DT 19

12.7K 1.3K 4
                                    

Double up!

Sebenarnya kedua chap ini adalah titik komplikasi yang sebenarnya.

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST



Begitu gelap, dingin, dan menakutkan. Ia sendirian tidak ada cahaya sedikit pun. Dimana ini? Ia berlari, terus berlari namun ujung cahaya itu malah semakin menjauh ketika langkahnya mendekat. Tidak....

Mengapa bayangan itu terus mengikutinya? Semuanya gelap ia takut... Ia ingin pulang... tolong siapa saja....

"Vin..."

"--Vin!"

"Alvin!!!"

"Hah hah hah hah"

Mata itu terbuka, dada kembang kempis seperti kehabisan napas. Keringat menghiasi wajahnya. Sayup - sayup telinganya berdengung merasakan suara berisik sekitarnya. Dimana ia?? Tubuhnya begitu lemas, tubuh nya yang belum siap kini terangkat seperti dipeluk. Begitu dingin, Ahhh ia menyadari jika ia tak memakai baju.

"Buka matamu, sayang. Lihat Ayah" Pandangannya masih terasa buram, melirik kearah suara yang menampilkan wajah sang ayah yang diperbesar dihadapannya.

"Apakah metode ini akan berhasil?" Suara itu kembali memasuki pendengarannya.

"Duchess, metode ini membuat suhu demam Tuan Muda berpindah ke tubuh Duke, demam nya akan berangsur - angsur membaik walau tidak sepenuhnya turun jadi tungguilah dengan tenang" Tabib tua dengan rambut yang memutih melirik Maria dengan suara tenang.

Kini Alvin dapat rasakan tubuhnya ditimang dengan pelan, ia menyadari jika dirinya dan sang ayah saling berpelukan shirtless yang berarti bertelanjang dada, tentunya mereka berdua masih memakai celana masing - masing. Kesadarannya masih belum sepenuhnya terisi, gumaman sang ayah yang begitu lembut tidak terlalu jelas terdengar tapi ia merasa jika sang ayah menyuruhnya membuka matanya.

Ia malas, mata ini begitu berat rasanya hanya untuk sekedar melihat sekeliling. Namun, tangannya melingkari leher sang ayah erat, merasakan suhu dingin ditubuh Alaric yang membuat nya nyaman. Kepalanya sudah bersandar seutuhnya dibahu sang ayah.

Alaric menepuk - nepuk kecil punggung sempit itu dengan tangannya. Suhu panas yang membakar tidak membuatnya tidak nyaman malah telapak tangan lebarnya yang memiliki suhu bertentangan dengan si bungsu semakin menutupi punggung sang anak sepenuhnya tak ingin ada udara sedikit pun yang mengenai kulit pucat itu.

"Bangun, tidak apa. Perlahan..." Alvin menyipit ketika cahaya yang tiba - tiba memasuki retinanya, namun ia masih berusaha membukanya. Perlahan tapi pasti jade hijau itu menampakkan warnanya, ia dapat melihat sang ibu yang sudah tergesa - gesa kearahnya dengan raut khawatir.

"Sayang, Ada yang sakit? Tak nyaman? Katakan, akan ibu sembuhkan" Maria memegang jari jemarinya dengan lembut mencium telapak tangan Alvin yang masih berada sigendongan Alaric dengan sayang.

"A... Ir... Air" Ujarnya dengan sekuat tenaga.

Maria yang mendengar itu segera mengambilkan air yang berada tepat diatas nakas tempat tidur kearah bibirnya. Alaric mengubah gendongannya membuat lengan nya menjadi tumpuan bagi bokong Alvin dengan posisi menyamping. Tangannya membantu sang bungsu yang masih terlihat tidak bertenaga untuk memegangi gelas itu.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang