Menepati janjinya pada Jeje, Joshua tetap tinggal di rumah sakit dan menemani Jeje saat kakak angkatnya itu harus menjalani pemeriksaan psikologis. Hanya saja, pemeriksaan Jeje tidak berjalan dengan baik. Ahli kejiwaan yang menangani Jeje lantas memutuskan untuk menjadwalkan kembali pemeriksaan di minggu yang akan datang.
Joshua menghela napas panjang. Tangannya terulur merapikan anak rambut yang jatuh menjuntai menutupi wajah Jeje yang sepucat kertas. Sama sekali tidak terbayang di kepala Joshua kejadian traumatis macam apa yang dialami oleh perempuan yang sangat dia sayangi itu. Dan brengseknya, kekasih Jeje yang notabene adalah temannya sendiri, sama sekali tidak menampakkan dirinya sepanjang hari ini.
Srek
Joshua menolehkan kepalanya ke belakang ketika mendengarkan suara pintu yang digeser dari luar. Woozi muncul dengan menggunakan topi warna hitam serta wajah yang tertutup rapat oleh masker. Setelah dia melangkahkan kaki ke dalam kamar rawat Jeje barulah Woozi melepas topi dan masker miliknya dan diletakkan sembarangan di atas sofa dekat pintu.
"Bagaimana pemeriksaan Jeje Noona tadi, Hyung?" tanya Woozi.
Lagi-lagi Joshua menghela napas panjang lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak berjalan dengan baik...." jawab Joshua lirih.
Dahi Woozi mengerut dalam.
"Tidak berjalan dengan baik?" Dia mengulangi perkataan Joshua sebelumnya.
"Iya...... Pemeriksaan baru berjalan setengah, tapi kondisi Jeje Noona tidak memungkinkan untuk melanjutkan pemeriksaan sampai selesai..... Dia meracau memanggil nama S.Coups dan menangis di dalam ruangan pemeriksaan... Bisa jadi Jeje Noona begitu karena dia tahu dari cerita Dokyeom kalau tadi pagi S.Coups sempat datang ke sini. Entahlah...." Joshua mengedikkan bahunya ke atas. Pandangannya terus terarah pada Jeje yang tertidur di atas ranjang rumah sakit.
".... mungkin seharusnya S.Coups yang menemani Jeje di sini, bukannya aku. Bukannya kita.... Jeje Noona lebih butuh S.Coups...."
Woozi mengerutkan kedua bibirnya. Sesungguhnya dia juga memikirkan hal yang sama. Pria yang merupakan pemimpin grup dan juga agensi mereka seharusnya berada di sisi Jeje, menemani perempuan itu melewati masa-masa yang menyakitkan ini. Tetapi bukannya melakukan hal itu, S.Coups justru meminta Jeje untuk membuktikan semua ceritanya. Tanpa perlu mempelajari tentang ilmu kejiwaan, Woozi tahu kalau perlakuan S.Coups itu semakin memperparah kondisi Jeje.
Joshua mengalihkan pandangannya dari Jeje, menatap ke arah Woozi yang berdiri di dekat kaki ranjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Bagaimana keadaan Wonwoo ? Apa dia tidur dengan baik semalam ?"
Ganti Woozi yang menarik napas panjang.
"Mana ada ? Waktu aku datang ke apartemennya, dia malah sedang duduk di depan layar komputer. Membaca berita-berita yang terbit dan ada kaitannya dengan kejadian kemarin...." jawab Woozi kesal.
"Ingatkan dia untuk tidak melewatkan jam makannya.... Jangan sampai penyakit asam lambungnya kambuh...."
"Iya, Hyung.... Nanti sore pesawat Mingyu mendarat di Seoul. Setidaknya, ada yang mengawasi Wonwoo untuk kita...."
"Heumm...." Joshua menanggapi sambil tersenyum tipis lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Jeje.
Woozi memandang lurus ke arah Joshua. Dia juga yakin kalau Hyung-nya yang satu itu melewatkan jam makan dan istirahatnya hanya demi menjaga Jeje. Beruntung Dokyeom sudah kembali dari jadwalnya. Mungkin nanti Woozi akan meminta bantuan pria Lee itu untuk menemani Joshua selama Jeje berada di rumah sakit. Harus ada yang bergantian melakukan tugas itu dengan Joshua. Woozi ingin melakukannya, tetapi tugasnya sebagai produser utama Seventeen tidak bisa dia tinggalkan begitu saja. Meski rumor tentang Wonwoo mencuat, tetapi itu tidak mempengaruhi jadwal comeback mereka yang masih sesuai dengan rencana.

KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future
FanfictionTiga tahun setelah proyek All Good selesai.... Apakah kisah S.Coups dan Jeje akan menemukan akhir bahagianya Atau justru mereka akan berpisah selamanya..... Inspired by : Woozi - What Kind Of Future Highest Rank : #1 in carat (13032024) #8 in yoon...