandang kondisi fisik tubuh JungKook yang kini sudah di katakan kembali normal dengan rasa suka cita.

" Ibu turut bahagia untuk kesehatan mu, dan Ibu minta maaf atas kelalaian Ibu dalam menjaga Taehyung."

" Kecelakaan Taehyung sama sekali tidak ada kaitannya dengan Ibu, itu karena keserakahan mereka, aku akan membuatnya menderita."

Yeobin berkedip, menatap putranya dan perlahan mereka berdua tersenyum bersama, " Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? "

" Aku akan melenyapkannya."

" Lalu, bagaimana dengan yang di tinggalkan? "

JungKook dengan santai mengangkat bahu acuh, " Apakah aku peduli? "

" Kau memang putraku."



.......



Di persidangan, baik Hyun jin maupun Somin sama sekali tidak ada pihak yang berkaitan yang hadir untuk mendukungnya, selain dari pihak pengacara Jeon, benar-benar tidak ada.

Semua orang bertanya-tanya, apakah sebesar itu kesalahan mereka hingga dari pihak keluarga pun bahkan seorang pun tak ingin hadir untuk memberi dukungan? Bahkan putra atau putrinya sendiri?

Kasus persidangan antara Hyun jin dan Somin saling bergantian dan di awali oleh Hyun jin sendiri, dia tahu putrinya tidak akan bisa hadir karena dia baru saja melahirkan anaknya. Di dalam hati dia saat ingin melihat mereka, tapi itu jelas tidak bisa, Jihoon, dia sangat berharap suaminya itu akan hadir tapi apa daya, bahkan sampai akhir persidangan pun pria itu tetap tidak muncul, melainkan seorang pengacara yang telah di tunjuk olehnya lah yang muncul dengan selembar kertas hukum berisi perjanjian perceraian. Hyun jin mengamuk, merobek kertas tersebut tapi sang pengacara tetap tersenyum karena yang asli masih ada di tangannya, dia sengaja mengeluarkan uang fotocopy hanya untuk menguji dan benar saja. Hyun jin tidak terima, dia meraung marah dan memanggil nama Jihoon seperti orang gila, berharap pria itu akan muncul di depannya untuk menyangkal semua tuntutan tersebut.

Somin, wanita satu itu sedari awal hanya diam, meskipun dia di dalam hati meraung marah, tapi dia tidak bisa berbuat banyak selain menerima setiap tuduhan yang di bacakan oleh jaksa hakim kepadanya, tidak satupun dia sangkal selain anggukan pasrah, ini semua karena sejak awal dia telah di peringatkan oleh Yeobin sendiri. Jika dia ingin putranya selamat, lebih baik menanggung semua beban untuk dirinya sendiri.

Somin terlalu mencintai putranya, Changha adalah satu-satunya anak yang dia miliki sebagai penopang hidup, selalu berharap suatu hari nanti kehidupan mereka akan berubah dengan adanya anak itu. Meskipun saat ini dia akan di tahan di dalam jeruji, tapi Somin selalu berpikir Changha pasti akan segera menyelamatkan nya, mengeluarkan nya dari penjara tersebut. Somin hanya tidak ingin Changha ikut merasakan tinggal di penjara karena itu jelas akan mencoreng nama besarnya.

Satu hal yang sama sekali tidak diketahui olehnya, yakni kebenaran dunia, kebenaran yang terjadi diluar sana, kebenaran mengenai kondisi putranya saat ini......





DYTTMS
TBC

𝙳𝚈𝚃𝚃𝙼𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang