ARC 3 (DT 3)

7.1K 954 47
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST


"Albert? Kau kah itu? K-kau sudah kembali?" Albert menatap wanita yang berdiri dipintu mansion dengan tatapan datar, wajah cantiknya masih sama seperti Ingatannya 5 tahun yang lalu.

Dahinya berkerut, menatap tajam wanita yang kini kian mendekat. Harum parfum begitu menyengat tercium, menyebar ke udara membuatnya tak nyaman. Apakah wanita itu tau jika disini ada putranya yang masih kecil, bagaimana bisa wanita itu keluar masuk dengan wangi seperti itu?

"Bau parfummu begitu menyengat" Ujarnya singkat. Clare membeku, tentu saja ia ingin memberikan kesan pertama yang baik di hadapan suaminya. Tapi belum sampai 10 menit ia bertatapan dengan pria itu, mengapa hanya ada tatapan jijik dimata pria itu. Apa wangi parfumnya begitu mengganggu? Apa ia harus menggantinya dengan wangi yang lain??

"Huaaa" Tangisan kembali terdengar dari si kecil, punggung sempit itu bergetar, tangannya bertambah kencang melilit leher sang ayah dengan erat. Bibirnya trus bergumam tidak jelas.

"Albert apakah Alvin rewel?" Sebuah suara lembut yang penuh dengan sifat keibuan terdengar. Wanita itu meletakkan segala belanjaannya dilantai dan menghampiri keduanya. "Ini adalah waktu tidur bagi Alvin. Mungkin ia kecapean. Sini kemari kan. Aku akan membawanya ke kamar" Albert terdiam, tangan yang melilit lehernya bertambah kencang, tangisannya kian bertambah seakan tak mau dilepaskan dari sang ayah yang baru saja bocah itu temui.

Albert ragu tapi wanita ini tetaplah ibu dari anaknya, yang selama ini mengurus si kecil hingga sekarang. Pria Alison itu dengan berat hati tetap menyerahkannya. Wanita itu membawa si kecil ke lantai atas dengan tepukan dipunggung yang begitu lembut, seakan - akan menenangkannya. Padahal pria itu tak tahu jika Alvin menahan gemertak gigi dengan marah.

Langkahnya begitu pelan menaiki tangga, hingga berada di ujung tangga dan berlalu hingga tak terlihat.

Setelah Clare sampai dikamar paling pojok, ia membuka pintu itu dengan pelan dan menutupnya.

Bam.

Pintu itu tertutup dari dalam, Clare menurunkan Alvin yang masih terisak kecil keatas kasur. "Jangan menangis! Tidur kekasurmu. Jika ibu melihat kau tidak tidur, ibu akan kembali memukulmu, Kau mengerti?" Bagaimana bisa ada banyak lapisan wajah diwajah cantik wanita itu?

Bocah itu masih terisak tersendat - sendat tapi masih menyaut dengan patuh "Baik.. Hic ibu~~~" Dan menaiki kasur dengan tangisan.

Clare merasa puas dengan sikap patuh nya dan kembali merapikan rambut dan bajunya sebelum beranjak keluar dengan senyum diwajahnya. Setelah kamar itu kosong, tangisan Alvin terhenti. Hanya ada keheningan. Wajahnya benar - benar tak enak dipandang.

"Gail, bisakah aku membunuh seseorang?"

"Itu tidak di ijinkan, Tuan"

Alvin mendengus, menghapus air matanya dengan gerakan pelan dan langsung bersitatap dengan cermin tepat berada di sebrang kasur. Seorang bocah tercermin dikaca, Pipinya yang bulat berwarna kemerahan dengan sudut mata yang sedikit berair, mata bulat itu berkaca - kaca dengan raut sedih yang memilukan.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang