48

368 57 10
                                    

Selepas memastikan Minghao mendapatkan perawatan yang terbaik dan berada di dalam penjagaan manajer pribadinya, S.Coups memutuskan untuk kembali ke agensi alih-alih kembali ke apartemennya sendiri. Begitu S.Coups memasuki ruang kerjanya, setumpuk dokumen yang perlu dia periksa hari ini juga sudah menunggu untuk dikerjakan. Karena peristiwa Minghao, S.Coups langsung melesat menuju ke rumah sakit dan meninggalkan seluruh pekerjaannya itu.


Jaket kulit warna cokelat tua yang sejak tadi membungkus tubuh S.Coups dilepaskan dengan hati-hati lalu diletakkan di bagian lengan sofa two seater yang berada di dalam ruang kerjanya, menyisakan kaos press body warna hitam keluaran dari salah satu brand favorit S.Coups. Dia mendudukkan dirinya ke kursi lalu mulai membuka dokumen-dokumen yang ada di depannya satu per satu.


Ada banyak hal yang harus dikerjakan menjelang comeback Seventeen nanti. Konsep promosi, penjualan album dan merchandise, fan sign dan fan meeting, sampai pada persiapan tour asia dan dunia mereka. Mereka memang dijuliki self production idol, tetapi baru pada album yang akan dirilis inilah, seluruhnya dikerjakan oleh anggota Seventeen dan S.Coups sebagai pimpinan agensi harus bertanggung jawab agar semua rencana dan jadwal yang sudah tersusun bisa tereksekusi dengan baik.


Meski sulit untuk tetap fokus dengan pekerjaan, akan tetapi karena merasa bertanggung jawab dengan keberlangsungan agensi, S.Coups memaksakan dirinya untuk tetap duduk dan mempelajari setiap dokumen dengan cermat dan teliti. Adegan ketika berhadapan dengan Jeje di dalam ruang rawat Minghao, reaksi Jeje ketika Jia Li menuduhnya sampai ketika Wonwoo membawa Jeje pergi dari sana silih berganti bermain di dalam kepala S.Coups.


Dia menghembuskan napas lelah ketika akhirnya dokumen terakhir berhasil dia selesaikan. S.Coups meilirik ke arah jam tangan keluaran Richard Mille seri RM67-02 Alexander Zverev yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pada jam-jam seperti ini, hanya tersisa dia dan petugas keamanan yang berada di dalam gedung agensi.


S.Coups kemudian berdiri dari kursi lalu melakukan sedikit peregangan untuk mengendurkan otot-ototnya yang terasa kaku karena dia terlalu lama berada di dalam posisi duduk. Pandangannya lalu mengarah kepada satu titik. Dinding polos warna hitam selebar satu meter yang terletak di samping kiri meja kerja S.Coups. Dia mendorong kursi dengan satu tangan untuk menciptakan ruang gerak yang cukup baginya lalu berjalan menuju ke arah dinding tersebut. Tangannya kemudian terulur ke arah bagian belakang laci yang berada di sebelah dinding tersebut lalu menekan sebuah tombol rahasia yang berada di sana.


Klik !


Dinding di depan S.Coups bergerak terbuka ke arah dalam. Tangan S.Coups yang lain mendorong dinding tersebut sampai membuka lebih lebar. Sebuah ruangan lain terlihat di depan S.Coups.


Ruang rahasia ini awalnya dibuat oleh S.Coups sebagai tempat aman baginya dan Jeje untuk berkencan apabila mereka masih berada di agensi tanpa diganggu oleh siapapun. Ruangan ini dirancang kedap suara. Sehingga apapun yang terjadi di dalam, tidak akan diketahui oleh para asisten S.Coups yang berjaga di luar.


Bukan....


Bukan berarti Jeje dan S.Coups berniat untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma kesusilaan. Hanya saja, jika sedang bersama Jeje, jiwa anak bungsu S.Coups yang lama selalu dikesampingkan karena perannya sebagai seorang leader grup langsung menyeruak keluar. Dia tidak mau saat dia sedang bermanja-manja ria dengan sang kekasih, ada staf agensi yang memergoki kelakuannya itu.


Bisa habis wibawa S.Coups di depan seluruh pegawainya.


Sayangnya, keinginan S.Coups itu sepertinya harus dia kubur dalam-dalam. Ruangan rahasia S.Coups itu mulai dikerjakan sejak kepergian S.Coups ke Jepang.


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang