4

618 94 6
                                    

Meski tidak lagi berstatus sebagai manajer Dream, Jeje merasa dia tetap perlu untuk mendiskusikan masalah tawaran S.Coups kepadanya bersama dengan para pemuda yang sejak remaja sudah tinggal bersama dengan Jeje tersebut.


Iya, Jeje bukan lagi manajer utama Dream.


Jadwal Dream yang semakin hari semakin padat membuat Jeje kewalahan untuk mencocokkan semua aktivitas Dream baik secara grup maupun individu dengan jadwal kuliahnya sendiri. Tidak mau semuanya menjadi berantakan, terutama karena dia enggan memberatkan Nyonya Hong kalau sampai Jeje tidak bisa lulus tepat waktu, maka Jeje memutuskan untuk mundur sebagai manajer utama Dream. Yang menggantikan dirinya adalah Nara, sosok yang juga pernah menggantikan Jeje sebagai manajer utama Dream ketika Jeje didapuk menjadi manajer utama untuk proyek All Good.


Ada alasan kenapa Jeje merasa harus mendiskusikan soal tawaran mengelola agensi bersama dengan S.Coups itu dengan anggota Dream. Ketika Jeje mundur sebagai manajer utama Dream dan digantikan oleh Nara, Mark dan kawan-kawan masih bisa menerima keputusan tersebut karena mereka tahu kalau mereka masih tetap bisa bertemu dengan Jeje di perusahaan.


Akan tetapi, segalanya akan jadi sangat berbeda apabila Jeje menerima tawaran S.Coups. Karena itu berarti Jeje harus mengundurkan diri dari perusahaan. Dampaknya, para anggota Dream tidak akan bisa bertemu dengan Jeje seleluasa seperti ketika mereka masih berada di perusahaan yang sama.


Usai Jeje menjelaskan semua gagasan soal mendirikan agensi, mulai dari alasan kenapa gagasan itu sampai tercetus sampai alasan S.Coups memilih Jeje untuk mendampinginya dalam membangun agensi mereka, ada keheningan yang mengudara. Baik Jeje maupun para anggota Dream tenggelam dalam kontemplasi mereka sendiri-sendiri. Yang paling dicemaskan oleh Jeje adalah reaksi Jisung dan Chenle. Kedua anggota Dream tersebut adalah anggota yang paling lengket dengan Jeje. Bahkan ketika Jeje bukan lagi berstatus sebagai manajer Dream, dalam kegiatan individu mereka, Chenle dan Jisung tetap ingin selalu ditemani oleh Jeje.


Setelah hening yang cukup lama, Jisung akhirnya mengeluarkan pendapatnya.


"Kalau Noona jadi pemilik agensi bersama dengan Coups Hyung, berarti Noona akan jadi orang penting ?"


"Noona bukan pemilik agensi. Anggota Seventeen adalah pemilik resmi agensi tersebut jika agensi itu sudah resmi berdiri. Noona hanya membantu untuk mengelola manajemennya bersama dengan Seungcheol...." Jeje meralat ucapan Jisung.


"Ya pokoknya, Noona tidak akan lagi diremehkan orang lain kan ? Noona kan sudah punya jabatan yang tinggi...." sambung Jisung lagi.


Jeje cukup terkejut dengan ucapan Jisung yang ini. Tapi rasa terkejut Jeje tidak bertahan lama, karena Chenle, orang yang paling mengerti soal Jisung, langsung turun tangan untuk menjelaskan.


"Aku dan Jisung, kami tidak pernah bisa melupakan kejadian saat di rumah sakit dulu, Noona.... Ketika ibunya si psikopat itu mengatakan kalau putrinya yang gila itu lebih berharga dari Noona.... Kami tidak terima.... Itu sebabnya, dulu ketika Noona bercerita soal rencana Noona ingin mengambil gelar master, kami berdua langsung setuju. Kami tidak ingin ada yang merendahkan Noona lagi.... Tidak boleh ada yang melakukan itu kepada Noona selagi kami masih ada...."


"Chenle benar, Noona.... Meskipun saat itu aku tidak berada di ruang rawat Noona dan mendengarkan secara langsung apa yang dikatakan oleh ibunya Yoo-ah pada Noona, tapi aku juga ikut sakit hati ketika aku dengar kalau dia bilang Noona tidak berharga.... Noona sangat berharga bagi kami.... Jadi, kalau dengan mengelola agensi bersama Coups Hyung bisa membuat Noona tidak lagi dianggap remeh oleh orang lain, maka kami akan mendukung Noona sepenuhnya...." tambah Jeno.


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang