[BrotherShip Story]
Alvin, pemuda tanggung itu kini terseret kedalam teknologi buatannya sendiri, "Dimensional Transmission" Disuruh memainkan alur cerita berbeda - beda dan mengubahnya demi menyelamatkan hidupnya.
"Gail? Apa yang terjadi?!!"
"Sep...
Salju menutupi pepohonan, seperti menyelimutinya seakan - akan mengatakan 'aku akan menyelimutimu sampai musim semi tiba' begitu indah dengan kilauan warna putih es yang membeku. Namun nyatanya dinginnya musim ini, tak membuat kedua pemuda itu terganggu.
Tangan itu memegang benda logam panjang dengan kuat, satu tangan memasukkan peluru dan tangan yang lain menahan bobot berat senapan ditangannya. Dirasa cukup, matanya menyipit, menatap papan buatan sebagai target.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bang
Aroma petrichor salju dikalahkan oleh bau mesiu yang tajam, seperti campuran belerang, arang, dan kalium ningrat yang terbakar menjadi satu. Sensasi logam panas yang terbakar ditangan dan tekanan saat senapan mengeluarkan muatannya menembak tepat kearah target membuat pemuda itu tersenyum puas.
"Tambah kan lagi pelurunya"
"Baik, Yang Mulia"
"Ed kau mau mencobanya?" Tatapannya beralih kearah pemuda yang sedari tadi terdiam.
"Tidak, terima kasih" Edward duduk dibangku tak jauh dari lapangan menembak, hanya melihat permainan Maxime dengan santai.
Peluru itu kembali diisi, memuat beberapa logam sebiji kacang yang lumayan berat. Tangannya kembali memegang senapan Dan.......
"Ya-Yang Mulia, putri kedua Duke Bert ingin bertemu dengan Anda" Seorang gadis datang dengan gugup, wajahnya memerah malu dengan tangan yang saling bersautan satu sama lain.
Gerakannya terhenti, ia meletakkan pistol itu, melirik gadis yang menundukkan kepalanya dihadapannya.
"Bukankah gadis Bert itu tunanganmu?" Edward dari belakang menyaut malas dengan dagu yang tertumpu.
"Katakan padanya aku tak punya waktu" Jawabnya singkat. Sang gadis menganggukkan kepalanya ragu dan berlalu pergi. Ia kembali mengambil pistolnya, memegang gagang senjata api itu dengan pose yang sedikit condong, matanya menyipit menatap target dan...
"Ya-Yang Mulia putri kedua Duke Bert tidak mau pergi dan bersikeras ingin bertemu dengan Anda" Ia kembali menghentikan gerakannya, pistolnya dilempar kesamping kearah Butler yang sedari tadi berada disampingnya. Wajahnya yang biasa tersenyum pudar digantikan tatapan dingin yang begitu tajam, ia mendengus.