17

326 60 1
                                    

S.Coups, Jeje beserta seluruh anggota Seventeen sudah berkumpul tepat di tempat dan sesuai dengan waktu yang dikirimkan oleh Jaehyun. Apartemen milik Jaemin menjadi lokasi pertemuan mereka kali ini. Apartemen yang sama yang digunakan oleh Jaemin untuk menyembunyikan Jeje dulu, sekarang menjadi tempat persembunyian Renjun di tengah-tengah masa hiatusnya.


Para anggota Seventeen langsung berbaur dengan anggota Ilichil dan Dream begitu mereka tiba. Berhamburan memenuhi seluruh penjuru ruangan yang ada di unit milik Jaemin.


Sementara di ruang tengah, Jeje duduk di sebelah Renjun yang sejak tadi tampak melamun. Pemuda Huang itu bahkan tidak ikut dengan anggota Dream yang dengan keributan yang menjadi ciri khas mereka menyambut kedatangan Jeje ke sana. Tangan Renjun terasa semakin mungil di dalam genggaman tangan Jeje. Sesekali Jeje mendengar Renjun menghela napas panjang.


"Ingin makan sesuatu, Renjun-ah ?" tawar Jeno pada Renjun untuk kesekian kali yang untuk kesekian kali juga dibalas dengan gelengan kepala.


"Atau ingin Noona buatkan sesuatu untukmu ? Chenle bilang, dua hari ini kau tidak makan sama sekali....."


Renjun menggeleng lagi. Dia menundukkan kepalanya.


"Bukannya bagus kalau aku tidak makan ? Mereka lebih suka kalau aku kurus kering kan ?" gumam Renjun lirih.


Jeje menatap Renjun lamat-lamat. Kesedihan terpancar jelas di wajah perempuan itu. Tangan Jeje yang bebas lantas terulur, mengusap lembut sebelah pipi Renjun lalu mengangkat wajah Renjun agar mereka bisa bertatapan secara langsung.


"Noona yang tidak suka..... Makan ya ? Sedikit saja....." bujuk Jeje.


Taeyong kemudian muncul dari arah dapur. Di tangannya terdapat nampan yang berisi semangkuk bubur dan secangkir teh chamomile.


"Hyung buatkan bubur ginseng dan abalon untuk Renjun. Pastikan dia menghabiskannya, Jeno-ya...." ujar Taeyong ketika mengulurkan nampan yang ada di tangannya ke arah Jeno dan diterima oleh Jeno dengan ragu-ragu. Jeje melihatnya. Maka dari itu, Jeje pun berinisiatif untuk mengambil alih tugas Jeno yang diberikan oleh Taeyong.


"Bawa ke sini, Jeno-ya..... Biar Noona yang menyuapi Renjun....."


Jeno baru saja akan melangkahkan kakinya untuk menghampiri Jeje serta Renjun, tapi sepasang tangan sudah lebih dulu mengambil alih nampan yang sedang dipegang oleh Jeno.


"Biar Hyung saja yang melakukannya....."


Jeno mengangkat wajahnya, menatap ke arah Minghao yang kini berdiri di hadapannya. Minghao mengulas senyum untuk meyakinkan Jeno. Kini, dengan nampan berisi bubur serta secangkir teh, Minghao berjalan mendekati sofa yang diduduki oleh Jeje dan Renjun lalu mendudukkan dirinya di atas karpet, persis di depan Renjun.


Dengan penuh kesabaran, Minghao membujuk Renjun untuk membuka mulutnya. Butuh waktu lebih dari tiga menit untuk membuat Renjun menelan satu suap bubur dari tangan Minghao. Jeje terharu melihat solidaritas yang ditunjukkan oleh Minghao pada Renjun. Susah payah dia menahan air mata agar tidak lolos tanpa permisi mendengar setiap kata penyemangat yang keluar dari mulut Minghao untuk Renjun.


"Akan selalu ada orang yang membenci kita, tidak perduli seberapa kerasnya kita berusaha untuk menyenangkan semua orang..... Yang kita lakukan di atas panggung, di depan kamera yang menyorot kehidupan kita tanpa henti adalah hidup yang kita pilih. Meskipun pasti ada konsekuensi atas semua pilihan yang kita ambil, akan tetapi seorang idola itu adalah manusia biasa juga..... Kita bukan people pleaser, Renjun-ah..... Tidak perlu berusaha keras untuk menyenangkan atau memenuhi ekspektasi orang lain...."


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang