ARC 4 (prolog)

6.7K 857 145
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST





🍃

◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
TRANSISI COMPLETE
◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆





Pening menyerang kepalanya begitu keras, seperti terhantam sebuah batu keras. Sangat menyakitkan.

Menutup mata untuk menghilangkan pening yang menyerangnya, ia mengerjap beberapa kali dan membukanya perlahan.

Tembok besar dan tinggi, adalah yang pertama memasuki pandangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tembok besar dan tinggi, adalah yang pertama memasuki pandangannya. Matanya menatap tak percaya sebuah tembok yang hampir menyentuh langit.

Sebuah tembok yang melingkar mengelilingi kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah tembok yang melingkar mengelilingi kota. Begitu tinggi hingga terlihat seperti menembus langit yang luas. Matanya menelisik, terperangah sebelum suara otomatis Gail berbunyi.

"Itu bukan langit, Tuan" Jika dilihat lebih cermat itu hanyalah sebuah langit tapi bukan langit. Hanya sebuah teknologi yang membuat atap - atap itu terlihat seperti awan. Ada matahari dan beberapa angin buatan.

"Apa yang kau lakukan disana, Nak. Minggir!" Lelaki tua dengan baju kotor mendorongnya, mendengus dsn kembali berjalan dengan wajah kurusnya.

Ia mengernyit. Menatap sekitar dengan mata linglung. Sepanjang mata memandang hanya ada pemukiman bengkok yang berjajar berdempet - dempetan. Begitu bobrok. Dan jelek.

Mungkin jika badai hujan datang ia yakin rumah - rumah itu akan roboh disaat yang bersamaaan. Sembari mencari tempat yang lebih sepi, ia duduk ditanah. "Gail jelaskan tentang dunia ini" Ujarnya dalam hati

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang