32

365 58 8
                                    

Terbangun karena mendengar suara orang yang sedang bercakap-cakap, Jeje terkesiap ketika melihat kehadiran Joshua di dalam kamar rawatnya.


"Shua-ya....." Jeje memanggil dengan suara lirih sembari berusaha untuk menegakkan posisi tubuhnya.


Joshua yang sedang berbincang dengan seseorang via telepon langsung mengakhiri pembicarannya lalu dengan segera menghampiri kakak angkatnya itu.


"Noona..... Sudah bangun ? Bagaimana perasaanmu? Ada yang sakit ? Perlu aku ambilkan sesuatu ?" cecar Joshua. Kedua tangannya terulur untuk membantu Jeje bersandar dengan nyaman di headboard ranjang rumah sakit.


"Tidak apa-apa.... Noona hanya sedikit haus....." jawab Jeje jujur. Tenggorokannya memang terasa sedikit kering.


Joshua lantas mengambilkan minum untuk Jeje yang hanya diteguk sekali saja oleh perempuan itu.


"Kapan kau datang ? Jadwalmu sudah selesai ?" Jeje bertanya setelah dia mengembalikan gelas yang setengahnya masih terisi air kepada Joshua.


"Aku tiba semalam di Seoul, Noona.... Aku langsung pulang setelah jadwalku selesai...." jawab Joshua setengah berbohong. Seharusnya, Joshua baru bisa kembali ke Seoul hari minggu nanti. Akan tetapi, permasalahan Jeje tidak bisa membuat dia bekerja dengan tenang. Untungnya, Joshua dan Johnny berhasil bernegosiasi dengan perusahaan yang mengontrak mereka. Jadi, Joshua diberikan dispensasi untuk lebih dulu menyelesaikan bagiannya dan langsung pulang ke Seoul begitu pekerjaannya selesaiz


Joshua meletakkan gelas dari Jeje ke atas meja yang ada di dekat mereka lalu kembali memfokuskan perhatiannya kepada perempuan yang juga berstatus sebagai wakil CEO dari agensi mereka saat ini.


"Kau sudah tahu apa yang terjadi ?"


Joshua mengangguk pelan.


"Woozi yang memberitahuku..... Noona juga harus menjalani evaluasi psikologis hari ini.... Aku akan menemani Noona...."


Raut wajah Jeje semakin muram.


"Eomma..... Kau tidak memberitahu apa yang terjadi pada Eomma kan ?"


Joshua menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.


"Aku belum bercerita apa-apa pada Eomma. Noona yang lebih berhak untuk melakukannya...."


Kepala Jeje tertunduk. Kedua tangannya memilin ujung selimut yang menutupi setengah tubuhnya.


"Apa Eomma bisa percaya dengan ceritaku itu ? Apa Eomma akan seperti Seungcheol dan menyuruh aku juga Wonwoo untuk membuktikan semuanya?"


Joshua menghembuskan napas panjang. Kini, tidak hanya trauma dengan pelecehan yang dia alami, namun tindakan S.Coups yang mempertanyakan kebenaran cerita Jeje dan Wonwoo juga melukai jiwa kakak angkatnya itu.


Joshua lantas mendekat lalu meraih Jeje untuk masuk ke dalam rengkuhannya.


"Eomma itu ibu kita, Noona..... Bahkan ketika seluruh dunia menuduh kita berbohong, seorang ibu akan tetap mempercayai anak-anaknya..... Eomma pasti akan percaya dengan semua cerita Noona.... Dan aku yakin, ketika Eomma tahu tentang apa yang Noona alami, beliau pasti akan langsung terbang dari Los Angeles, melawan semua orang yang meragukan Noona, sekalipun itu adalah S.Coups...."


Tangan Joshua bergerak mengusap bahu Jeje dengan gerakan ritmis untuk menenangkan perempuan di dalam pelukannya yang mulai terisak itu.


"Hal yang sama juga berlaku padaku, Noona.... Aku akan selalu mempercayai Noona.... Selalu..... Meskipun itu berarti, aku harus menghadapi orang-orang yang aku sayangi...."


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang