Part 8 : Terlena

461 20 0
                                    

Bolehla toel tombol bintang dibawah tu!!!!

Mr. Anderson memperhatikan dengan seksama penjelasan Nath tentang idenya.
Dengan percaya diri, Nath menjelaskan sedetail-detailnya. Bahkan ketika beberapa orang menanyakan perihal kekurangan dari presentasi ini, Nath dengan bangga menjawab kalau tidak ada kekurangan sama sekali.
"Menurutmu siapa model yang tepat Miss Helene? Yang sesuai dengan citra brand ini."Tanya Mr. Anderson.
Mr. Anderson selalu menatap mata lawan bicaranya secara langsung seolah hal itu membuat lawan bicaranya gentar.
Namun tidak dengan Nath. Nath datang dengan penuh persiapan.
"Nicole Sebastian, sir. Kau bisa melihatnya di halaman selanjutnya."
Mr. Anderson membalik halamannya dan melihat wanita yang disebutkan Nath.
"Wow!" Ucap Mr. Anderson pelan.
"Apa anda keberatan Sir?" Tanya Nath lagi.
"Tidak. Hanya saja...." Ucap Mr. Anderson menggantung. Lalu dia berdeham pelan.
Nath menatap Mr. Anderson menunggu kata-kata selanjutnya yang keluar.
"Oke. Aku setuju. Segera jalankan proyek ini Miss Helene." Ucap Mr. Anderson lalu berdiri dan menyalami Nath.
Nath mengangguk dengan penuh percaya diri.

Setelah membereskan semua barang mereka, sambil berjalan ke pintu keluar kantor, Nath mengintruksikan kepada Raline untuk menghubungi manajer atau asisten Nicole Sebastian untuk membuat janji pemotretan. Sedangkan kepada Melisa, Nath memintanya mempersiapkan beberapa pasang pakaian dalam dan bikini untuk disortir mana yang pantas dijadikan sebagai cover. Melisa mengangguk.
"Oh ya Raline, sebelum ini aku sudah menanyakan kepada asistennya mengenai jadwal Nicole. Kau hanya perlu mengkonfirmasi ulang saja". Kata Nath mengingatkan.
"Baik Miss". Jawab Raline
Mereka kembali ke kantor, sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Chris yang merasa lapar karena ber jam-jam membaca dan mencerna file-file penting di mejanya, turun ke lantai bawah berniat untuk makan siang yang sedikit terlambat.
Saat melewati ruangan Nath, Chris sempat berhenti untuk melihat kegiatan Nath dari luar ruangannya. Nath berjalan kesana kemari sambil menelepon dan membuka-buka majalah dengan agak tergesa-gesa. Rambutnya yang keluar dari ikatan menandakan kalau ia sedang sibuk hingga tidak perduli dengan penampilannya. Well, dia masih terlihat cantik tentu saja.
Chris berlalu setelah beberapa menit menatap Nath.
Masih ada beberapa karyawan dikantin kantor. Mereka semua berdiri dan menyapa Chris begitu melihat Chris masuk kedalam kantin.
Chris berjalan pelan memilih makanan yang ingin dia makan.
Akhirnya pilihannya jatuh kepada salad dan mashed potato. Chris memilih duduk sendirian karena ia malas basa-basi. Baru saja ia menyuap makanan, aroma parfum yang familiar tercium. Benar saja, ia melirik Nath yang duduk dimeja yang sama dengannya, hanya berjarak 3 sampai 4 kursi. Nath mengambil kotak dari paper bag yang ia bawa. Merasa diperhatikan Nath menoleh dan melihat Chris yang menatapnya.
Nath memutar bola mata nya lalu mengangkat kotak bekalnya dan berjalan kearah Chris, ia duduk bersebrangan dengan Chris.
"Apa anda keberatan saya duduk disini Sir?". Tanya Nath sopan.
Chris menggeleng. Nath pun duduk dan menguncir rambutnya bersiap untuk makan.
"Kau membawa bekal sendiri? Apa makanan kantin tidak cocok untukmu?". Tanya Chris tanpa menatapnya.
"Tidak juga. Sudah menjadi kebiasaan sebenarnya. Tapi terkadang saya makan makanan disini juga kalau sedang tidak membawa bekal". Ucap Nath.
Mereka berdua makan dalam diam. Karena tidak menyukai suasana yang canggung, Nath mendorong salah satu kotak makanannya yang berisi bakwan kepada Chris.
"Silahkan dicoba, Sir. Harusnya rasanya tidak mengecewakan". Ucap Nath sambil menyuap sup nya.
Chris menatap Nath tanpa berkata apapun, namun ia penasaran dengan makanan yang dibawa Nath. Ia mengambil satu dan mengigitnya.
"Kukira rasanya manis, ternyata tidak. Apa nama makanan ini?". Tanya Chris.
"Di negara saya dia memiliki beberapa nama. Tapi saya lebih suka menyebutnya bakwan". Jawab Nath.
"Dan terbuat dari?". Tanya Chris lagi.
"Beberapa sayuran yang dicampur dengan tepung dan beberapa bumbu lalu di goreng". Jelas Nath.
"Kau bilang negaramu, memang kau berasal darimana?".
"Indonesia". Jawab Nath lagi.
Bola mata Chris membulat.
"Anda bukan orang pertama yang berekspresi seperti itu saat mendengar negara asal saya". Ucap Nath sambil tersenyum.
"Sorry". Balas Chris.
"It's ok, Sir".
Tanpa sadar Chris menghabiskan semua bakwan yang Nath bawa. Bahkan makanannya tidak ia sentuh sama sekali karena lebih suka menghabiskan makanan yang dibawa Nath.
Nath makan sambil menahan senyum melihat bos nya makan dengan lahap.
"Oh ya Miss Helene, ku dengar tadi kau menemui Mr. Anderson". Tanya Chris.
"Ya sir. Entah kenapa dia menginginkan ide kita di meeting sebelumnya".
"Ide?". Tanya Chris lagi.
Nath menutup kotak bekalnya lalu memasukkannya ke paper bag yang ia bawa.
"Di meeting sebelumnya, saya menyarankan beliau untuk fokus ke konsumen dengan rentang usia 20-40 tahunan. Namun beliau menolak karena lebih memilih pangsa pasar yang lebih muda dr 40 tahun jadi desain pakaian yang kita produksi pun menyesuaikan permintaan beliau. Ternyata iklan yang heboh sejak awal, model ternama yang dijadikan brand ambasador tidak dapat mencapai penjualan yang beliau kehendaki. Tadi saya sempat berpikir, mungkin hal itu yang membuat beliau kembali mempertimbangkan ide sebelumnya". Jelas Nath panjang lebar.
"Dan?". Tanya Chris lagi.
Nath menatap Chris.
"Gue jelasin panjang lebar, dan dia cuma bilang satu kata?". Batin Nath.
"Tadi beliau memutuskan untuk memulai proyek tersebut, sir". Jawab Nath.
Chris mengangguk-angguk.
"Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mengatakan padaku. Aku akan berusaha membantu".
"Baik Sir. Saya permisi". Ucap Nath lalu berdiri dan meninggalkan Chris.
Raline mengetuk pintu Nath.
"Masuklah Raline". Jawab Nath dari dalam.
Raline menunjukkan wajahnya khawatirnya
"Bad news madam! Jadwal Nicole Sebastian full hingga 3 bulan kedepan".
"Apa? Asistennya sudah mengatakan padaku kalau dia bisa menyisihkan waktu Nicole paling tidak 1-2 hari".
Raline menggeleng.
"Dia mengatakan padaku kalau jadwal Nicole sudah full. Bagaimana ini? Mr. Anderson pasti akan kecewa". Raline berjalan panik kesana kemari.
Nath tidak menghiraukannya, ia memutar otak dan mengambil ponselnya berusaha menghubungi asisten Nicole namun tidak ada jawaban. Mr. Anderson pasti akan menolak proyek ini jika model yang sudah disepakati diganti.

Nath membawa berkasnya meninggalkan Raline yang kebingungan diruangannya. Ia berjalan cepat menuju ruangan Chris.
Adeline -receptionist- kembali mengetuk pintu Chris memberitahukan kedatangan Nath.
"Suruh dia masuk". Terdengar suara dari dalam.
"Ada apa Miss Helene?". Tanya Chris tanpa melihat Nath.
Nath menyerahkan berkasnya lalu mengatakan tentang masalah Nicole Sebastian. Nath mengatakan kalau Mr. Anderson tidak akan bisa menerima hal ini.
"Siapa tadi kau bilang modelnya?". Chris bertanya.
"Nicole Sebastian, Sir". Jawab Nath.
Chris tersenyum lalu menekan tombol panggilan di ponselnya.
"Hai Nicole, kau sibuk?". Tanya Chris tanpa basa-basi.
Nath melotot mendengar nada suara Chris yang santai menelepon Nicole.
"Well, seperti yang kau tahu mengenai tawaran dari perusahaan ku. Sepertinya ada miss informasi antara asistenmu dan anak buahku. Jadi bisakah kau meluangkan waktumu 1 hari untuk melakukan pemotretan dengan perusahaan kami?". Tanya Chris.
"Baiklah, aku akan menghubungimu lagi untuk memberi tahu tempat dan waktunya. Bye Nicole". Chris pun mengakhiri panggilan teleponnya.
"Dia setuju. Kapan dan dimana tempatnya nanti kau beritahu kepadaku untuk kusampaikan kepadanya".
Nath bangun lalu dengan gembira memeluk Chris erat.
"Terima kasih sekali, Sir. Terima kasih banyak".
Chris memeluk pinggang Nath yang ramping. Nath begitu pas dipelukannya.
Menyadari perilakunya, Nath langsung melepaskan pelukannya dan mundur namun terhalang tangan Chris di pinggangnya.
Chris menatap Nath. Pandangannya tak lepas dari bibir Nath. Nath mengerjakan mata agak sedikit gugup karena jarak sedekat ini dengan bosnya. Bahkan Nath bisa mencium aroma cologne Chris yang wangi.
Nath menelan ludah saat Chris mengusap bibir bawahnya dengan sensual.
"Sir?". Cicit Nath.
Dengan sedikit menunduk, Chris mencium Nath. Ciuman yang awalnya seringan bulu berubah menjadi brutal. Bahkan Chris menggigit pelan bibir bawah Nath dengan penuh nafsu.
Seketika otak Nath tidak bekerja karena serangan mendadak dari Chris. Dengan tak tahu malu ia membalas ciuman Chris yang brutal. Chris menangkup kedua pipi Nath, menyesap bibir Nath. Ciuman Chris menjelajahi setiap sudut mulut Nath. Chris mengerang merasakan bibir Nath yang lembut. Nath kelabakan. Dia ingin menghentikan ciuman ini namun disisi lain, ia menikmati ciuman ini.
Tak satupun diantara mereka yang berniat mengakhiri ciuman itu. Keduanya terlena.

KISS ME, NATH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang