DYTTMS

2.4K 364 12
                                    







Suasana hati Taehyung saat ini sedang berbunga-bunga, untuk sejenak dia melupakan perang dingin nya dengan JungKook dua hari belakangan ini.

Di tangannya, bayi kecilnya sudah berhasil dia dapatkan, menimangnya dan menggoyangkan nya dengan lembut, senyum keibuan selalu tampil di wajahnya yang indah.

Bayi kecil di balut dengan kain biru bulu lembut, matanya yang bulat hitam terbuka lebar dengan rasa ingin tahu menatap setiap orang yang datang mendekat tanpa rasa takut sedikitpun, bahkan dengan jahil dia menerbitkan senyum gusi ompong di mulut tipisnya yang mana membuat setiap orang akan terpekik gemas di buatnya. Bayi itu benar-benar suka mencari perhatian orang lain!

Di sampingnya, JungKook dengan sombong terus merangkulnya, tersenyum angkuh, menyombongkan diri bahwa pemuda manis di sisinya adalah miliknya dan juga bayinya.

Bayi itu baru tiba di rumah Jeon pagi tadi, di jemput langsung oleh Jeon JungKook dan Taehyung, membawanya kembali ke rumah yang telah di persiapkan untuk pesta besar.

Mido dan nenek berbicara pelan di sudut kiri, Yeobin juga begitu, dia berbincang-bincang dengan para tamu undangan sedangkan Heejin tengah menyambut setiap temannya yang telah dia undang.

JinSeo datang bersama Woong dan juga keluarga lainnya, sejauh ini tidak ada yang mengganjal selain kedua orangtuanya Somi yang tidak datang, tiga hari lalu mereka memutuskan untuk melepaskan diri dari keluarga Jeon dan hal inilah yang membuat berita tuduhan bahwasanya kematian Somi ada sangkut pautnya dengan keluarga utama Jeon, dan juga merupakan pemicu dari perang dingin antara JungKook dan Taehyung.

Sesuai kesepakatan, yang memberikan nama kepada bayi itu adalah Taehyung sendiri, dan kebetulan juga Taehyung telah mempersiapkan dua buah nama di antaranya adalah perempuan jika yang lahir bayinya berjenis kelamin tersebut, namun berhubung bayi itu berjenis kelamin laki-laki, maka Taehyung memberinya nama Jeon Jovan.

JungKook melirik istrinya dan mendekatkan wajahnya ke sisi kiri untuk berbisik pelan.

" Besok pagi aku ingin membawa mu ke suatu tempat."

Taehyung menoleh, bertepatan dengan hidung mereka yang saling bersentuhan membuat nafas Taehyung tanpa sadar tersendat di tenggorokan.

Dia bahkan tidak ingat kalau mereka dua hari terakhir ini telah mengalami perang dingin. Sebenarnya itu hanya berlaku untuknya, karena nyatanya JungKook selalu menyapanya meskipun tidak benar-benar mendapat tanggapan yang seperti biasanya.

" Kemana? "

" Suatu tempat, bukankah kamu ingin mengetahui apa yang selama ini aku sembunyikan darimu? Kebetulan seseorang juga sangat ingin melihat mu, terutama Jovan kita ini."








...............








Keesokan paginya dengan kondisi rumah tua Jeon yang masih ramai, mobil jemputan telah tiba di pintu utama berjumlah tujuh berturut turut yang mana mengundang tanda tanya banyak orang disana, para keluarga saling berbisik-bisik hingga muncullah Taehyung yang menggendong Jovan bersama JungKook yang dengan setia membimbingnya di samping baru keluar dari lift.

Sang nenek di bantu asisten Ahn mendekat untuk bertanya pada mereka.

" JungKook, cucuku, ada apa diluar, siapa mereka, apakah itu tamu-mu? "

JungKook mengangkat alisnya dan tersenyum tipis, " Mereka memang tamuku, tapi kali ini mereka datang untuk menjemput kami."

" A-apa? Memangnya kalian akan pergi kemana sepagi ini? JungKook, bayi mu baru saja tiba di rumah, bagaimana mungkin kamu akan membawanya keluar seperti itu? "

JungKook terkekeh pelan, dia berbisik terlebih dahulu kepada Taehyung,
" Pergilah dulu ke mobil, aku akan menyusul mu."

Mata JungKook melirik ke arah Felix dan memberi kode untuk membawa Taehyung segera keluar.

Taehyung ingin mengatakan sesuatu tapi Felix lebih dulu datang padanya untuk membimbingnya keluar rumah, jadi dia hanya bisa pamit sekilas kepada orang-orang di rumah. Kini, setelah Taehyung di bawa pergi, JungKook menatap orang orang di dalam dengan senyum dalam pula.

" Nenek, aku tahu khawatir dengan cicit mu, tapi disini Jovan tidak hanya bagian dari keluarga Jeon tapi di dalam darahnya, dia juga memiliki bagian dari keluarga Yakoto Madara. "

Kebanyakan orang di dalam sana mungkin tidak tahu siapa itu Yakoto, tapi kata Madara jelas bukan sembarangan orang yang bisa memilikinya. Terutama Misun, wanita itu itu jelas sangat tahu siapa yang di maksudkan oleh JungKook barusan. Itu jelas adalah pria tua dari pihak ibunya.

Kedua tangan keriput Misun terkepal di atas pangkuannya dengan tidak nyaman. " Y-Yakoto, Yakoto dan kamu... Masih berhubungan? "

" Ibu tua, siapa Yakoto ini? " Kali ini ibu JinSeo pergi bertanya pada Misun, dia sedari awal ikut bingung dengan drama keluarga ini. Dia adalah jemputan dari luar, suaminya, anak dari adik Misun sendiri tidak pernah menyebutkan hal ini kepadanya, dan mengenai nama Madara, dia merasa pernah mendengar namun tidak jelas siapa orangnya. Kali ini nama itu telah di sebutkan langsung oleh JungKook.....

Misun tidak terlihat seperti ingin menjelaskan kepada menantunya itu, jadi JungKook memotongnya terlebih dahulu sambil melirik arloji di tangannya.

" Kenapa aku tidak bisa berhubungan dengan Kakek ku sendiri? Meskipun aku telah di besarkan di rumah keluarga ini, tapi Madara juga merupakan bagian dari namaku sampai aku mati. "

" J-Jungkook, bukan begitu maksud nenek, nenek hanya sedikit terkejut mengingat dia.... Dia kali ini mau menemui seseorang diluar-

" Istriku bukan orang luar." Potong Jungkook dengan nada suara dalam. Mata kelamnya berkilat dan Misun mau tidak mau sedikit menggigil.

" Lalu- bagaimana jika-

" Ah, maaf, waktuku terbatas, anak dan istriku sudah menunggu diluar dan kakek ku juga tidak menyukai keterlambatan." Itu adalah kata-kata terakhir Jungkook sebelum melenggang acuh keluar sana dan tak sengaja berpapasan dengan Mido yang juga baru saja kembali dari luar bersama Heejin.

" Kakak, mau kemana? "

" Ada urusan sebentar, lain kali Kakak akan mengajakmu, jadilah patuh."

" Baik! "

" Ibu ketiga, tolong lihat nenek segera,  mungkin saat ini dia agak shock."




DYTTMS
TBC

𝙳𝚈𝚃𝚃𝙼𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang