ARC 3 (DT 28)

4.2K 628 6
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST




Plomp, kata singkat sederhana yang memiliki banyak makna yang indah. Tenang, tak mudah tergoyahkan. Sama artinya dengan percaya diri dan bijaksana.

Seperti sebuah bunga yang tumbuh ditengah - tengah ilalang yang kering.

Ilalang dan bunga adalah dua hal yang bertentangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilalang dan bunga adalah dua hal yang bertentangan. Tidak perlu menyingkirkan ilalangnya, bunga tetap tumbuh dan memancarkan keindahannya. Semakin lama dilihat, bunga akan semakin menarik. Membuat beberapa serangga dan binatang lainnya juga akan mengkrubunginya.

Bunga itu seperti putranya, selalu cerah, ceria, dan memancarkan rasa nyaman membuat nya menarik banyak orang dengan sifat menggemaskannya.

Tapi putra yang ia sayangi saat ini sedang berbaring tak berdaya ditempat tidur. Saat ini bunga itu menjadi layu. Bibir yang selalu mengatakan kata manis itu terkatup dengan gemetar sesekali meraung sedih dalam tidurnya. Mata besar yang selalu menatapnya berbinar tertutup oleh bulu mata dengan sudut mata yang memerah. Wajahnya dipenuhi keringat, tubuh kecil itu meringkuk ditempat tidur besar. Ia tak nyaman melihat putranya kesakitan. Ini manyakiti hatinya. Sangat menyakitkan.

"Cepat cari tahu siapa yang membuat puraku seperti ini!!!!" Teriaknya tak sabar. Bibirnya terkatup rapat dengan emosi. Wajahnya berantakan. Ia kesal. Amarahnya sudah diubun - ubun tapi ia tak tahu harus melampiaskannya pada siapa.

"Paman"

Albert menoleh, melirik wajah Licius yang sama kesalnya seperti dirinya. Pemuda itu tak mampu melirik bocah yang masih tak sadarkan diri ditempat tidur. Dan menatap tempat lain dengan gelisah. Ini pertama kalinya pemuda itu terlihat begitu sedih. "Aku sudah membawa orang - orang yang berada di dekat sana. Dan orang - orang itu sedang ditanyai. Kau bisa menyerahkan nya padaku" Ujarnya.

Albert tak merespon, berbalik dan kembali menatap putranya dikasur dengan tatapan yang sulit diartikan. Musim dingin tengah mengalami perubahan suhu yang begitu besar. Dingin membeku merasuk kedalam kulit, dari balik jendela hanya ada badai salju yang mengamuk seperti menacarkan suasana hatinya yang berantakan.

Krietttt.

Pintu kembali terbuka, Jane datang dengan sedih, tubuhnya terhuyung - huyung dipapah oleh Elliot. Wajah keduanya kuyu. "Putraku....putraku." Isaknya. Jane duduk disamping tempat tidur, memegangi jari - jari kecil yang berkeringat. Memegangnya erat sesekali menciumnya lembut.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang