Keberangkatan S.Coups ke Jepang dijadwalkan dua hari kemudian. Di malam sebelum keberangkatan, giliran Jeje yang bermalam di apartemen lelaki itu untuk mempersiapkan semua keperluan yang harus dibawa oleh S.Coups ke negeri Sakura. Rutinitas ini dulu selalu dilakukan oleh anak buah manajer Jeon. Kini Jeje yang menggantikannya karena setelah menjadi CEO agensi, S.Coups tidak lagi memiliki manajer untuk mengatur segala keperluannya
"Aku sudah memasukkan dua pasang setelan resmi ke dalam koper yang akan kamu bawa besok. Sudah ada kemejanya juga dan sudah aku pilihkan yang sesuai warnanya. Ada satu dasi juga seandainya pertemuannya akan sangat formal...." jelas Jeje. Perempuan itu saat ini sedang duduk di ruang tengah apartemen dengan sebuah koper berukuran 20 inci yang masih terbuka. Di samping koper tersebut terdapat dua pasang sepatu yang belum Jeje masukkan ke dalam.
"Iya....." S.Coups menjawab dari arah meja makan yang terhubung langsung ke ruang tengah. Lelaki itu sejak tadi asyik memperhatikan bagaimana cepat dan ringkas Jeje mengemasi semua barang-barang yang harus dia bawa selama dua hari.
"Aku juga memasukkan laundry bag ke dalam koper. Nanti, pakaian kotormu langsung dilipat dan dimasukkan di dalam laundry bag itu. Jangan sampai tercampur dengan pakaianmu yang masih bersih....."
"Iya......" S.Coups menjawab lagi tanpa merubah posisinya sekarang yang sedang bersandar di ujung meja makan sambil memegang segelas teh hijau hangat yang tadi diseduhkan oleh Jeje sebelum perempuan itu mulai mengemasi koper S.Coups.
"Satu lagi......" kini, dua pasang sepatu resmi milik S.Coups sedang dimasukkan oleh Jeje ke dalam koper.
"Heum ?"
"Aku memasukkan dua sachet obat pengar ke dalam kopermu. Tapi itu bukan berarti kalau kamu boleh minum alkohol sesuka hati hanya karena aku tidak ikut ke sana....."
"Siap, laksanakan....."
Jeje menghentikan gerakannya yang sedang menarik retsleting koper S.Coups untuk menutup benda tersebut lalu membalikkan tubuhnya sampai berhadapan dengan lelaki itu. Kedua matanya memicing tajam.
"Aku serius, Cheol-ah...." tukas Jeje.
S.Coups terkekeh pelan sebelum akhirnya menegakkan tubuhnya lalu melangkah mendekati Jeje di ruang tengah. Dia berhenti tepat di belakang Jeje, berjongkok untuk menyamakan posisi mereka lalu memeluk kekasihnya itu dari belakang.
"Aku juga serius, kok....." balas S.Coups.
Mereka berpelukan selama beberapa saat sebelum S.Coups yang lebih dulu melepaskan pelukan tersebut.
"Lagipula Woozi juga ikut denganku.... Tanpa kamu minta, dia pasti akan mengawasi semua pergerakanku lalu melaporkannya kepadamu....." ujar S.Coups dengan santai.
Setelah berdiskusi di studio musik milik Woozi, S.Coups pun setuju supaya pria Lee itu ikut serta dengan dirinya ke Jepang. Meski sebenarnya, tadinya S.Coups tidak setuju apabila Woozi ikut ke Jepang hanya karena rasa tidak sukanya pada Jia Li.
S.Coups akhirnya berubah pikiran ketika produser utama di agensi mereka itu mengeluh kalau dia butuh hiburan karena terlalu sesak terus-terusan berada di dalam studio miliknya. Dengan alasan itu, S.Coups langsung mengiyakan. Dia tidak mau ambil resiko apabila Woozi tidak bisa menciptakan karya-karya yang luar biasa hanya karena kekurangan hiburan.
"Aku ingin kesadaran itu datang dari dirimu, bukan hanya karena ada Woozi juga di sana..." sindir Jeje.
S.Coups merespon dengan mengecup pipi Jeje sekilas sebelum menegakkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future
FanfictionTiga tahun setelah proyek All Good selesai.... Apakah kisah S.Coups dan Jeje akan menemukan akhir bahagianya Atau justru mereka akan berpisah selamanya..... Inspired by : Woozi - What Kind Of Future Highest Rank : #1 in carat (13032024) #8 in yoon...