Part 63 : Perang

153 2 0
                                    

Nath menyentuh kening Chris dan anehnya panasnya hilang sama sekali. Mata Nath memicing. Ia bangun dan mengabaikan selimutnya yang turun hingga ke perut.

"Kau tidak pura-pura sakit kan? Bagaimana bisa panasnya langsung hilang?" Tuduh Nath.

"Kalau hal ini membuatmu langsung mendatangiku dan melayaniku seperti tadi, aku rela sakit setiap hari!" Jawab Chris. Matanya dengan kurang ajarnya menatap payudara Nath yang telanjang.

"Tciih! Dasar mesum!" Jawab Nath sambil menarik hidung Chris yang mancung.

Chris mencekal tangan Nath lalu dengan lembut membelai pinggang Nath menuju ke payudaranya yang menggoda.

"Hentikan tuan! Ada pekerjaan yang harus aku lakukan, bukan hanya melayanimu!" Tegur Nath.

"Melayaniku juga pekerjaan, pekerjaan sebagai kekasihku!" Balas Chris. Matanya berkilat mesum.

Nath memutar bola matanya lalu bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa Nath menguncinya dari dalam karena khawatir Chris yang tiba-tiba masuk dan menggagahinya lagi.

Nath menggeleng-gelengkan kepalanya merasa kewalahan karena gairah Chris yang seolah tidak ada habisnya.

Setelah mandi, Nath merasa lebih segar. Untungnya tanda merah dari Chris mulai memudar dan saat aktivitas mereka barusan, Chris tidak meninggalkan tanda baru.

Sambil menunggu Nath dikamar mandi, Chris mengenakan celananya dan memilih turun kebawah sambil memesan makanan untuk mereka berdua.

Chris memakan es cream yang tadi Nath ambil dari kulkas dan ia letakkan begitu saja dimeja bar.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Nath keluar kamar dan menuruni tangga melihat calon suaminya yang memakai celana training abu-abu dan bertelanjang dada sambil memakan es cream. Nath menyenderkan tubuhnya ke pegangan tangga sambil bersedekap menatap tubuh atletis Chris.

Chris masih belum menyadari sedang ditatap oleh Nath sedemikian rupa karena ia sedang membelakangi Nath.
Chris membuang bekas kotak es cream ke tong sampah lalu berbalik dan membuka kulkas untuk mengambil kotak es cream kedua. Nath mengangkat sebelah alisnya.

"Sejak kapan Chris suka makan makanan manis?" Batin Nath.

Nath tersenyum saat melihat Chris yang menyendok es cream lalu dengan lahap memasukkan ke mulutnya. Cukup lama Nath menatap Chris disana karena Nath menyukai wajah Chris yang bisa berubah-ubah sedemikian cepat. Sebentar alisnya beradu, sebentar matanya terpejam terlihat menikmati es cream yang ia makan. Astaga! Nath sangat menikmati memperhatikan dalam diam begini.

Lama kelamaan Chris mendongak karena merasa diperhatikan. Wajahnya seketika tersenyum manis sekali menampakkan barisan giginya yang putih dan rapih.
"Sudah berapa lama kau disana menatapku begitu?" Tanya Chris.
"Lumayan lama. But, trust me! I can do it forever!" Puji Nath.

Chris tertawa. Ia meletakkan kotak es cream dan berjalan ke arah tangga mengangkat tubuh Nath dengan mudah. Menggendongnya seperti koala. Chris menundukkan kepala Nath dan mencium bibir Nath.
"Hmmm...cold and sweet!" Gumam Nath setelah melepaskan ciumannya. Chris meletakkan tubuh Nath di meja dapur. Ia kembali mengulurkan tangan mengambil kotak es cream itu dan kembali menyuapi Nath dan dirinya sendiri.

"Sejak kapan kau suka es cream? Ini kotak keduamu kan?" Goda Nath.
"Kau tau? Berarti sejak tadi kau disana memperhatikanku?" Tanya Chris.
Nath mengangguk.
Chris tersipu malu kembali menunduk menyuap es creamnya. Nath ketagihan menggoda Chris. Sebuah kata-kata terlintas di kepalanya yang cantik.
"Chris, do you have a sunburn?" Tanya Nath tiba-tiba.
"Huh? Dimana?" Jawab Chris sambil menunduk melihat tubuhnya.
"Or...are you always this hot?" Goda Nath sambil menyeka es cream yang tertinggal dibibir bawah Chris dengan ibu jarinya lalu menjilatnya.

"Stop it! Aku tidak tahu cara menangani Nathania yang flirty begini!" Jawab Chris dengan nada penuh peringatan.
"Lagipula kau bilang akan bekerja kan? Cepat kerjakan pekerjaanmu sebelum aku membuatmu kerja rodi!" Lanjut Chris.
Nath tertawa. Ia kembali menunduk dan mencium Chris dalam-dalam lalu turun dari meja bar dan kembali keatas untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Chris menekan dadanya yang berdebar mendengar godaan Nath barusan. Nath yang sedang dalam mode flirty sangat berbahaya bagi jantung. Sejak Chris tau kekasihnya menatapnya sejak tadi saja membuat kupu-kupu terasa berterbangan di dalam perutnya, ditambah godaan Nath barusan.
Chris menggeleng-gelengkan kepalanya.

Nath mengambil laptopnya dikamar dan membawanya ke ruang kerja Chris.
Nath menyalakan laptopnya. Sambil menunggu, ia membuka social medianya. Ada ratusan DM yang masuk. Nath melihat banyak akun centang biru yang mengirim pesan padanya. Nath hanya membuka dan membalas pesan yang dirasa penting lalu kembali keluar dari sosial medianya kembali mengalihkan perhatiannya ke laptop didepannya.

Ponselnya berdering, Raline yang menelepon.
"Halo madam? Sedang sibuk?" Tanya Raline.
"Nope! Ada apa?" Balas Nath.
"Keberatan kalau beralih ke video call?" Tanya Raline lagi.
"Tidak sama sekali!" Jawab Nath sambil menekan tombol video call. Nath menyenderkan ponselnya di tumpukan buku di meja Chris.

Setelah tersambung, Raline mengoceh kalau ia sedang bingung perihal besok. Apa dia harus izin ke HRD atau bagaimana? Raline tampak mondar mandir di toilet kantor.
"Jangan khawatir, aku sudah izin. Kau pun sudah ku izinkan tadi!" Jawab Nath sambil mengetik sesuatu di laptopnya.
"Ke HRD?" Tanya Raline seketika berhenti dan menatap Nath kaget.
"Tidak. Ke CEO kita langsung!" Jawab Nath sambil tersenyum jail.
"Sial! Memang menguntungkan memiliki kekasih CEO. Bisa dengan mudah meminta cuti dadakan!" Jawab Raline.
Nath tertawa mendengarnya.

"Bahkan dia mau ikut besok!" Balas Nath setelah berhenti tertawa.
Bola mata Raline membulat sempurna.

"Holy shit! Why?"
Nath mengedikkan bahunya.
"Dia hanya bilang kalau dia ingin ikut. Saat ku katakan kalau dia harus bekerja, dia malah bilang kalau dia bisa bekerja darimana saja tak perlu kekantor!"
"Kenapa aku jadi semakin nervous!" Gumam Raline.
"Santai saja! Dia tak semenyeramkan kelihatannya kok!" Ucap Nath.
"Hanya orang buta yang bilang Mr. Evans menyeramkan. Kau tak lihat dia setampan itu! Sial! Kau beruntung sekali!" Umpat Raline lagi.
"Sejak kapan kau jadi sering mengumpat begini Raline?" Tegur Nath.
"Saat aku gugup, aku tidak bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari mulutku!" Jawab Raline.
"Oh ya, kau bilang kau ingin berpacaran kan? Kenapa tidak mencoba untuk mendekati Roland? Ku lihat dia cukup menarik!" Kata Nath tiba-tiba.

"Fotographer itu menyukaimu kau tahu?" Gerutu Raline.
"Menyukaiku? Mana mungkin! Dia sangat profesional tau!" Elak Nath.
Raline berdecih.
"Kadang aku berpikir madam, kenapa kau tak bisa sadar kalau ada pria yang mengincarmu? Aku saja yang ditatap mesum pria dalam radius 3m saja sadar. Kenapa kau tidak? Bahkan kalau mau menatap si fotographer itu lebih dari 1 menit, pasti kau bisa melihat liurnya menetes didepan matamu!" Ejek Raline.
"Raline! Astaga mulutmu jahat sekali!" Tegur Nath.
"Aku benar kok! Dia hanya berpura-pura saja cool didepanmu, padahal menurutku dia tak sabar ingin menciummu saat itu juga!" Jawab Raline membela diri. Belum sempat Nath menjawab, pintu ruang kerja Chris yang memang tak tertutup sempurna terbuka.

"Siapa yang ingin menciummu?" Tanya Chris tiba-tiba sambil membawa beberapa kantong makanan ditangannya.
"Sial!" Gumam Nath pelan. Matanya menatap kaget ke arah Chris.
Raline menutup mulutnya. Ia segera mengakhiri panggilan teleponnya.
"Maafkan aku madam! Aku tidak mau ikut campur jika terjadi perang!" Bisik Raline lalu berjalan keluar meninggalkan toilet.
Nath diam saja menatap Chris.
"Kau belum menjawabku Nathania! Siapa bajingan yang ingin menciummu?" Tanya Chris lagi berjalan pelan kearah Nath.

KISS ME, NATH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang