Ruang kerja S.Coups di agensi tampak sangat kacau. Sama kacaunya dengan pikirannya sekarang. Kertas hasil pemeriksaan Jeje yang dimaksud oleh Woozi berada di genggaman. Pinggiran kertas-kertas itu mulai berkerut karena sepanjag malam dipegang oleh S.Coups.
Penyesalan selalu datang terakhir.
Dan hal itulah yang dia rasakan saat ini.
Seandainya saja dia tidak menuruti egonya dan memilih untuk mendengarkan penjelasan Jeje, Wonwoo serta anggotanya yang lain. Atau memilih untuk tetap berada di pihak Jeje meskipun semua hal mengarah kepadanya. Atau yang lebih mudah untuk dia lakukan, segera membaca rekam medis yang diberikan oleh Woozi berminggu-minggu yang lalu, situasinya pasti tidak seperti saat ini.
Jeje akan tetap menjadi kekasihnya dan dia akan menjadi support system yang perempuan itu butuhkan.
Dia, dan bukannya Wonwoo.
Iya.....
S.Coups melihat segalanya.
Dia tiba di depan pintu gerbang kompleks apartemen Johnny sebelum kemunculan Jeje dan Wonwoo. Dia masih berdiam diri di dalam mobil. Menyiapkan hatinya untuk bertemu Jeje dan juga Nyonya Hong. Gerimis sudah mulai turun dan perlahan-lahan bertambah lebat. Dari posisinya, S.Coups melihat ada yang berlari-lari menuju ke arah kompleks apartemen.
Dari siluetnya, S.Coups menebak kalau orang yang sedang berlari sambil menutupi kepalanya dengan tas itu adalah Jeje. Dengan sergap, S.Coups mengambil payung lipat di dashboard mobilnya, bermaksud untuk menghampiri perempuan itu dan memayunginya. Tapi gerakan S.Coups terhenti ketika dia melihat Wonwoo keluar dari pintu utama apartemen, membawa payung dan menghampiri Jeje.
S.Coups tidak dapat bergerak ketika melihat bagaimana intensnya interaksi Wonwoo dan Jeje. Adik satu grupnya itu tampak sangat percaya diri ketika mengusap kepala serta bahu Jeje yang dilapisi oleh coat warna hitam. Jeje juga tampak nyaman berada di dekat Wonwoo dan tidak menolak interaksi tersebut.
Dan S.Coups pikir itu wajar terjadi. Wonwoo adalah pria yang menolongnya di hotel, yang mendampinginya, yang percaya padanya, yang selalu membelanya. Diantara semua pria yang ada di sekitar Jeje, Wonwoo mungkin salah satu pria yang bisa memberikan rasa aman untuk perempuan itu.
Bukan dirinya....
Yang dulu pernah berjanji mencintai perempuan itu dengan sepenuh hati....
Yang dulu pernah berjanji untuk melindungi perempuan itu sampai mati.....
Lihat sekarang.....
Dia tidak ubahnya dengan bajingan yang mengingkari janjinya sendiri.
Ada rasa malu yang menyeruak dan menahan S.Coups untuk tidak turun dari mobil dan menghampiri Jeje. Meski nyeri dalam hati begitu terasa menyakitkan dan menyesakkan saat melihat bagaimana Jeje dan Wonwoo saling melemparkan senyum.
Ini adalah karma untuk dirinya.
Ini adalah neraka penyesalan yang harus dia hadapi, mungkin untuk seumur hidupnya.
Sama seperti ketika dia mengalami cedera beberapa tahun lalu. Semua orang sudah mengingatkan supaya dia berhati-hati tapi dia abai dengan peringatan-peringatan itu. Begitu kecelakaan itu terjadi dan membuat dia harus duduk di atas kursi roda selama berbulan-bulan, menyesal pun tidak bisa membuat waktu berputar kembali ke masa lalu.
Yang dia bisa lakukan untuk sepanjang hidupnya adalah menghadapi rasa sakit setiap kali cedera itu kambuh.
Sama seperti rasa sakit yang pasti akan selalu dia rasakan setiap kali dia teringat akan semua hal buruk yang dia lakukan pada Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future
FanfictionTiga tahun setelah proyek All Good selesai.... Apakah kisah S.Coups dan Jeje akan menemukan akhir bahagianya Atau justru mereka akan berpisah selamanya..... Inspired by : Woozi - What Kind Of Future Highest Rank : #1 in carat (13032024) #8 in yoon...