ARC 3 (DT 24)

4K 603 11
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST

Jika ada kata yang melebih kata tampan mungkin pria inilah yang cocok dengan kata - kata itu. Alis setajam pisau, mata dingin dengan sedikit smirk disudut bibirnya, membuat pria itu tampak begitu jahat dan menggoda. Duduk dimobil hitam dengan angkuh. Ia menoleh kearah jendela mobil yang menampilkan pemandangan yang familiar.

"Tuan, apakah anda akan langsung kembali ke mansion?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan, apakah anda akan langsung kembali ke mansion?

"Tidak. Aku akan menemui teman lama terlebih dahulu" Ujar pria itu. Supir didepannya mengangguk patuh, dan menjalankan mobilnya kearah yang berbeda dari seharusnya.

.

.

.

.

Suasana sekolah tampak lebih hening dari biasanya. Meskipun banyak pasang mata yang menatapnya, Bella dengan percaya diri berjalan dengan anggun dengan seragam sekolah yang begitu apik ditubuhnya. Di depannya anak laki - laki itu begitu semangat memperkenalkan lingkungan sekolahnya dengan senyuman lebar. Bella berdecih, jika bukan karena Albert. Mana mau ia satu sekolah dengan Alvin?

Keduanya berada diusia yang sama begitupula tahun ajaran yang sama. Albert tak mau ambil pusing dan segera mendaftarkan Bella disekolah yang sama dengan Alvin.

"Dan disinilah kita" Bocah itu menarik lengan Bella antusias dan ingin mengajaknya untuk memberi tahu dimana kursi gadis itu. Namun Bella menolaknya dengan kasar dan berkata "Aku bisa jalan sendiri. Tak usah menarikku!" Dan memasuki kelas dengan wajah kesal.

Topik hangat keluarga Alison sudah memasuki banyak telinga. Teman - temannya dan para guru berbisik rendah. Dan ada beberapa yang sengaja menghina Alvin dan mengutarakan kasihannya pada Bella. Mendapatkan banyak kata prihatin dari teman - temannya dan sebagian gurunya, tidak membuatnya kesal malah semakin senang. Semakin ia terlihat menyedihkan, maka semakin banyak orang memihak padanya. Ia memandang Alvin yang masih tersenyum dengan cemooh.

Walau Alvin tak mengerti mengapa para teman bahkan gurunya membicarakannya, tapi ia memiliki otak yang pintar, anak 9 tahun itu belajar dengan cepat. Ia memahami apa yang dibicarakan orang lain.

Dan ketika malamnya, bocah itu memasuki ruang kerja ayahnya dengan sedih, sembari memeluk boneka wortel kesukaannya. Ia mengetuknya pelan dan masuk.

Melihat putra kecilnya belum tidur dan menemuinya membuat keningnya Alneet berkerut heran. "Kau belum tidur? Apa putra ayah tidak bisa tidur?" Albert menaruh dokumen yang dipagangnya keatas meja, melepaskan kaca mata bacanya dan berjalan mendekat kearah putranya yang masih terdiam dan menggendongnya.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang