DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON
🚛
HAPPY READING💛
.
.
.
.
.ALL PIC BY PINTEREST
"Kau bocah Dutchill itu?" William menghampirinya, wajah dingin biasanya terlihat sumringah dengan sedikit tatapan yang menyipit. Kerahnya dibuka dua, rambutnya sedikit berantakan begitu berbeda dari William biasanya. Alvin melirik kearah tangan William, disana dikepalan tangan itu masih belum diobati, darah berucucuran dilantai rooftop, tapi pemuda bersurai silver itu tidak beringis sedikit pun.
"Kakak terluka" Tangannya mencoba menyentuh pergelangan tangan William, namun ditepis oleh pemuda itu.
"Aku bertanya, dan kau belum menjawabnya" Ujarnya.
Alvin terlihat bingung dan sedikit kikuk, dan detik berikutnya William tertawa keras tangannya menyentuh perutnya menahan geli. "Kau takut padaku?" Tanyanya. Alvin tersentak, jujur ia takut. William didepannya tidak seperti biasanya "Kak, kau menakutinya" Lily yang sedari tadi memperhatikan keduanya kini mengintrupsi. William berdecih tak suka.
"Kau keluar. Aku ingin berbicara berdua dengannya" Ujarnya tanpa membalik badannya. "Ta-Tapi kau berkata mau diobati... aku... aku akan mengobatimu" Lily menunduk, ditangan gadis itu terdapat tisu. William dengan jengah menatap Lily, "Apa ucapanku belum jelas? kau tuli?!! Ku bilang keluar!!!" Teriakan itu menggelegar, membuat Lily dan juga Alvin tentunya berjingit terkejut.
Lily mundur, wajah ketakutan itu begitu kentara. Dan detik berikutnya gadis itu berlari kearah pintu yang menghubungkan tangga dan Rooftop meninggalkan Alvin dan William.
"Kenapa? Kau terkejut?" William kini beralih kearah Alvin. Oke, Alvin takut sekarang, ini benar - benar gila. Mengapa semua karakter tiba - tiba saja tidak berjalan sesuai rencananya.
"Tuan" Suara otomatis Gail membuat ia benar - benar ingin menangis, ia kira Gail meninggalkannya. Ini pertama kalinya ia menyukai suara Gail di situasi seperti ini.
"Ada apa? Mengapa kau memandangku seperti itu?" William mendekat, otomatis Alvin mundur. "Kak Will".
"Aku bukan William!!!" Matanya sedikit melotot, Alvin sekarang ingin pulang. Ia tak mau menyelesaikan misi ini. Bolehkah ia pulang dan kembali ke keluarganya?
"William sedang tertidur, jadi jangan berisik oke" Alvin benar - benar ingin menggerutu. Apa pemuda itu memiliki kepribadian ganda? Pikirnya acak.
"Itu benar, Tuan" Gail yang bisa membaca pikirannya kini membenarkan perkiraannya. Sungguh, ia ingin menangis detik ini juga. Apa sekarang ia harus menenangkan pemuda gila yang memiliki kepribadian ganda?
Alvin menatap kesegala arah asalkan tidak pada manik silver itu, memikirkan ia harus apa. Harus bagaimana? Dan beberapa rencana tindakannya terhadap orang di depannya.
Tubuh kecil nya diangkat, tangan itu nencengkram lengannya dengan erat membuatnya meringis, terkadang pemuda itu meracau seperti orang gila. Begitu menyedihkan, namun tak dipungkiri ada raut sendu diwajahnya. Putra Duke Oxid itu memandang nanar kearahnya.
Grep
Ia memeluk tubuh William, memeluk pinggang itu. Hanya tindakan ini yang ia pikirkan. Tubuh pendeknya mencengkram tubuh itu tak melepaskannya. William yang dipeluk membeku, tak ada yang berani padanya ketika berada didalam kondisi seperti ini. Tak ada. Bahkan ayahnya mengatakan jika ia adalah monster. Ia lahir karena pemikiran dan rasa takut William, hidup berdampingan dengan nya. Didalam satu kesadaran. Tapi kenapa? Kenapa hanya William yang mereka tahu? Kenapa tidak dirinya? Ia juga hidup, ia ada disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
( TRANSMIGRATION) Dimensional Transmission
Fantasy[BrotherShip Story] Alvin, pemuda tanggung itu kini terseret kedalam teknologi buatannya sendiri, "Dimensional Transmission" Disuruh memainkan alur cerita berbeda - beda dan mengubahnya demi menyelamatkan hidupnya. "Gail? Apa yang terjadi?!!" "Sep...