ARC 2 (DT 5)

7.9K 965 12
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST
.

Jika bulan bersinar di malam hari, maka matahari bersinar di siang hari. Tapi mengapa bulan selalu ditemani oleh bintang sedangkan matahari selalu sendiri? Alvin selalu bertanya - tanya, jika matahari dan bulan bersama bukankah mereka tidak akan sendirian.

Matahari yang sendiri, dan selalu kesepian nyatanya adalah sumber kehidupan terbesar bagi makhluk dibumi, banyak makhluk hidup yang membutuhkan matahari dalam proses hidupnya. Mereka menyukai matahari dibandingkan bulan.

Dalam artian, walaupun matahari disukai dibandingkan bulan, namun tetap saja tidak merubah fakta jika matahari selalu sendirian. Sama sepertinya. Ia berusaha agar semua orang dapat menyukainya namun faktanya ia akan tetap sendiri. Mereka akan kembali pergi dan meninggalkannya seorang diri.

Alvin tak mengerti mengapa takdir mempermainkannya. Namun ia tahu satu hal yang pasti tujuannya adalah untuk kembali ke dunia nya sendiri.

Ya, benar.

Untuk kembali.

.

.

.

Perlahan mata itu terbuka, mata sayu yang tampak redup itu melihat sekeliling. Hingga sebuah tangan menggenggam jari - jarinya begitu erat, ia melirik kesamping.

"Jangan pernah keluar tanpa memberitahu Ayah. Kau membuat ayah dan ibu takut" Ayahnya berkata begitu lirih, tangan yang dua kali lebih besar dibandingkan dirinya itu menggenggam tangannya begitu erat, menyalurkan rasa hangat suhu sang ayah kepada tangannya yang dingin, tepat disampingnya sang ibu terlihat menatap sendu dirinya, sudut mata itu memerah dan terlihat membengkak. Hatinya terasa sakit melihatnya.

"Ibu.... Ibu" Suara serak kekanakan terdengar dari bibir kecilnya. Tangannya menggapai - gapai sang ibu yang perlahan membawa tubuhnya kedalam pelukan. Didalam plot aslinya, karakter yang ia pakai adalah anak yang dimanjakan. Bocah ini menginginkan bulan dan bintang dan begitu nakal. Walau memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan perasaannya, karakter aslinya begitu senang berteriak dan sering membuat sang ibu menangis sedih. Namun sekarang berbeda.

Ia adalah orang yang menempati tubuh ini, ia adalah orang yang licik yang penuh dengan rencana. Ia tidak akan membuat ayah dan ibunya merasakan hal itu lagi "Uh...... Ibu... Jangan me--menangis" Tangan kecil itu berusaha meraba wajah sang ibu yang penuhi air mata. Mata bulatnya menatap panik sang ibu dengan begitu imut.

Berta berusaha menahan isakannya, setelah melihat putra kecilnya tak sadarkan diri rasa gelisah dan khawatir  menggerogoti hatinya, ia merasakan kesedihan yang begitu kentara. Namun sekarang, pangeran tidur itu sudah bangun dari tidurnya. Ia bernapas lega. Ia bersyukur "Ibu tidak sedih, ini adalah air mata kebahagiaan" Gumamnya pelan.

Si kecil terdiam, memiringkan kepalanya, menatap sang ibu dengan instens. Wajah itu terlihat bingung dengan kata - kata yang diucapkan. Membuat Berta terkekeh pelan.

Belum sampai disitu, pintu kayu yang tertutup perlahan terbuka, Lance dan George datang dengan tubuh penuh pelu dengan tangan yang memegang tumpukan kayu bakar dipundaknya dari luar.

Melihat sang adik yang sudah terbangun, Lance langsung meletakkan kayu bakar itu di tanah dan memeluk tubuh kecil adiknya kedalam pelukan. Alvin berjengit, tubuhnya masih terasa tak nyaman. Mengetahui jika Alvin bergerak tak nyaman, Lance melepaskan pelukan itu.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang