ARC 3 (DT 15)

4.9K 712 5
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST


Mungkin saat itu sore hari seperti sore ini. Matahari terbenam disebelah barat, dan cahaya jingga nya membakar separuh langit.

Waktu berputar dengan cepat, secepat langit yang berubah dari cerah ke redup dalam sekejap mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berputar dengan cepat, secepat langit yang berubah dari cerah ke redup dalam sekejap mata. Sudah 2 minggu berlalu. Sejak itu pula ia menghindari Clare demi rencananya. Ada beberapa Alasan. Ia hanya ingin menempeli ayahnya untuk memperdalam hubungan ayah-anak. Dan membuat kesan jika Clare tidak perduli dengannya. Dengan begitu Albert akan menyadarinya.

Tapi nyatanya tidak semudah kelihatannya, ia menatap lengannya yang merah. Yang beberapa menit lalu dicubit oleh ibu nya sendiri. Alvin akui Clare adalah wanita yang cerdik. Bahkan wanita itu mengambil kesempatan untuk membawanya dari Albert dengan alasan mengajaknya main. Dan setelah 2 minggu menempeli sang ayah kemanapun pria itu pergi. Walau Albert enggan, ia masih berpikir jika Clare ini masihlah wanita yang melahirkan putranya. Dan tak mungkin ia sebagai ayah menjauhkan mereka berdua, dan akhirnya membiarkannya dibawa!

"Ibu~~~ sakit" Lirihnya pelan. Irisnya berkaca - kaca dengan menyedihkan. Tapi tatapan itu tidak mengidahkan wajah marah Clare yang begitu merah padam saat ini.

"Menangis! Kau hanya bisa menangis!" Clare berujar kesal.

"Ibu menghukummu karena kau membuat ibu kesal. Bisakah kau patuh pada ibu?" Goncangnya pada bahu si kecil.

Beberapa menit lalu, Clare memberinya sesuap bubur. Dan bocah itu malah berlari kesana kemari dengan lincah yang membuatnya geram.

"Ibu..... Kau menyakitiku" Cicit si kecil lagi dengan rendah.

"Itu karena kau nakal. Dan anak nakal pantas dihukum seperti itu!" Lengan yang kecil itu pada dasarnya sudah pucat tapi sekarang diatas warna pucat itu dihiasi oleh warna merah yang hampir membiru.

"Alvin" Panggilan itu membuat kedua orang berbeda umur itu menoleh. Menatap wajah Albert dengan jas kerjanya. Tampak sangat rapi dengan aroma parfum yang memenangkan.

"Ada apa?" Keningnya sedikit berkerut, menatap pandangan berkaca - kaca putranya dan istrinya secara bergantian.

"Mengapa dia seperti itu?" Tatapan tajam diterima Clare, membuat wanita itu membeku.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang