What Kind of Future

50

Sejak pagi sampai siang hari, kegiatan Jeje adalah menemani tim Hip Hop untuk merekam bagian mereka dalam title track. Menjelang Vernon-yang mendapatkan giliran terakhir dalam proses rekaman kali ini-merampungkan bagiannya, Jeje mendapatkan informasi dari asisten manajer Minghao bahwasanya kondisi pemuda Xu itu sudah jauh lebih baik. Dokter juga menyatakan hal yang sama. Sehingga kemungkinan besar, hari ini Minghao bisa meninggalkan rumah sakit.

Kondisi Hoshi, Dino dan Jun juga tidak jauh berbeda. Mereka berangsur-angsur pulih dan bisa melanjutkan lagi jadwal mereka yang tertunda. Ketika Jeje menyampaikan bahwa dirinya berniat untuk datang menjenguk setelah pekerjaannya usai nanti, ketiga anggota tim performance itu menolak karena tidak ingin Jeje kelelahan setelah menjenguk mereka bertiga. Toh, mereka juga akan kembali bertemu esok hari.

Mendengar hal itu, ada rasa kecewa yang terbit dalam diri Jeje. Jika Hoshi dan yang lain menolak untuk dijenguk, berarti rencana yang dibuat dengan S.Coups tadi pagi gagal total. Padahal, sepanjang hari ini, Jeje menantikan momen untuk menjenguk Hoshi, Dino dan Jun bersama dengan S.Coups itu.

Namun demikian, Jeje berusaha untuk menepis rasa kecewa di dalam hatinya. Harusnya dia bersyukur, seluruh anggota tim performance pulih lebih cepat. Itu berarti, jadwal Seventeen akan kembali pada jalurnya. Itu berarti pula, beban yang ada di pundak S.Coups akan sedikit berkurang.

Bukankah itu jauh lebih baik ?

Setelah proses rekaman selesai, pekerjaan Jeje dilanjutkan dengan rapat bersama dengan tim produksi MV untuk membahas konsep MV title track Seventeen. Kali ini, tim kreatif untuk menyusun konsep diserahkan kepada Mingyu dan Seungkwan. Bahkan, Mingyu sendiri yang akan mengarahkan proses pengambilan gambar untuk MV tersebut.

"Secara garis besar, title track kita bercerita tentang bagaimana kita seringkali menyia-nyiakan hal-hal kecil di sekitar kita dan baru menyesal ketika hal-hal tersebut hilang dari hidup kita. Tidak selamanya hal-hal kecil dan terasa biasa saja itu tidak ada artinya..."

"Aku akan merepresentasikan lirik demi lirik yang diciptakan oleh Woozi Hyung. Bekal makan siang yang dibuatkan oleh ibu, nenek tua yang setiap hari menyapa, post it yang berisi ucapan terima kasih atau penyemangat untuk menjalani hari yang ditempelkan oleh istri di pintu lemari pendingin, bahkan sesederhana kedai jajanan yang selalu kita singgahi saat pulang sekolah.... Setiap anggota akan mendapatkan ceritanya masing-masing..."

"Dilihat dari jalan ceritanya, MV ini memang akan melibatkan banyak pemeran. Tapi, akan ada satu tokoh sentral, yang selalu muncul dalam setiap cerita.... Satu orang yang sangat dekat dengan kita semua.... Dan orang itu adalah....." Mingyu menjeda penjelasannya. Dia mengulum senyum, tampak menahan rasa antusias yang tinggi.

".... Orang itu adalah orang yang pernah menjadi manajer utama kita saat proyek All Good dulu... Mantan wakil CEO serta yang sekarang ini kembali menjadi manajer utama Seventeen.... Orang itu adalah Jeje Noona...." Mingyu melanjutkan sambil mengarahkan kedua tangannya kepada Jeje yang duduk di sebelah Seungkwan.

Semua peserta rapat tercengang. Mereka tidak mengira kalau Mingyu akan mempunyai ide seperti itu. Dan bisa ditebak siapa orang pertama yang mengangkat tangan dan memberikan penolakannya terhadap konsep Mingyu tersebut.

"Aku tidak setuju !!! Nona Hong hanyalah manajer biasa yang tidak memiliki nilai jual. Kita bisa mengontrak super model atau aktris lain yang akan memerankan tokoh sentral itu...." ucap Jia Li.

"Tidak bisa..... Justru karena Jeje Noona hanyalah orang biasa, yang mungkin jarang mendapatkan perhatian justru menjadi alasan utama kenapa aku memilih Jeje Noona.... Kami terlalu terbiasa dengan kehadiran Jeje Noona di sekitar kami. Sehingga terkadang, kami menganggap apa yang Jeje Noona lakukan itu bukan hal yang penting....."