ARC 2 (DT 19)

5.3K 751 3
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST

.


"Katakan apa yang mau kau katakan. Aku tak punya banyak waktu" Pemuda itu bersedekap dada memandang seorang gadis yang menautkan jemarinya dengan gugup. Bibirnya digigit dengan pose yang tertekan meninggalkan kesan yang lemah. Surainya sedikit berantakan, sebagian anak rambut itu menempel didahi putih dengan sedikit keringat. Tapi dihadapkan dengan pandangan yang menggugah selera itu tak membuat pemuda itu bergeming sedikit pun.

"Jika tak ada yang ingin kau katakan. Aku akan pergi" Pemuda itu berbalik dengan acuh tak menghiraukan tatapan panik gadis yang kini ingin mengejarnya.

"Aku---aku memiliki cara untuk menghilangkan inti iblis didalam hatimu!!" Teriaknya dalam satu napas. Langkah Carl terhenti, tubuhnya berbalik menatap tajam Ellen. Ellen bergemetar, kepalanya menunduk tak mau menatap wajah Carl yang begitu menakutkan dimatanya.

"Aku..... Aku.... Aku bisa menghilangkan inti iblis dihatimu!" Ujarnya dengan sorot mata yang teguh. Carl mendengus "Aku tak mau mendengarkan leluconmu. Bisakah aku pergi sekarang?" Ujarnya, bahkan mata itu tak mau sekedar melirik Ellen.

Ellen menggeleng. "Kau tahu aku seorang Saintess, aku tau dan bisa menghilangkan inti iblis didalam hatimu. Apa kau masih mau menderita karena hal itu seumur hidupmu? Apa kau tak mau membalaskan dendam keluargamu terhadap monster - monster itu?" Ujarnya. Kini kata - kata Ellen lebih berani, bahkan gadis yang selalu menundukkan kepalanya kini mendongak menatap langsung kearah iris merah Carl.

"Apa yang kau tahu tentangku?" Cibirnya. Matanya di penuhi sorot kemarahan, wajah itu melirik Ellen dengan jijik.

"Aku.... Aku memang tak tahu apapun tentang mu. Tapi.... Aku tahu jika kau sudah cukup menderita selama ini" Ujar Ellen yang mendapatkan kekehan rendah dari Carl.

"Karena kau tak tahu tentangku, kau masih berani berdiri dan mengatakan hal - hal konyol didepan wajahku. Apakah Nona Ellen tidak memiliki rasa malu?"

"Tidak---bukan begitu---

"Sebenarnya apa tujuanmu?" Kini tatapannya jauh lebih dingin. Seperti pisau yang bermata tajam.

"Aku... Aku..... Aku------mendapatkannya dari Dewa. Yah.... Benar Dewa. Dewa menyampaikan itu di mimpiku. Aku harus menyelamatkanmu. Kalau tidak kau akan mati sia - sia!" Ujar Ellen. Ellen tak tahu mengapa ide seperti itu muncul dari kepalanya tapi setidaknya ia memiliki alasan yang cukup memadai.

Alisnya naik dengan wajah dingin. Kini sorot mata Carl sedikit serius dengan nada rendah yang dalam. "Jika kau membohongi ku, aku akan membunuhmu" Lanjutnya. Ellen menelan ludah gugup.

"Aku takkan berani membohongimu" Ujarnya dengan ragu. Tangan Ellen terulur menyentuh udara kosong dan sebuah botol kecil yang berisi ramuan hitam pekat dengan sedikit kebiruan muncul di genggaman nya. Gadis itu sedikit ragu dan menyerahkannya pada Carl.

"Ini adalah ramuan yang aku teliti ketika berada di gereja. Aku sudah memeriksanya, tak ada yang salah dengan ramuan ini" Ujarnya. Carl membuka penutup botol itu dan menciumnya ragu sebelum meneguknya kasar.

Rasa pahit dengan sedikit pedas adalah hal pertama yang Carl rasakan. Dan setelahnya rasa itu hilang seperti tak ada mulutnya. Alisnya naik "Tak ada yang terjadi, lupakan saja percakapan ini, anggap kita tak pernah membicarakan ini" Carl melempar botol kaca yang sudah kosong itu ke sembarang arah. Dan beranjak pergi.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang