39

272 51 12
                                    

"APA KAU SUDAH GILA ??!!!"

Jeonghan berteriak menumpahkan rasa kesalnya pada S.Coups yang sudah dia tahan sejak dia tahu kejadian tidak mengenakkan yang menimpa Jeje dan bagaimana respon yang diberikan oleh S.Coups untuk menghadapi kejadian tersebut.


"Kalau kau ingin bicara berdua saja denganku hanya untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh anggota yang lain, lebih baik kau pulang saja.... Aku tidak tertarik mendengar ocehan tak jelasmu hari ini....." sahut S.Coups.


"Ocehanku kau bilang ? Aku sedang berusaha untuk menyadarkan dirimu dan kau bilang aku sedang mengoceh tidak jelas ???" Jeonghan berdecak kesal. Dia menatap S.Coups geram dengan kedua tangan diletakkan di pinggang. "Aku mohon sadarlah, Choi Seungcheol !!!! Apa kepalamu ini tertukar dengan kepalanya Ddoljong ? Kenapa sulit sekali bicara denganmu sekarang ??!!!"


S.Coups memicingkan kedua matanya. "Aku keras kepala ? Kalian merasa sulit bicara denganku sekarang?" S.Coups menghembuskan napas kasar. "Kemana kalian semua beberapa hari belakangan ini, hah??!! Kemana kalian semua ??!!! Kalian semua hanya sibuk bertanya soal keadaan Jeje tanpa ada satupun yang perduli pada keadaanku !!!"


"Karena Jeje disini adalah korbannya !!!"


"Apanya yang korban ???!!! Dia dan Wonwoo sudah menipuku, menipu kalian semua dan kalian masih menganggap dia itu korbannya ???"


"Aku korbannya di sini, Jeonghan-ah !!! Aku !!!!" S.Coups menunjuk dirinya sendiri.


Jeonghan menatap S.Coups tidak percaya.


"Yang dilecehkan itu Jeje, bukannya kau !!!!"


"Tidak ada yang melecehkan Jeje !!! Itu hanya cerita karangan mereka saja !!!!"


"Darimana kau tahu kalau itu hanya karangan Jeje dan Wonwoo ??!!! Apa kau tidak lihat kondisi Jeje sekarang ??? Dia itu sampai dirawat di rumah sakit, Seungcheol-ah !!!!"


S.Coups mendengus keras.


"Aku tidak percaya.... Mereka melakukan itu hanya untuk melengkapi sandiwara mereka berdua saja...."


Jeonghan terbelalak. Tidak habis pikir dengan kata demi kata yang dilontarkan oleh S.Coups. Dia mengusak rambutnya dengan rasa frustasi yang mulai membuncah.


"Demi Tuhan, Choi Seungcheol.... Apa yang sebenarnya merasukimu sampai kau berpikiran serendah itu tentang Jeje dan Wonwoo ??!!!"


"Mereka mengatur semua ini di belakangku, Jeonghan-ah... Pekerjaan Wonwoo di Jeju itu asalnya dari Jeje. Jadwal Wonwoo selesai di hari yang sama ketika aku berangkat ke Jepang bersama dengan Woozi. Dan tidak ada yang melaporkan hal itu kepadaku, baik Jeje maupun Wonwoo. Tentu saja, mereka berdua pasti memanfaatkan waktu dengan baik selama aku pergi. Buktinya, aku tidak bisa menghubungi mereka berdua sama sekali saat itu...."


"Dan sekarang, mereka menuduh perwakilan dari perusahaan kosmetik China itu berusaha melecehkan Jeje. Tapi, apa buktinya ? Tidak ada. Wonwoo dan Jeje sama sekali tidak bisa membuktikan cerita mereka itu. Yang ada malah agensi kita yang akan digugat secara hukum karena klarifikasi yang dikeluarkan secara sepihak oleh Wonwoo....."


"Apalagi, Jeonghan ? Apalagi yang harus aku dengar sekarang ? Kau ingin membela mereka berdua seperti apalagi ?" suara S.Coups memelan di akhir.


Jeonghan menggelengkan kepalanya beberapa kali. Sungguh dia tercengang dengan cara pikir S.Coups ini.


"Kau memang tidak pernah berubah..... Hanya melihat semuanya dari sudut pandangmu saja.... Dulu, kau hampir kehilangan Jeje Noona karena kau lebih mementingkan egomu yang setinggi langit itu.... Bukankah harusnya kau menjadikan itu sebagai pelajaran ?" ucap Jeonghan mengingatkan S.Coups akan kejadian tiga tahun yang lalu ketika hubungan S.Coups dan Jeje renggang hanya karena rasa cemburu S.Coups setelah Jeje mencabut laporannya atas Yoo Ah.


S.Coups kembali menghembuskan napas dengan kasar.


"Sejak dulu, Jeje memang selalu memprioritaskan Wonwoo kan ?"


"Itu karena Jeje dan Wonwoo sama-sama sudah kehilangan ibu mereka.... Apalagi Jeje....." ucap Jeonghan. Raut wajahnya sangat kentara sedang menahan marah.


"Apa aku harus kehilangan ibuku dulu baru aku bisa menjadi prioritas Jeje ?"


"Kau itu selalu menjadi prioritas Jeje, Cheol-ah..... Selalu..... Apa kau tidak merasakannya sedikit pun selama tiga tahun ini ?"


S.Coups tidak tahu, bagaimana inginnya Jeonghan diprioritaskan seperti itu oleh Jeje. Bagaimana bisa semua yang sudah Jeje lakukan untuk temannya itu langsung terhapus begitu saja hanya karena pemberitaan konyol yang menurut Jeonghan sangat tidak masuk akal itu.


Jeonghan dan S.Coups saling berpandangan. Satu garis lurus yang tercipta diantara keduanya baru terputus ketika mereka mendengarkan bunyi pintu yang dibuka dari luar. Baik S.Coups maupun Jeonghan menolehkan kepala mereka ke arah pintu masuk ruang kerja S.Coups.


"Jeje......" Jeonghan bergumam. Sementara S.Coups hanya mengepalkan kedua tangannya.


Di belakang Jeje, tampak anggota Seventeen bersama anak-anak Dream yang berusaha mencegah Jeje untuk masuk ke dalam ruang kerja S.Coups.


"Tinggalkan kami berdua......" ucap Jeje dengan tegas.


Jeonghan berjalan mendekati Jeje dan berdiri di hadapannya. Hatinya berdenyut nyeri ketika tidak menemukan rona kemerahan yang dia sukai di wajah Jeje.


"Jangan sekarang, Jeje-ya.... Kondisimu masih belum stabil benar....." ucap Jeongham sambil meletakkan kedua tangannya di atas pundak perempuan itu yang terasa lebih kurus di telapak tangan Jeonghan.



Jeje menggelengkan kepalanya sembari menurunkan tangan Jeonghan yang bertengger di kedua pundaknya.


"Tidak apa-apa.... Noona memang harus melakukan ini....." 


Jeonghan menarik napas panjang. Dia melihat melewati pundak Jeje, ke arah anggota Seventeen dan anak-anak Dream yang berdiri canggung di dekat pintu masuk.


"Baiklah..... Kami akan menunggu di luar...." ujar Jeonghan akhirnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya, menatap S.Coups dengan penuh harap.


"Gunakan pikiran dan hatimu dengan baik, Choi Seungcheol.... Atau kau akan berakhir kehilangan segalanya..... Jika itu terjadi, aku harap kau tidak akan menyesal....." tutup Jeonghan sebelum dia melangkah keluar dari ruang kerja S.Coups dan menutup pintu untuk memberikan privasi bagi S.Coups dan Jeje.


Tersisa S.Coups dan Jeje di dalam ruangan tersebut. Berdiri saling berhadapan dengan emosi yang bercampur aduk.


Wajah pucat Jeje hampir saja menggoyahkan S.Coups.


Dia hampir melangkahkan kakinya untuk meraih sang kekasih ke dalam pelukan.


Namun, peristiwa demi peristiwa yang harus dia lewati beberapa hari belakangan ini membuat dia lebih memilih untuk mengeraskan hatinya. Dia justru membalikkan tubuhnya, seolah tidak ingin lagi melihat wajah Jeje.


"Apa kau datang ke sini hanya untuk membela dirimu ?" sinis S.Coups.


Jeje menarik napas panjang.


"Aku tahu, pembelaan diriku tidak akan pernah kau dengarkan.... Meski aku dan Wonwoo berusaha mati-matian untuk meyakinkan dirimu, tapi kalau kau sudah memilih untuk percaya dengan semua tuduhan itu, lalu aku bisa apa ?"


Jeje menggelengkan kepalanya.


"Semua usahaku akan sia-sia belaka...."jelas terdengar getar dalam nada suara Jeje, tetapi dia tetap tegar dan berusaha keras menahan air mata yang sudah memaksa untuk dikeluarkan.


"Tapi aku tidak akan pernah mengingkari janjiku padamu. Aku berjanji akan terus bersamamu untuk membangun agensi ini, dan aku akan menepatinya..."


Jeje menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya.


"Aku menolak pengunduran diriku.... Aku akan tetap bekerja di agensi ini, meski bukan lagi menjadi wakilmu....."


(TBC)

What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang