10

430 72 21
                                    

Kegugupan yang dirasakan oleh S.Coups perlahan-lahan berkurang. Gadis yang kini duduk di hadapannya bernama Tang Jia Li, merupakan cucu satu-satunya dari pendiri dari Tang Tech Group. Jia Li, begitu gadis itu meminta untuk dipanggil oleh S.Coups, berceloteh panjang lebar tentang maksud keberadaannya di Seoul dengan bahasa Korea yang cukup fasih.


"Aku datang ke Korea Selatan karena aku sedang mencari seseorang. Pria yang bersamaku di bar waktu itu adalah pria yang berjanji untuk membantuku. Akan tetapi, bukannya benar-benar membantu, dia malah berusaha untuk melecehkan aku...."


S.Coups mengangguk setelah usai menyesap cangkir kopi kedua yang dia pesan.


"Kau datang ke negara ini sendirian ? Maksudku, sebagai seorang cucu dari seorang milyuner seperti dirimu, rasanya aneh kalau tidak ada satu atau dua orang pengawal yang ikut untuk menjaga dirimu....."


Jia Li terkekeh pelan dengan tangan yang menutupi mulutnya.


"Aku pergi tanpa pamit.... Itu sebabnya, ketika Kakek tahu apa yang terjadi padaku kemarin dulu, dia sangat murka. Akibatnya, kemanapun aku pergi sekarang, dua orang itu selalu ikut bersamaku....." Jia Li menyudahi kalimatnya dengan mengedikkan kepalanya ke arah pintu masuk. Rambut panjang dengan model curly di bagian-bagian ujungnya ikut bergerak seirama dengan gerakan kepala Jia Li.


Jawaban Jia Li sukses membuat S.Coups jadi penasaran.


"Kau pergi tanpa pamit ? Kenapa ? Apa kau melarikan diri dari perjodohan yang tidak kau inginkan ?"


Jia Li menggeleng ribut.


"Tidak.... Tidak.... Kakekku tidak seperti itu.... Hanya saja, orang yang ingin aku cari di sini itu juga sudah pernah dicari oleh beliau, tetapi tidak berhasil ditemukan. Aku pikir, karena waktu Kakek mencari dulu teknologinya belum secanggih sekarang, makanya orang itu tidak pernah ditemukan. Berbeda dengan sekarang. Makanya aku ingin mencoba peruntunganku...." jelas Jia Li panjang lebar.


S.Coups mengangguk mengerti. Dia memutuskan untuk menyudahi topik pembicaraan tersebut. Sudah bukan bagiannya untuk bertanya lebih dalam soal siapa gerangan yang dicari oleh keluarga milyuner itu. Pasti orang itu adalah orang yang sangat penting sampai-sampai Jia Li turun tangan sendiri untuk mencari padahal sudah puluhan tahun berlalu.


S. Coups melirik alat penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah satu jam lewat tiga puluh menit dia berada di dalam ruangan ini. Belum ada pembicaraan soal investasi sama sekali. Pergerakan S.Coups ini rupa-rupanya tertangkap oleh Jia Li.


"Apa kau ada acara lain setelah ini ?" tanya Jia Li.


S.Coups menggeleng sebagai jawaban.


"Tidak juga..... Tapi, aku harus menjemput seseorang setelah pertemuan ini. Aku rasa, pertemuannya juga sebentar lagi akan berakhir...." jawab S.Coups, merujuk pada rapat Jeje dengan perwakilan Dior.


"Ah..... Kalau begitu, aku tidak ingin membuang waktumu lagi...."


S.Coups mengulum senyumnya.


"Sama sekali tidak. Aku senang mengetahui Kim mengantarkanmu pulang dengan selamat. Semoga kau bisa segera menemukan orang yang kau cari....." ucap S.Coups. Dia hendak berdiri dari kursi, tetapi Jia Li ikut berdiri lalu menarik ujung pergelangan jas yang dikenakan oleh S.Coups.


"Tunggu sebentar, kita belum membicarakan soal investasi ke agensimu....."


S.Coups menatap lurus ke arah Jia Li. Meski gadis di hadapannya ini adalah cucu seorang milyuner asal negeri tirai bambu, namun bagi S.Coups rasanya mustahil kalau dia benar-benar akan menanamkan modal ke agensi. Pada menit pertama Jia Li muncul dan memperkenalkan dirinya, S.Coups sudah memupuskan harapannnya soal investasi tersebut. Dia justru menganggap makan siang ini adalah balas budi Jia Li karena S.Coups telah menolongnya beberapa hari yang lalu.


"Aku pikir investasi itu hanya alasan yang kau pakai supaya kita bisa bertemu...."


Jia Li menggeleng ribut.


"Aku akan dimarahi oleh Kakekku kalau sampai itu terjadi. Perusahaan Kakek memang ingin berinvestasi di agensimu sebagai balasan karena kau sudah menyelematkanku saat diganggu di bar tempo hari. Aku datang sebagai perwakilan beliau, sekaligus supaya aku bisa berterima kasih secara langsung...."


Penjelasan Jia Li membuat S.Coups duduk kembali di kursinya.


"Aku minta maaf kalau aku terlalu mendominasi percakapan kita hari ini. Aku hanya terlalu senang bisa bertemu lagi denganmu...."


"Tidak apa-apa..... Tapi, darimana kau tahu soal agensiku ?"


"Aku bertanya kepada manajer bar soal dirimu. Dia hanya memberikan namamu lalu aku meminta sekretaris Kakek untuk mencari tahu. Dari situ aku tahu identitasmu yang sebenarnya. Aku tidak menyangka, orang yang menolongku adalah seorang idola...."


Dahi S.Coups mengernyit.


"Memangnya kenapa kalau aku seorang idola ?"


"Yaaahhh.... Bukannya biasanya idola tidak mau terlibat masalah karena itu bisa berpengaruh pada popularitas kalian ya ?"


"Aku sudah melewati fase tersebut.... Lagipula, aku mengenal Kim cukup lama. Wine bar mereka cukup menjaga kerahasiaan para pelanggan yang datang ke sana"


Jia Li mengangguk samar.


"Oh, begitu.... Bagaimanapun juga, aku bersyukur kau ada di sana....."


S.Coups mengedikkan kedua bahunya.


"Aku senang bisa membantu....."


"Dan soal investasi itu....."


S.Coups memperbaiki posisi duduknya supaya dia bisa menyimak kalimat lanjutan yang akan diucapkan oleh Jia Li.


"Kapan kau ingin kita menandatangani kesepakatannya ? Aku tidak masalah dengan syarat apapun yang diajukan oleh agensimu...."


Kedua netra S.Coups melebar.


"Kau benar-benar sudah membaca proposal bisnis yang aku ajukan ?"


Jia Li menggelengkan kepalanya.


"Pihak legal perusahaan Kakek yang mengurusnya. Tapi intinya, kalau aku tidak masalah, mereka juga pasti tidak akan mempermasalahkannya...."


"Benarkah ?" tanya S.Coups tidak percaya.


"Aku benar-benar tidak perlu menjelaskan visi dan misi yang aku punya ? Aku benar-benar tidak perlu mempresentasikan apapun ?" S.Coups jadi semakin bingung.


Jia Li mengangguk yakin.


"Iya. Kau tidak perlu melakukan hal-hal yang kau sebutkan tadi. Aku dan Kakek percaya dengan kemampuanmu kok. Hanya saja, ada satu syarat yang diajukan oleh Kakek...."


"Syarat ? Syarat apa ? Kalian tidak mungkin mengajukan syarat supaya agensiku pindah ke China kan?


Jia Li terkikik geli mendengar pemikiran S.Coups.


"Astaga..... Jujur saja, kami tidak pernah memikirkan soal itu...." ujar Jia Li di ujung tawa gelinya.


"Lalu apa ? Syarat apa yang ingin kalian ajukan kalau tadi kau bilang tidak ada masalah dengan proposal bisnis yang aku ajukan...."


"Euhm.... Yah..... Tahun ini usiaku sudah menginjak dua puluh lima tahun. Dan menurut Kakek, aku hanya menghabiskan waktuku dengan bermain-main. Selain sebagai balasan atas budi baikmu, maksud Kakek berinvestasi adalah supaya aku mulai mempraktekkan ilmu bisnis yang sudah aku pelajari...."


"Kau ingin mempraktekkan ilmu yang kau punya ? Tapi, bagaimana caranya ? Kau ingin bekerja di agensiku ?"


Jia Li mengangguk dengan penuh antusias.


"Tepatnya, aku ingin belajar untuk mengelola agensi bersamamu. Menjadi wakilmu, kalau hal itu memungkinkan....."



(TBC)

What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang