[BrotherShip Story]
Alvin, pemuda tanggung itu kini terseret kedalam teknologi buatannya sendiri, "Dimensional Transmission" Disuruh memainkan alur cerita berbeda - beda dan mengubahnya demi menyelamatkan hidupnya.
"Gail? Apa yang terjadi?!!"
"Sep...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dari mana saja kau?"
Ruangan itu gelap, hanya ada satu lampu yang remang- remang menyala. Walaupun penglihatannya sedikit kabur kerena alkohol, Clare masih bisa mendengar begitu jelas jika ada seseorang yang berbicara padanya.
"Siapa kau?" Dengan tubuh sempoyongan, alisnya merajut dengan tidak senang. Ia adalah Nyonya di mansion ini. Beraninya pelayan mempertanyakan dirinya?
"Aku berkata, dari mana saja kau?" Suara datar magnetis itu membuat Calre membuka matanya lebar - lebar dan mendapati wajah Albert yang duduk disofa panjang dengan pose yang arogan. Matanya dingin, sedingin es. Menatapnya dengan tatapan superior.
"A--Albert?" Ia meruntuk dalam hati, Bagaimana ia lupa jika Albert ada di mansion ini?
"Aku akan mengurangi pengeluaranmu mulai sekarang" Ujar pria itu lagi.
"A--Albert"
"Apa menyenangkan bermain dengan teman - temanmu dan melupakan putramu disini?" Itu bukan pertanyaan lebih kearah cibiran.
"Aku----aku tidak...... " Walau ia ingin membantah, semua kata - kata itu seperti menyangkut di tenggorokkannya, seakan ia tahu alasan apapun yang nantinya ia ucapkan, pria depannya tak akan mempercayainya.
"Clare, aku sudah diam cukup lama" Pria itu berdiri, mendekatinya sedikit demi sedikit, ruangan yang gelap bertambah suram seakan akan emosi terpendam pria itu dapat menyentuh tempat terdalam rasa takutnya.
"Ak--Aku aku...aku takkan mengulanginya lagi"
"Apa kau tahu jika Alvin memiliki perut yang lemah??" Bukan tanggapan yang ia terima namun sebuah pertanyaan.
"A-apa??" Albert membuang muka dengan wajah lelah, menghembuskan napas panjang dan kembali menatapnya.
"Berapa unur Alvin tahun ini?" Clare menundukkan kepalanya dalam, rasa pening akibat alkohol seakan hilang entah kemana. Aura pria didepannya membuat bawah sadarnya waspada.
"4 tahun... Bukankah putra kita berumur 4 tahun" Kini suaranya melembut, berusaha menatap mata sang suami yang kini menatapnya sedalam jurang. Walaupun pria didepannya belum mencintainya, tapi ia adalah ibu dari anaknya. Rasa superior yang tinggi terbentuk didalam hatinya dengan percaya diri.
"Kau bahkan melupakan umur putramu, Clare apakah kau benar-benar perduli dengan putramu sendiri?" Clare membeku, ia salah?