82

156 58 24
                                    



Penginapan yang disewa oleh agensi untuk seluruh anggota Seventeen dan juga staf di Gyeonggido terlihat lebih ramai dibandingkan malam sebelumnya. Hal ini disebabkan karena keberadaan Dream ditambah Taeyong dan Doyoung yang tiba-tiba saja berubah pikiran dan ingin menginap semalam di Gyeonggido bersama dengan Jeje dan yang lain. Padahal seharusnya, setelah mengantarkan Coffee truck kemudian menyapa Jeje, mereka sudah berjanji kepada manajer Yoon dan juga pada Nara bahwa mereka akan langsung kembali ke Seoul.


Tapi, Dream selalu punya banyak akal untuk memuluskan keinginan mereka. Dengan negosiasi yang alot, mereka akhirnya berhasil menambah waktu mereka bersama dengan Jeje.


Setengah anggota Seventeen masih melanjutkan sesi syuting mereka. Karena kedatangan Dream, Mingyu memindahkan semua scene Jeje supaya direkam terlebih dahulu. Tidak ada protes yang dilayangkan oleh para anggota, karena mereka tahu bagaimana dekatnya Jeje dengan anak-anak Dream.


Yeah.....


Masih ada satu orang yang menyuarakan protesnya soal Jeje yang dianggap terlalu dianak-emaskan.


Siapa lagi kalau bukan Jia Li.


"Cih......" cucu perempuan dari Perusahaan Tang itu berdiri di ujung koridor yang membatasi ruang bersama dengan deretan pintu kamar di sisi kiri dan kanan. Dia memandang ke arah Jeje yang sedang berinteraksi dengan para anggota Dream dengan wajah tidak suka.


Jengah dan geram dengan pemandangan yang ada di hadapannya, Jia Li memutuskan untuk kembali ke dalam kamar yang dia tempati. Berbeda dengan ketika mereka berada di Gangwondo, di sini S.Coups meminta supaya mereka tidur di kamar yang terpisah. Alasannya adalah karena S.Coups butuh lebih banyak privasi demi menjaga kesehatannya.


Jia Li tidak masalah


Dia juga enggan tidur sekamar dengan laki-laki yang sama sekali tidak pernah terlihat bernafsu untuk menyentuhnya dan malahan terus mengigaukan nama perempuan lain di dalam tidurnya.


Di dalam kamar yang dia tempati, Jia Li duduk di atas tempat tidur sambil mengetuk-ngetuk layar ponsel dengan jari telunjuk yang dihiasi oleh nail art warna merah menyala.


"Apa aku suruh dia datang saja ke sini dan menemani aku berpesta di club ? Toh, mereka juga tidak akan kehilangan aku....." ucap Jia Li, bergumam pada dirinya sendiri.


Panjang umur


Sebelum Jia Li menghubungi orang yang dia maksud, orang itu sudah lebih dulu menghubungi Jia Li.


"Hal-.."


Sapaan Jia Li dipotong oleh orang yang menjadi lawan bicaranya


"Mereka sudah berhasil menemukan penipu yang aku sewa sebagai pengacara itu !!!!"


Jia Li lantas bangun dari tempat tidur, berjalan cepat menuju ke arah pintu, lalu membukanya sedikit untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan mereka. Setelah merasa aman, Jia Li kembali menutup pintu tersebut dan dikunci rapat. Baru setelahnya, dia menyuruh lawan bicaranya untuk melanjutkan ceritanya.


"Jelaskan semuanya padaku....." Jia Li berdesis di ujung ponsel pintar yang tertempel di salah satu daun telinganya.


"Kemarin ada nomor asing yang menghubungiku. Dia bilang kalau dia adalah penipu yang kita sewa dulu untuk berpura-pura sebagai pengacara. Dia bilang, sudah beberapa hari ini ada orang yang menguntitnya. Dan tadi nomor itu kembali mengirimkan pesan. Katanya dia tidak bisa lari lagi. Aku mencoba untuk menghubungi nomor itu lagi, tapi nomor itu sudah tidak aktif....."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang