DYTTMS

2.8K 439 23
                                    












Yeobin kembali datang mengunjungi Somin, sejauh ini hanya dia satu satunya yang selalu datang untuk melihatnya, tidak ada yang lain.

Wanita itu mengenakan blouse bahan sifon berwarna biru gelap di padukan rok span putih gading di tubuhnya, jam tangan bermerek serta tas branded tak kalah harganya. Duduk berhadap-hadapan dengan Somin yang terlihat sangat menyedihkan, jelas jauh berbeda dengan kondisi biasanya karena saat ini dia sudah mengenakan seragam khas seorang tahanan dengan nomor seri di dada kirinya menunjukkan angka 1734.

Somin duduk tegang di kursinya, dia melotot marah setiap kali melihat wajah tenang Yeobin karena dia merasa, di balik ketenangan itu, dia jelas tengah tertawa terbahak-bahak di dalam hatinya.

" Untuk apa kau kemari." Itu adalah kalimat pertama yang berhasil lolos dari mulut Somin sendiri setelah cukup lama diam di ruangan tersebut, dia tidak ingin berlama-lama dengan wanita tersebut, wanita yang merupakan iblis di hatinya.

Yeobin, menatapnya dengan pancaran mata meremehkan, melipat kedua tangannya di depan dada, menyandarkan tubuhnya sepenuhnya pada sandaran kursi layaknya seorang bos yang suka merendahkan setiap karyawan yang tidak becus di matanya.

Tidak ada siapapun disana selain mereka berdua, dua penjaga dengan sopan menunggu di depan pintu, ruangan itu kedap suara tapi di jamin tidak akan terjadi apapun di antara mereka.

" Menurutmu bagaimana? "

" Yeobin, aku tidak cukup waktu hanya untuk meladeni omong kosong mu, cepat selesaikan apa yang ingin kau lakukan."

Baru setelahnya Yeobin berani mengeluarkan suara kekehan pelan dari bilah bibir tipisnya, bibir beracun. Somin, di depannya meremas kedua tangannya yang berada di atas pangkuannya sendiri, menyembunyikan rasa benci dan gugup dari dinginnya suasana serta gelang besi yang membelenggu tangannya itu.

" Apakah menurutmu aku juga ingin membuang-buang waktu berharga ku hanya untuk pergi kesini? "

"............" Somin menyipitkan matanya dan Yeobin juga melakukan hal yang sama.

" Jika bukan karena JungKook yang sudah muak dengan mu, aku juga sangat malas untuk pergi kesini. "

" A-apa, apa maksudmu? "

" Aku tidak bodoh, dan putraku juga tidak mungkin bodoh, sampai kapan kau akan menyembunyikan semua bangkai sisa makanan mu? "

" Apa maksudmu!? Bangkai apa!? Kau menghasut ku!! "

" Oh ya? Tapi bukti nyata sudah ada di tangan, tidak hanya kau, tapi bukti kejahatan putramu juga ada padaku. Apakah kau ingin melihatnya hidup berdampingan di sisi mu saat ini hingga akhir hayat mu? "

" Jeon Yeobin! Jangan sentuh putraku!"

" Aku tidak, tapi mungkin putraku-

" Beraninya kau!! "

Somin ingin bangkit untuk menerjang tubuh Yeobin tapi dia lupa bahwa kedua tangannya masih terbelenggu gelang besi yang juga langsung terikat ke sandaran kursi, seberapa kuat dia mencoba memberontak itu akan percuma, tidak akan lepas melainkan hanya akan melukai tangannya sendiri seperti saat ini, itu sudah lecet dan sedikit mengeluarkan darah amis.

Yeobin sama sekali tidak tergerak oleh amukannya, bahkan dia hanya menatapnya dengan santai, seolah olah itu hanyalah komedi biasa.

" Kau!! Kau wanita iblis! Kau dan putramu sama-sama iblis!! Kalian iblis!! "

Yeobin mencibir, mendengus dan berkata dengan tenang. " Kami memang iblis, dan aku akan mengirim mu terlebih dahulu ke neraka."

Seketika itu juga Somin langsung gugup, pijakan kaki nya hampir goyah oleh ketenangan dalam diri Yeobin. Matanya memerah penuh kebencian dan keputusasaan tapi sekali lagi Yeobin sama sekali tidak tergerak hatinya, dia bahkan dengan kejam mulai berkata padanya.

" Kau terus mengatai ku iblis, terimakasih atas sanjungan mu.  Maka disini aku akan memberikanmu sebuah pilihan. "

" Apa maksudmu."

" Mudah saja, aku tahu kau begitu sangat terobsesi dengan kekayaan, begitupun putramu, kau tidak ingin dia mengalami nasib yang sama denganmu, bukan? "

" Yeobin, katakan dengan jelas!! "

Mata Yeobin menyipit tajam, menatapnya seperti elang di atas tumpukan ikan segar.

" Matilah untuk diriku. "

" A-apa??? "

" Kau tidak ingin putramu menderita, maka kau harus berkorban untuk nya, kan? Maka dari itu, matilah untuknya."

" Y-Yeobin... T-tidak cukupkah hanya dengan aku masuk penjara? "

Yeobin terkekeh, meremehkannya dengan kasar, " Aku sebenarnya cukup puas, tapi putraku- JungKook seperti tidak. Dia ingin kalian lenyap. Tapi aku bisa sedikit mempertimbangkan nya dan membujuknya untuk itu, jadi tidak masalah dengan salah satu harus mati, bukan? "

Air mata Somin jatuh, mengalir deras di sepanjang pipinya. Menatap Yeobin penuh permohonan, " Y-Yeobin... A-aku minta maaf, untuk semua yang pernah ku lakukan, aku minta maaf... Tolong maafkan aku! Biarkan aku hidup! "

" Bukankah sudah ku katakan, kau hanya mempunyai dua pilihan, kau mati atau putramu mati. Jika kau ingin hidup, maka Changha- putra tercinta mu harus mati saat ini juga."

" Tidak! Tidak! Tolong jangan sentuh dia! Ku mohon!! "

Jika saja gelang besi itu tidak mengikat dirinya saat ini, di jamin saat ini Somin pasti sudah bersimpuh, bersujud di lantai menghadap Yeobin. Dia sekarang merasa sudah sangat putus asa.

" Somin, aku tidak punya banyak waktu, aku harus segera kembali ke rumah sakit untuk melihat menantu dan cucuku."

Yeobin mulai berbicara dengan tidak sabar, dia bahkan sudah mulai mengemasi tas nya dan menatap jam di pergelangan tangannya itu.

" Yeobin tunggu! Tunggu sebentar! Tolong maafkan aku! Tolong jangan sakiti Changha! Kau bisa! Kau bisa membunuhku, baik!? Tapi tolong jangan sentuh putraku, dia- dia juga bagian dari Jeon-mu!! "

Yeobin tertawa singkat, menatap Somin dengan miris " Somin.... Somin... Di penghujung hidup mu, kau bahkan masih memikirkan harta Jeon? Sungguh keterlaluan!! "

Somin tidak bisa lagi berkata-kata, dia sudah seperti ikan hampir kehabisan nafas karena terlalu lama di darat bahkan harus tersedak oleh tangisannya sendiri. Diluar pintu, dua penjaga masih setiap menunggu, meskipun ada beberapa polisi di sekitarnya, mereka sama sekali tidak memperhatikan ataupun menghiraukan dua wanita di dalam sana, karena pada nyatanya, mereka semua adalah bagian dari rencana Yeobin itu sendiri. Jadi apapun yang terjadi, tidak akan ada kebocoran.....

Yeobin berdiri dan sedikit membungkuk ke depan untuk berbisik pelan. " Itu keputusan mu, tunggu jam makan siang, habiskan semua makanan itu dan setelahnya, tidurlah dengan tenang di kasur mu."

Mata Somin terbelalak ketika melihat senyum iblis di wajah Yeobin yang tepat tak jauh di depan matanya itu.

Sekali lagi Yeobin berbisik pelan, " Tenang saja, itu tidak akan sakit, kamu mungkin hanya merasakan sedikit halusinasi selama beberapa menit, tidak banyak, setelah itu percayalah, kamu akan tidur dengan damai tanpa hambatan. Dan untuk pemakaman mu, aku akan menyiapkan nya begitupun peti mati terbaik di kota ini......"






DYTTMS
TBC

𝙳𝚈𝚃𝚃𝙼𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang