Chris POV
Aku menatap wajah wanita itu. Dia cantik, sangat cantik bahkan. Bahkan dari kejauhan aku bisa melihat mata hijaunya yang indah. Aku berdeham pelan.
Nicholas mengenalkanku dan kulihat para wanita menatapku kagum. Aku mengatakan sepatah dua patah kata memperkenalkan diri. Lalu Nicholas mengajakku berkeliling, mengenalkanku kepada beberapa orang yang mempunyai jabatan penting. Lalu tibalah kita dihadapan wanita itu. Kuperhatikan beberapa detik detail wajah wanita ini. Bulu matanya amat lentik dan indah, dan bibirnya yang seperti kelopak bunga Oh Tuhan.... Aku ingin menciumnya saat itu juga.
"Sir, saya perkenalkan ini Miss Helene. Dia adalah Head of Advertising". Suara Nicholas membuyarkan lamunanku yang mesum.
Wanita itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum sopan kepadaku.
"Mr. Evans". Suaranya yang indah menggelitik indraku. Aku kembali berdeham pelan, berusaha membersihkan tenggorokkanku yang tiba-tiba tercekat. Tidak kulihat tatapannya seperti wanita lainnya yang seperti ingin menelanku bulat-bulat.
Aku menyambut uluran tangannya. Aku tidak bisa mengalihkan tatapanku darinya. Mata hijaunya yang indah seolah menghipnotisku. Sam berdeham pelan disebelahku hingga membuatku melepaskan tangannya. Kulihat Sam mengangkat sebelah alisnya seolah sedang mencari tahu apa yang terjadi padaku. Tentu saja ia ingin tau. Untuk pertama kalinya diluar pekerjaanku sebagai seorang aktor aku menatap wanita lebih dari 5 detik.
Aku berlalu karena diarahkan Nicholas menemui rekan yang lain.
"Nathania...look at him. He is fu*kin hot". Aku mendengar suara wanita terdengar menggebu-gebu dibelakangku.
"Raline stop! Dia bisa mendengarmu tau". Nathania menegur temannya.
Nathania
Nama yang indah.
Setelah diperkenalkan ke sebagian besar orang yang hadir, Nicholas mengajakku berbincang-bincang. Perhatianku kembali teralihkan saat kulihat Nathania tertawa. Benar-benar tertawa dengan beberapa pria disekelilingnya. Tanpa sadar aku mencengkeram gelasku. Aku memperhatikan sekeliling dan melihat beberapa orang memang berkumpul secara berkelompok.
"Apa mereka selalu begitu? Berkumpul sesuai divisi masing-masing?" Tanyaku kepada Nicholas.
Nicholas ikut memperhatikan sekeliling.
"Kurasa ya Sir. Karena kurasa kecil kemungkinan mereka saling kenal jika tidak pernah saling berinteraksi. Kecuali Miss Nathania. Dia mengenal banyak orang di perusahaan ini. Walaupun orang-orang itu berbeda divisi dengannya. Dan kurasa mereka tidak menolak juga berkenalan dengan Miss Nathania yang cantik tentu saja. Kau bisa lihat, Sir dimanapun wanita itu berada pasti ada sekelompok pria mengelilinginya. Dari rumor yang kudengar, banyak pria di perusahaan ini yang berusaha mendapatkan perhatiannya namun tidak ada satupun yang mendapatkannya". Jelas Nicholas panjang lebar.
"Termasuk kau kurasa". Jawabku sarkastik.
Nicholas tertawa gugup.
"Ya. Aku langsung menyerah begitu tau dia tidak tertarik".
Nicholas kembali menjelaskan tentang perusahaan bla...bla..bla...
Namun aku tidak mendengarkannya. Perhatianku terpusat pada wanita cantik bermata hijau.
Nicholas ijin pamit sebentar karena ada salah satu orang yang memanggilnya.
"Bisa kau hentikan itu?". Bisik Sam.
"Berhenti apa?". Balasku.
"Kau menatap wanita itu seolah-olah kau ingin menelannya bulat-bulat, Chris". Sam menggertakkan gigi.
"Bagaimana kau tahu?". Tanyaku mengangkat sebelah alisku.
"Ayolah. Aku tidak menjadi managermu satu atau dua tahun Chris. Tentu saja aku tahu tatapanmu yang membara itu".
"Kau berlebihan". Balasku lalu meminum sampanye.
"Berkacalah dude! Lihat ekspresimu saat melihatnya". Ucap Sam lagi.
Nathania POV
Acara yang berlangsung tak terasa hingga pukul 4 sore. Aku berkali-kali melihat ponselku karena merasa bosan. Raline berkata kalau ia akan mengajakku ke pub sepulang dari acara ini. Aku menolak tentu saja. Aku beralasan kalau sudah ada janji dengan temanku.
Raline mendesah kecewa.
"Aku akan pulang sekarang, temanku sudah menungguku. Aku akan izin ke Nicholas dan bos baru kita". Ucapku kepada Raline.
"Aku ikut ya". Balas Raline menatapku penuh harap.
"Kenapa? Kau mau izin juga?". Tanyaku mengerenyitkan dahi.
"Tidak tentu saja. Aku akan beralasan menemanimu padahal aku ingin memandangi wajah bos kita yang tampan dari dekat". Raline menatap wajah Mr. Evans genit.
"Oh my God". Jawabku lalu mulai berjalan menuju Nicholas. Dengan Raline yang mengekor dibelakangku tentu saja.
"Maaf. Aku ingin pulang duluan karena temanku sedang menunggu. Apa boleh Nicholas?". Tanyaku kepada Nicholas.
Nicholas terdiam beberapa saat.
"Ehemm...ya tentu saja. Acaranya juga akan segera berakhir. Apa perlu kuantar?". Jawab Nicholas.
"Tidak..tidak perlu. Aku akan mengendarai motorku. Aku meninggalkannya disini kemarin. Thankyou Nicholas".
Lalu dengan sopan aku menunduk seolah berpamitan kepada Mr. Evans.
Aku berjalan sambil menarik tangan Raline khawatir dia akan tetap berdiri disana dan menatap Mr. Evans dengan penuh minat.
Aku berpamitan kepada Raline dan beberapa orang disana lalu berjalan pelan menuju tempat parkiran motorku.
Aku menguncir rambutku asal. Mengambil jaket yang selalu ada didalam jok dan memakai helm. Kunyalakan motorku dan mulai mengendarainya santai menuju bar ku.
Chris POV
"Ok. Sekarang jelaskan kepadaku tentang sikapmu tadi". Ucap Sam di sampingku.
"Sikapku yang mana?". Tanyaku pura-pura.
"Chris, kau menatap wanita yang baru saja kau temui lebih dari 5 detik. Dan wanita itu bukan rekan kerjamu. Kau seperti pria yang baru saja tergila-gila dengan wanita, kau tahu? Dan kita didalam sini kurang lebih 5 menit menatap wanita itu mengendarai motornya dan kau hanya duduk diam disini seperti orang bodoh". Jawab Sam sarkas.
"Well, sebenarnya sekarang dia rekanku kalau kau lupa. Dan ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengannya". Aku mengatakan itu tanpa menatap Sam.
"Apa maksudmu?". Sam mengerenyitkan dahi.
"Aku akan menceritakan padamu, jangan menyelaku sampai aku selesai". Balasku dengan nada serius.
Dan mengalirlah ceritaku, cerita saat Nathania masuk kedalam mobil, menggodaku hingga aku menidurinya di hotel.
"Shut up! Apa kau gila?". Wajah Sam berubah.
"Kalau dilihat dari ekspresinya tadi, sepertinya dia tidak mengingatnya". Jawabku membela diri.
"Kau tahu tidak bagaimana berbahayanya hal itu? Apa kau tidak bisa sedikit menahan kemaluanmu itu?". Suara Sam sedikit panik.
"Well, dengan wanita cantik dipangkuanku dan menggesekkan pantatnya ke kejantananku tentu saja aku tidak bisa".
Sam menghela nafas. Dia menyibak rambutnya ke belakang dengan sedikit menariknya tanda dia mulai sakit kepala.
"Kalau begitu aku akan awasi wanita itu. Aku khawatir kalau kita lengah dan ternyata dia mengingatnya akan menjadi boomerang bagimu". Balas Sam lagi.
Aku diam saja. Aku menyenderkan kepalaku kebelakang memikirkan betapa seksinya kaki Nathania tadi.
Astaga! wanita itu benar-benar membuatku frustasi
Nath berkeliling kota melepas kegelisahan hatinya. Ia berhenti di sebuah kafe dan memesan kopi beserta sepotong bluberry cheese cake.
Ia memainkan ponselnya dan melihat banyaknya pesan di group kantor hingga membuat Nath malas membukanya. Ia membuka pesan dari Raline.
"Tak lama setelah kau keluar, Mr. Evans juga pulang. Dia izin untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum besok benar-benar fokus dikantor".
Nath hanya membalas dengan emoticon tertawa lalu meletakkan ponselnya lagi. Ia menyesap kopinya dan memakan cake nya dengan sedikit demi sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME, NATH!
RandomWarning 21+ Yang anak kicik jangan weudeul... jangan bandel yakkk... belom umurnya adek-adekkuuu...!! soon lah ya sayang.. Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Be...