44

301 60 6
                                    

Jeje tidak terlalu merasa heran ketika langkah kakinya mengarahkan dirinya menuju ke ruangan yang hari ini resmi menjadi ruang kerja barunya saat dia memutuskan keluar dari ruang rapat untuk menyusul Woozi. Tentu saja, sebelum Jeje menempati ruangan tersebut, Woozi merupakan pemilik sahnya. Jadi rasanya wajar ketika pemuda Lee itu ingin mendinginkan kepalanya dari segala emosi yang bercokol di sana, ruangan itu menjadi satu-satunya tempat yang terpikir oleh Woozi.


Jeje tanpa ragu membuka pintu ruangan dan pemandangan Woozi yang sedang menenggak satu kaleng kola menjadi pemandangan yang tertangkap oleh kedua netranya.


"Terlalu banyak mengkonsumsi kola saat pagi hari tidak baik untuk kesehatanmu, Woozi-ya...." ucap Jeje sembari menutup pintu di belakangnya.


Woozi hanya melirik sebentar dan tetap menghabiskan  seluruh isi kaleng kola tersebut dalam satu kali tegukan. Dia lalu membanting kaleng kola yang sudah kosong di atas meja.


"Bukan kola ini yang memperburuk kesehatanku, Noona.... Berada satu ruangan dengan nenek sihir itu malah lebih berpotensi memperpendek umurku...." sahut Woozi. Dia lantas menghempaskan tubuhnya ke atas sofa two seater warna cokelat tua yang ada di dalam ruangan tersebut.


Jeje menyusul duduk di sofa tunggal yang ada di seberangnya. Perempuan itu memilih untuk diam terlebih dahulu.


Setelah memejamkan kedua matanya selama beberapa saat, Woozi mengalihkan pandangannya ke arah Jeje.


"Apa Noona juga berpikirkan begitu ?" tanya Woozi tiba-tiba.


Jeje menatap Woozi dengan kernyitan yang tercetak jelas di dahinya.


"Memangnya apa yang Noona pikirkan ?" Jeje balik bertanya.


"Musik yang aku kerjakan. Apa Noona juga berpikiran kalau lagu-laguku itu membosankan ?"


Jeje mengulum senyum sambil menggelengkan kepalanya.


"Kalau Noona berpikiran lagu-lagumu itu membosankan, semua idol yang sudah lama mengantri untuk dibuatkan lagu olehmu pasti akan mengejar dan mengatai Noona habis-habisan. Mendapatkan sebuah lagu darimu itu adalah sebuah kehormatan bagi mereka....." jelas Jeje.


Woozi menghela napas panjang.


"Tapi sepertinya, nenek sihir itu tidak berpikiran yang sama seperti Noona...."


"Dia belum mengenalmu seperti Noona dan anggotamu yang lain mengenal bagaimana jeniusnya dirimu jika sedang mengerjakan musik. Daripada kau termakan emosi seperti ini, bagaimana kalau kau buktikan kalau apa yang dipikirkan oleh Jia Li itu sama sekali tidak benar. Lagu-lagu ciptaanmu tidak pernah membosankan dan tidak pernah gagal...."


"Lagipula, bukan dia yang akan memutuskan lagu apa yang akan masuk ke dalam album kalian kan? Coups tadi sudah setuju dan memberikan kewenangan sepenuhnya kepadamu untuk memilih lagu mana yang ingin kau jadikan sebagai title track di album baru kalian nanti...." sambung Jeje.


Woozi menghela napas panjang.


"Tapi, ucapan nenek sihir itu tadi membuat aku jadi kepikiran, Noona....." Woozi menjeda kalimatnya untuk menegakkan tubuhnya. Jemarinya terjalin dan diletakkan di atas pahanya.


"Bagaimana kalau nenek sihir itu ternyata benar ?Bagaimana kalau lagu-laguku sekarang memang sudah tidak sebagus lagu-laguku yang aku buat dulu ? Nenek sihir itu tidak salah. Trend musik saat ini memang sudah berubah...." Woozi menatap Jeje dengan tatapan yang sama yang mengingatkan Jeje pada Woozi yang insecure dengan keberhasilan album bersama pada proyek All Good dulu.


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang