DYTTMS

2.6K 454 45
                                    










Suara hentakan sepatu beradu dengan lantai keramik terdengar cukup dekat, Somin tanpa sadar mengangkat kepalanya dengan cepat, melihat seorang penjaga yang biasanya selalu muncul untuk memeriksa nya ataupun mengantarkan makanannya itu kini sudah berdiri di depan tahanannya, mata Somin membola, dia sedikit mundur dan membuat senyum petugas itu semakin ramah.

" Untuk apa mundur, apakah kamu tidak ingin makan? Kalo ini petugas kami menyediakan sup ikan dan nasi merah yang sangat jarang terjadi, bukankah seharusnya kamu bersyukur? "

Somin menatapnya dan makanan yang perlahan di dorong ke dalam dengan ngeri, wajahnya mendadak pucat pasi dengan ekspresi wajah mengerikan hingga tidak mampu bersuara yang mana membuat petugas itu malah mendengus malas, berpikir bahwa tahapan satu ini cukup sombong meskipun sudah di buih.

" Makanlah selagi hangat, setengah jam kemudian petugas lain akan membersihkan nya."

Setelahnya dia pergi meninggalkan Somin dengan mata merah, tubuhnya yang menekuk di antara lutut bergetar dengan Isak tangis pelan menyayat hati, tapi jelas tidak akan ada yang mau menolongnya.

Tapi sekuat apapun dia menolak, lintasan percakapan nya dengan Yeobin beberapa waktu lalu terus melintas di benaknya seperti kaset yang di putar secara otomatis, terus berulang tanpa habis.

Changha.....

Demi Changha.....

Dan masa depannya.....

Tangan putih bergetar meraih nampan makanan, menyeretnya lebih dekat, menatap semangkuk sup ikan dengan aroma menggoda begitupun nasi merah yang renyah.....

Suapan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya hingga habis bersih tanpa sisa, setelahnya Somin seperti kehilangan tulang secara otomatis jatuh terlentang di lantai dingin, masih dengan terus menitikkan air mata deras bersama Isak pilunya, bergumam pelan menyebut nama putranya.

Sejauh ini dia belum merasakan apa-apa selain rasa kantuk yang mulai menyerang, seperti bukan tanda tanda kejam seperti cerita lainnya, ini murni seperti perasaan kantuk setelah perut kenyang, sedikit mati rasa di ujung jemari tangan dan kakinya, berbagai kenangan terus menumpuk dan bertumpang tindih dengan yang lain untuk berebut siapa yang lebih dulu di perhatikan di otaknya.

Tak ada seorang pun orang disana yang memperhatikannya, hanya dia seorang yang akan meregang nyawa sendirian bersama malaikat maut di sisi nya......




...........





Di sisi lain, Changha terus di paksa untuk terus menatap lurus pada layar laptop yang tengah menampilkan sebuah tayangan video, tepatnya video dimana langsung tersambung dengan pihak terkait.

Matanya memerah dengan air mata mengalir membasahi wajahnya dan lenyap di kain tebal yang membentang dari mulut hingga belakang kepalanya, ada suara dengungan teredam yang terdengar seperti lebah di sana, tapi orang orang di sekitarnya sama sekali tak tergerak dan hanya berdiri diam dengan wajah dingin.

Di seberangnya, sosok JungKook berdiri angkuh dengan satu tangan menumpu pada kepala laptop, matanya terus menatap lurus pada wajah Changha yang buruk, matanya melotot ganas seperti akan langsung membunuhnya sedetik setelah berhasil melepaskan dirinya dari kekangan tali yang mengikat kuat tubuhnya pada kursi besi tua.

" Bagaimana, apakah videonya bagus? Apakah kamu tersentuh? Ataukah ada sesuatu yang ingin kamu katakan sebelum dia mati? "

Hmmmgghhhh!!!!

Raungan marah teredam di mulutnya karena kain sialan itu, dia memberontak tapi hanya kesia-siaan yang dia dapat, beberapa luka di tubuhnya terus mengeluarkan darah dan sangat pedih setelah dengan kejam salah seorang orang disana menuangkan air asam ke luka luka di tubuhnya yang menganga itu.

JungKook menyeringai, mendorong tubuhnya maju ke depan Changha lalu sedikit menekuk tubuhnya, membungkuk padanya dengan senyum culas di bibirnya yang tipis.

" Apakah kau marah? Ataukah kau menyesal? "

Hmmmppp!!!!

" Changha.... Changha.... Kau pikir kau itu pintar? Kau pikir kau sudah sangat hebat untuk berhasil mengelabui salah satu perusahaan kecil ku? "

Changha bergetar tak terkendali, tangannya terbuka dan tertutup membentuk kepalan tinju kuat. JungKook dengan tenang terus melanjutkan setiap kalimatnya.

" Kau tahu, kau dan ibumu adalah rubah kecil yang licik, kalian selalu berpikir bagaimana caranya untuk mengelabuhi ras kucing lainnya..... Kau mungkin berpikir bahwa singa itu raja, harimau itu kuat, cheetah itu pelari cepat, tapi kau sepertinya lupa bahwa aku adalah leopard. Meskipun lariku tidak secepat dan sekuat mereka, tapi aku bisa memanjat untuk memantau setiap mangsa dan musuhku dari atas pohon, kau lupa itu...."

JungKook berdiri, lalu menghela nafas pelan, membelakangi Changha dan berbicara sendiri, " Aku dan ibuku, tidak- kami keluarga Jeon termasuk dirimu adalah bagian dari bangsa kucing, ada kelebihan dan ada kekurangan masing masing, tapi kurasa kau adalah yang terlemah dan terbodoh yang pernah ku hadapi."

JungKook berbalik menatapnya, tersenyum cerah, jari telunjuknya menunjuk pada layar laptop yang masih menyala, menampilkan sosok Somin yang kini terbaring tenang di lantai dalam video tersebut.

" Kau lihat dia? Kau lihat Ibumu? Dia juga tak kalah bodohnya denganmu. Di ujung kematian nya, dia masih berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan bagian dari Jeon-ku ini. Bahkan merelakan dirinya agar kau, putranya bisa hidup enak, sungguh keegoisan dan keserakahan yang unik. Namun aku menyukainya."

Changha menangis, menangisi ketidakberdayaan nya dan kebencian nya pada JungKook sampai sampai dia merasa akan menghancurkan semua giginya karena terlalu kuat menahan geram.

" Beberapa menit lagi, ibumu akan mulai merasakan perasaan hampa, terbang melayang dalam halusinasi tak terbatas, setelah itu, setelah dia cukup puas, dia akan menenggelamkan dirinya di dalam lautan mimpi sebelum benar-benar tertidur lelap untuk selamanya....."

Mendengar ini, Changha mengangkat kepalanya dengan cepat seperti akan mematahkan lehernya sendiri, dia memberontak kuat, mencoba mengangkat tubuhnya sekuat tenaga tapi dua penjaga berbadan besar di setiap sisinya juga menekannya tak kalah kuat ke lantai.

JungKook yang seperti tahu dengan apa yang dia pikirkan dan apa yang ingin dia teriakkan padanya pun dengan baik hati menjelaskannya padanya.

" Kau ingin meneriaki ku? Kau ingin bertanya apa yang aku lakukan pada ibumu? Benar? Baik, aku akan menjelaskannya untukmu dengan gratis. Ibumu, dia akan mati, tapi bukan aku yang melakukannya dan juga bukan ibuku jika kau ingin menuduhnya juga, tapi murni dari ibumu sendiri, bisa di katakan dia memilih mengakhiri hidupnya sendiri hanya untuk dirimu. Kau tahu aku benci parasit seperti kalian, lintah darat, benalu dan sejenisnya, kalian sama saja, jadi jangan harap kalian akan lolos setelah ini. Kalian harus membayar kembali setelah apa yang kalian ambi dariku termasuk tambahan bunganya. Itu jelas nyawa kalian. Tak hanya ibumu, tapi kau, kekasih mu, ibunya dan putrimu. Tidak peduli anak itu sangat kecil dan tak berdosa, aku akan tetap mengirimkan nya pada Tuhan. Tenang, dia tidak akan masuk neraka seperti kalian sang pendosa, dia setidaknya murni dan akan di terima oleh surga, berterimakasih lah padaku untuk hal ini......"

JungKook tertawa, meraih sesuatu dan itu adalah kamera kecil, meletakkannya di atas meja menghadap Changha langsung.

" Kalian, lakukan seperti yang telah ku tentukan, buat dia merasakan lebih baik mati lalu bawa dia ke tempat pembuatan makanan hewan hewan itu."

" Baik! "

Dengan itu JungKook pergi, membiarkan para anak buahnya yang telah lama berpuasa untuk menikmati daging segar tersebut, JungKook tersenyum puas setelah dia mendengar jeritan pilu dari dalam gedung kumuh tersebut, memasuki mobil dan membuka ponsel, melihat Taehyung baru saja memposting foto putra mereka, perlahan senyum ganas di wajahnya tergantikan oleh senyum tulusnya......





DYTTMS
TBC

𝙳𝚈𝚃𝚃𝙼𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang