Chapter 91 - The Most Beautiful Gifts, First Kiss

101 13 6
                                    

"Finally I got it. Lamanya penantian dan banyaknya kegagalan, akhirnya berbuah manis. Rasa-rasanya aku masih tak percaya berhasil mendapat kehormatan menjadi yang pertama untuk Reyna."

∞Ziovan Albert Russell∞

*****

Happy reading guys...

***
Reyna terbuai dalam ciuman Ziovan, sesuatu yang asing dan tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Pelan, lembut dan dalam, sangat jelas terasa ketulusan Ziovan pada ciuman itu yang sama sekali tidak menuntut Reyna untuk membalas. Hanya menerima setiap belaian lembut bibir Ziovan yang memperdalam ciumannya.

Ziovan terpaksa melepas pagutannya di bibir Reyna akibat bunyi ponsel di saku.

"Maaf," ucap Ziovan sambil bergegas merogoh sakunya. "Daddy James,"

"Angkat aja!" kata Reyna lalu beranjak dari pangkuan Ziovan.

Ikut berdiri, Ziovan berhasil menahan tangan Reyna yang membelakanginya. "Kau marah, aku melakukannya?"

"Itu hakmu," jawab Reyna singkat dengan wajah tertunduk hingga Ziovan tersenyum dan melepaskan tangan Reyna.

Ziovan lalu sibuk mengangkat panggilan dari mertuanya sampai tak sadar Reyna pergi dari sana menuju kamar mereka.

Bersandar di pintu kamar mandi yang tertutup, Reyna menyentuh bibirnya.
Itu tadi apa Rey?

First kiss-nya dan itu dengan Ziovan, kesadaran itu membuat jantung Reyna berdebar cepat. Rasanya campur aduk antara masih tak percaya dia melakukannya, lega, senang, malu, serta perasaan lain yang tak bisa ia jelaskan.

Ya, ia masih tak bisa percaya jika saat seperti itu akhirnya tiba. Karena sudah tak terhitung lagi kegagalan-kegagalan yang terjadi. Entah karena keadaan, dia ataupun Ziovan sendiri yang mengurungkan niatnya.

Lega, tentu saja Reyna lega karena akhirnya bisa memenuhi janjinya sesuai permintaan Ziovan, memberikan pria itu kehormatan first kiss atas dirinya.

Senang, Reyna tak tahu pasti apa alasannya bisa senang. Karena jika dipikir-pikir first kiss-nya tidak terjadi di tempat atau suasana romantis, seperti halnya di St. Moritz, latar dimana takdir mereka berawal akibat gagasan perjodohan itu.

Tidak juga di Venice, kanal yang indah dengan waktu terbaiknya ataupun di Paris, lokasi yang terkenal romantis dengan gemerlapnya lampu kota.

Malu, saat itu terjadi dia memang tidak merasakannya tapi setelah itu... oh, jangan ditanya betapa malunya ia?! Apalagi saat kilasan bayangan itu selalu berputar di kepalanya hingga saat ini.

Sungguh, Reyna tak bisa membayangkan bagaimana cara Ziovan menciumnya tadi. Dia menutup mata, berusaha mengusir bayangan itu. Tapi yang ada itu semakin terlihat jelas di pelupuk mata.

Kehangatan bibir Ziovan, keahlian pria itu dalam menciumnya bahkan apa yang ia rasakan tadi, semua tak luput dalam ingatan. Terus berputar-putar seperti kaset rusak di kepalanya.

Ketukan di pintu, menyadarkan Reyna hingga menjauh dari sana. "Rey, kau di dalam?"

Itu Ziovan dan Reyna tak tahu bagaimana cara menghadapinya sekarang. Rasa-rasanya dia seakan tak punya muka untuk bisa berhadapan dengan pria itu.

Bagaimana ini? Jangan sampai dia membahasnya lagi. Tuhan... tolong....

"Rey, mau bicara sama mom dan dad nggak?"

"Eee... titip salam aja buat mereka!" sahut Reyna akhirnya. Ziovan lantas kembali bicara di telepon yang terdengar samar, sepertinya pria itu menjauhi pintu dan mungkin saja pergi dari sana.

My Destiny With You : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang