DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON
🚛
HAPPY READING💛
.
.
.
.
.ALL PIC BY PINTEREST
Beberapa hari berlalu semenjak mereka memutuskan untuk singgah sementara diwilayah para Naga. Musim panas akan tiba 2 hari lagi, cuaca akan menjadi lebih hangat dari biasanya. Di musim panas, hari-hari terasa panjang, langit yang biru akan selalu membentang dengan indah. Bunga - bunga akan mekar seakan menampakkan senyumnya. Dilihat dari sisi mana pun musim panas begitu indah dan begitu hangat, sehangat mentari pagi yang selalu menyinari bumi.
Seharusnya begitu.
Namun setelah datangnya Gates, bumi menjadi tidak menentu, cuaca terasa terombang - ambing. Banyak hal yang mengkhawatirkan. Entah besok mereka masih bisa melihat matahari terbit atau malah Dewa Yama. Di Dunia yang sudah hancur ini hanya tersisa 2 pilihan.
Hidup atau mati.
✧༺♥༻✧
Pria kecil itu berlari, kaki kecilnya begitu lincah menapaki tanah basah dengan rerumputan Dibawahnya. Senyum secerah matahari begitu apik terpantri diwajah bulatnya. Tubuhnya sudah berantakan karena lumpur begitu pula wajahnya. Hanya menampakkan mata bulat yang masih terbuka diantara kotornya lumpur. Arthur tersenyum.
"Kemari" Ujarnya singkat. Bocah itu menghampiri Arthur, tubuhnya digendong dengan tiba - tiba. "Kau harus mandi" Mendengar perkataan pria itu, bocah itu langsung memberontak. Ia masih mau bermain, tak mau mandi!!
"Setelah ini kita akan makan sesuatu yang enak" Gerakannya terhenti, membiarkan Arthur membawa tubuhnya kearah hilir sungai dan membasuhnya. Ia bertelanjang dada, tubuhnya begitu mungil dan begitu kecil untuk anak seusianya. Kurus, dan kering. Mungkin semua daging itu menumpuk didaerah pipi bocah itu, pikir Arthur.
"Alvin!!" Teriakan sang ayah membuat bocah itu terdiam sebelum berlari dengan keadaan yang masih terlanjang, dengan terkikik kecil memeluk sang ayah dengan tubuh basahnya.
"Apa yang kau lakukan, mengapa berlari seperti itu dengan tubuh basah. Bagaimana jika kau sakit?" Sang ayah memarahinya, kepala itu menunduk dalam. Jari kecil itu menangkup pipi sang ayah dari kedua sisi, tak membiarkan ayahnya menghindar dari tatapannya. Dahinya berkerut dalam seolah - olah sedang mencoba menyusun kata - kata yang tepat, mata bulatnya menatap sang ayah membuka mulutnya dan kembali menutup, dan kembali membukanya lagi.
"Ayah, maafkan aku. Aku salah. Aku takkan mengulanginya" Ujarnya dengan manis. David tersenyum. Putranya memang begitu baik, begitu patuh. Hanya masalah dengan kenakalannya yang sedikit sulit diatasi saja.
"Bagus, anak pintar" Pujinya, senyum itu semakin lebar, mendekatkan wajahnya kearah sang ayah dengan bibir yang manyun ke depan.
Muahhh
Pipi David dihadiahi ciuman, tentu saja dengan sedikit bonus air liur. Semenjak mereka pergi, putranya semakin banyak berbicara, mempelajari banyak kosakata baru dan semakin cerewet tidak sediam dimasa lalu. Berta tersenyum tipis, ini adalah buah dari kesabarannya dengan sang suami akhirnya Dewa berbelas kasih dan memberikan sang putra senyum yang begitu cerah.
"Ayah, aku tidak brengsek"
"Hah?"
"Siapa yang mengajari kata - kata seperti itu padamu?" George berwajah masam. Wajahnya dengan dingin menatap masing - masing anggota yang hadir dimeja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
( TRANSMIGRATION) Dimensional Transmission
Fantasy[BrotherShip Story] Alvin, pemuda tanggung itu kini terseret kedalam teknologi buatannya sendiri, "Dimensional Transmission" Disuruh memainkan alur cerita berbeda - beda dan mengubahnya demi menyelamatkan hidupnya. "Gail? Apa yang terjadi?!!" "Sep...