7

495 73 10
                                    

Pintu ruang kerja Jeje diketuk dari luar. Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer, dia mempersilahkan siapapun yang saat ini berada di balik pintu kerjanya untuk masuk ke dalam.


"Eonni....."


Panggilan itu membuat Jeje mengalihkan atensinya.


"Eoh, Suji-ya ?"


Yang datang ke ruangan Jeje adalah Suji. Staf tambahan yang dulu juga pernah membantu Jeje saat proyek All Good berlangsung. Ketika Jeje nenyerahkan pengunduran dirinya, Suji yang merasa nyaman bekerja dengan Jeje juga ikut-ikutan mengundurkan diri. Apalagi waktu dia tahu kalau Jeje akan mengelola agensi yang akan didirikan oleh Seventeen. 
Dan Jeje pun tidak keberatan kalau Suji ikut dengannya. Bekerja bersama dengan gadis itu di dalam satu proyek membuat Jeje tahu sejauh mana kualitas seorang Suji.


"Sudah jam sepuluh malam. Apa Eonni tidak mau pulang ? Eonni lembur ? Tapi, kita kan belum punya banyak pekerjaan...." ujar Suji memberitahu.


Kedua alis Jeje terangkat. Sontak dia memeriksa jam yang melingkari pergelangan tangannya. Cukup terkejut ketika dia menemukan bahwa waktu memang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, persis seperti yang disampaikan oleh Suji kepadanya.


"Sudah jam sepuluh ya ? Kau pulang saja duluan, Suji-ya.... Eonni masih menunggu Choi Sajangnim.... Ada hal penting yang harus Eonni bicarakan dengannya...."


"Tapi, Choi Sajangnim sudah pulang sejak beberapa jam yang lalu....."


Jeje terperanjat sejenak dengan informasi yang diberikan oleh Suji tapi kemudian berusaha untuk mengendalikan ekspresi wajahnya.


"Benarkah ?" tanya Jeje memastikan.


Suji menganggguk sebagai jawaban.


"Tadi, sebelum dia pulang, Choi Sajangnim menyuruh kami semua untuk pulang juga. Tapi, aku sengaja bertahan karena aku tahu Eonni masih ada di sini...."


Jeje menghembuskan napas panjang. Ini bukan pertama kalinya Jeje diabaikan oleh S.Coups setiap kali pria itu larut dalam pikirannya sendiri. Kebiasaan sang kekasihnya yang satu itu sulit untuk dihilangkan. Padahal sudah beberapa kali Jeje mengatakan kepada S.Coups supaya, setidak-tidaknya, pria itu tetap memberitahukan kepada Jeje jika dia sedang tidak ingin diganggu.


"Terima kasih sudah memberitahuku. Kau pulang saja lebih dulu. Tidak usah menungguku...."


Suji mengangguk kemudian undur diri dari hadapan Jeje.


Selepas kepergian Suji, Jeje mengambil ponsel yang berada di atas meja lalu beranjak dari kursi kerjanya. Dia pun langsung menghubungi nomor S.Coups untuk mencari tahu keberadaan sang kekasih saat ini. Namun, beberapa kali mencoba, S.Coups tidak juga menjawab panggilan Jeje.


Jeje menatap layar ponselnya. Mempertimbangkan siapa yang harus dia hubungi untuk bertanya soal S.Coups tanpa harus menimbulkan keributan. Pilihan Jeje jatuh pada Jeonghan. Dengan segera, dia mencari nomor kontak Jeonghan yang tersimpan di ponselnya lalu menekan ikon panggil. Jeonghan menjawab panggilan Jeje pada nada sambung kedua.


"Halo kesayangan....."


"Selamat malam, Jeonghan-ah.... Maaf kalau Noona mengganggu waktu istirahatmu...."


"Eiyyyy..... Siapa yang terganggu ? Kalau aku memang terganggu, aku tidak akan menjawab panggilan telepon ini....." sahut Jeonghan.


"Apa S.Coups sedang bersamamu ?" tanya Jeje langsung.


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang