8

490 79 8
                                    

Penyesalan memang selalu datang belakangan. Cerita Jeonghan tentang Jeje yang keluar dari kamarnya sambil menangis sesenggukan membuat S.Coups jadi tidak bisa tidur semalaman. Bukannya beristirahat seperti yang diperintahkan oleh Jeonghan, sepanjang malam pikiran S.Coups justru asyik melanglang buana karena memikirkan perihal perilakunya kepada sang kekasih semalam. Itu sebabnya, begitu cahaya matahari muncul di langit, S.Coups langsung menyambar kunci mobil miliknya lalu bergegas untuk menemui Jeje.


Sebelumnya, S.Coups lebih dulu mampir ke toko roti kesukaan Jeje. Dia membeli beberapa varian roti yang selalu dibeli oleh perempuan itu setiap kali dia mampir ke sana. Dalam hati S.Coups berharap, dengan buah tangan yang dia bawa, bisa membantu mencairkan kecanggungan diantara mereka berdua setelah kejadian semalam.


Karena situasi lalu lintas yang masih lengang, hanya butuh waktu setengah jam bagi S.Coups untuk tiba di gedung apartemen Jeje. Dengan setengah berlari, S.Coups melintasi area parkir di basement sebelum kemudian dia berhenti di depan pintu lift yang akan membawa dirinya menuju ke lantai tempat unit milik Jeje berada.


Tangan S.Coups yang sudah terulur untuk menekan rangkaian passcode pintu apartement Jeje, tiba-tiba saja berhenti di udara karena dia merasa tidak pantas untuk langsung masuk ke dalam apartemen setelah semalam dia sendiri yang mengusir Jeje dari apartemennya. Jadinya, alih-alih melanjutkan niatnya, S.Coups mengalihkan tangannya dari panel passcode dan memutuskan untuk menekan bel guna memberitahukan kedatangannya pada Jeje.


Rasanya seperti waktu berjalan sangat lama ketika S.Coups menunggu di depan sampai Jeje membukakan pintu untuknya. Degup jantungnya bertambah cepat ketika dia sayup-sayup mendengar langkah kaki mendekat ke arah pintu.


Ceklek


S.Coups menahan napas ketika daun pintu apartemen perlahan tersibak. Sosok Jeje pun muncul tidak lama setelahnya. Kedua insan berlawanan jenis itu berdiri saling berhadapan. Karena tidak ada kalimat sapaan atau ajakan untuk masuk yang keluar dari mulut Jeje, S.Coups jadi salah tingkah sendiri. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tiba-tiba saja mengulurkan paper bag yang berisi roti ke hadapan Jeje.


"A-aku.... Membelikan ini untukmu...." ucap S.Coups terbata-bata.


Jeje menghembuskan napas panjang. Dia hanya melirik sekilas paper bag yang diulurkan oleh S.Coups tanpa berniat untuk mengambilnya.


Melihat sikap Jeje yang acuh seperti itu, S.Coups jadi semakin merasa bersalah. Tangannya yang mengulurkan paper bag pun terkulai ke bawah bersamaan dengan wajahnya yang menunduk. Dalam hati, S.Coups mengumpati dirinya sendiri karena sudah bersikap sangat kasar kepada sang kekasih.


"Tidak ingin mengatakan sesuatu dulu kepadaku ?"


Pertanyaan Jeje itu sontak membuat S.Coups mengangkat kepalanya.


"A-aku.... Itu.... Kemarin...."


"Heum ?"


S.Coups menarik napas dalam-dalam. Dengan memberanikan diri, tangannya yang bebas bergerak untuk meraih satu tangan Jeje. Dia sudah mempersiapkan diri kalau-kalau Jeje akan menghempaskan tangannya. Akan tetapi, ternyata Jeje tidak bergerak dan membiarkan telapak tangan S.Coups melingkupi tangannya.


"Maaf......"


Akhirnya kata yang tadinya cukup sulit diucapkan oleh S.Coups, terucap juga dari mulutnya.


"Aku minta maaf soal sikapku yang cukup kasar kepadamu kemarin, Baby.... Aku sedang banyak pikiran dan akhirnya kamu yang menjadi pelampiasannya....."


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang