DT 39

8K 931 4
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST





Sekelompok pria dengan penutup wajah itu datang beramai - ramai. Tangan itu memegang pedang yang sudah berlumuran darah, kekehan terdengar dari salah satu pria gemuk yang memimpin.

"Bunuh semuanya jangan sisakan satu pun" Dengan perintah di gendut, yang lainnya segera menghampiri kereta kuda yang tergoncang tak beraturan. Anna dan Maxime menahan napas dengan perasaan kalut.

Bang

Pintu kereta terbuka, Elart, salah satu prajurit yang ikut mengantar keberangkatan Maxime kini membuka pintu kereta dengan kencang "Yang Mulia apapun yang terjadi jangan keluar..jangan pernah kelua--akhh"

Pedang menembus tubuhnya yang belum siap, disaat - saat waktu sekarat pun, Elart kembali menutup pintu kereta kuda dengan kencang membuat kereta itu tergoncang dengan bunyi yang kencang. Anna memeluk Maxime erat, bibirnya turut merapal doa pada Dewa agar mereka selamat dari malapetaka.

"Tak apa Tuan Muda, semuanya akan baik - baik saja. Tak ada yang akan menyakiti Anda"

Maxime hanya terdiam, mendengar deru napas tak beraturan dari Anna. Maxime tak mengerti mengapa Anna begitu kalut, bukankah sudah jelas hasil akhirnya ia akan mati. Kematian tidak membuatnya takut. Ia sudah terbiasa berada di situasi antara hidup dan mati seperti ini.

Bunyi diluar semakin nyaring terdengar, gesekan logam dan bunyi derap kaki tak beraturan yang mengisi suasana yang kian memanas.

Dan benar saja, pintu kereta kuda kembali terbuka menampilkan pria paru baya dengan perut bundar yang menjijikan, senyum lebar terpantri diwajah yang berminyak itu, dapat Maxime lihat gigi emas yang berada diantara gigi susu itu bersinar mengenai matanya.

"Hohohoho, sepertinya tugas kita akan cepat selesai dari waktu yang ditentukan" Pria itu bersedekap dada, menarik rambut Anna dengan kasar, dan menggeretnya menjauh. Membuat pelukan Anna terlepas dan terhempas keluar.

"Jangan menyentuhnya!!" teriakan Anna kembali terdengar, wanita itu memukul - mukul punggung pria itu dengan tangan nya yang bahkan tidak sebanding.

"Ah! Menyebalkan. Jangan menyentuh ku jalang!" Lagi dan lagi, Anna mendapatkan tendangan dari pria itu. Maxime mengeratkam tangannya. Rasa kesal membuncah dihatinya melihat tubuh Anna yang meringkuk kesakitan, wanita yang selalu lembut mengasuhnya, mengajarinya berbagai macam hal baru kini mendapatkan banyak lebam didepan matanya sendiri.

"Jangan memukulnya!!" Ujarnya dengan memincingkan matanya dingin.

"Ho~~~" Pria itu berbalik, menatap Maxime yang masih duduk dikereta kuda dengan senyuman miring, "Teruslah berteriak dan aku akan membunuh wanita ini" Ucapan pria itu membuat Maxime terdiam, ia merasa tidak berguna. Apa yang diketahui anak 11 tahun yang dihadapkan dengan situasi hidup - mati seperti itu. Dilihat dari kaca mata sudut ketiga pun. Ia tak akan mampu melawan pria besar didepannya.

"Bawa bocah itu"

Pria gendut itu berbalik dan menjauh, kini didepannya digantikan oleh pria paru baya dengan tubuh kurus yang hampir menampilkan tulang rusuknya, bekas luka diantara mata yang begitu menakutkan, serta pedang disisi tubuh dengan penutup kain yang compang camping tak beraturan.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang