Jam 02.00, para pengunjung sudah tidak ada sama sekali. Nath dan dua karyawan yang lain sudah membersihkan bar.
Setelah itu Nath naik kelantai 2 menuju kamarnya.
Nath merebahkan tubuhnya yang lelah di tempat tidur, ia ingin memejamkan mata karena jam 05.00 nanti ia harus sudah ada dibandara.
Nath ingat belum makan apapun setelah sandwich di bandara kemarin. Namun sekarang ia memang tidak berminat untuk makan.
Nath menyalakan ponselnya dan melihat belasan panggilan tak terjawab dari Chris. Ada pesan dari Ale, Chris, Raline dan pesan di grup kantor yang jarang ia hiraukan.
Nath membuka pesan Ale terlebih dahulu lalu membalasnya.
"Sorry baru sempat lihat hp, tadi pengunjungnya gila-gilaan dan hanya ada aku, Darwin dan Alexa".
"Matthew memang cuti, lalu Andrea?". Jawab Ale.
"Dia sakit. Itulah kenapa aku menggantikan Matthew. Aku tidur sebentar ya, besok aku ada flight pagi". Jawab Nath.
"Ok pretty. Sleep tight". Balas Ale.
Nath membuka pesan Chris lalu menghela nafas.
"Harusnya ia sudah tidur kan ya?". Gumam Nath.
"Sorry. Tadi ada yang harus saya kerjakan. Ada apa? PS: anda boleh membalasnya besok".
Lalu ponsel Nath berdering. Chris meneleponnya.
"Halo?". Jawab Nath.
"Kau kemana saja?". Sembur Chris.Tubuhku lelah sekali saat ini, haruskah aku mendengar omelannya sekarang? Batin Nath.
"Ada sesuatu yang harus saya lakukan!". Jawab Nath.
"Hingga ke Boston?". Tanya Chris ketus.
Nath menghela nafas. Dia kesal merasakan mood bos nya yang naik turun.
"Ya". Jawab Nath singkat.
"Sesuatu apa?". Desak Chris.
"Ada hal yang tidak perlu saya jelaskan Sir, dan demi tuhan ini jam 02.00 pagi. Haruskah anda menginterogasiku sepagi ini?".Nath menutup telepon lalu mengganti mode silent pada ponselnya. Ia hanya ingin tidur.
Tak dihiraukannya layar ponselnya yang berkedip menandakan Chris yang meneleponnya berulang kali.
Chris mengumpat kasar. Ia mondar mandir dikamarnya. Tak lama ia merebahkan tubuhnya. Ia ingin menghukum malaikat kecil bermata hijaunya yang nakal.
Alarm ponsel Nath berdering dua jam kemudian. Nath bergegas bangun dan masuk kedalam kamar mandi. Ia membasuh wajahnya dengan agak kasar sambil mengibas-ibaskan air agar rasa kantuknya berkurang. Kepalanya terasa agak pusing saat ini namun Nath mengabaikannya.
Nath bergegas turun dan keluar dari bar. Tak lupa menguncinya dari luar.
Saat di taxi, Nath memejamkan matanya berharap dapat mengurasi rasa sakit di kepalanya.
Masih ada waktu kurang lebih 45 menit sebelum boarding. Nath kembali menyenderkan kepalanya kebelakang.
Pukul 07.15 Nath pun landing di New York. Tadinya ia ingin pulang terlebih dahulu, namun melihat waktu yang sedikit ia pun mengurungkannya. Lagipula ia masih menyimpan 1 setelan kerjanya diruangannya. Nath akan mandi di kantor dan menggunakan setelan itu.
Seperti biasa Nath berbelok ke coffee shop milik Niguel.
"Make it three, Niguel and without lemon. Iam so sleepy today". Ucap Nath begitu masuk.
Niguel mengacungkan jempol. Sambil menunggu kopinya siap, Niguel memperhatikan Nath.
"Sepertinya kau sedikit pucat, Nath. Are you ok?". Tanya Niguel.
"Fine". Jawab Nath singkat.
Nath tersenyum saat menerima kopinya dan segera berlalu dari sana.
Seperti biasa kantor masih sepi saat Nath datang. Nath masuk ke toilet dan bergegas untuk mandi sebelum banyak karyawan yang datang. Kepalanya terasa semakin berdenyut namun Nath masih bisa menahannya. Setelah berganti pakaian, Nath menyalakan komputernya dan melihat sampel majalah diatas mejanya. Ia pun membuka majalah itu memeriksa apakah ada kesalahan.
Setelah semua selesai, melihat kantor yang mulai ramai Nath merebahkan kepalanya diatas meja. Ketukan di pintu membangunkan Nath.
"Madam, kau ditunggu diruangan Mr. Evans". Ucap Raline.
Nath mengangguk.
"Kau baik-baik saja? Kau pucat sekali". Ucap Raline dengan nada khawatir.
"Hanya sedikit pusing". Jawab Nath.
"Kau yakin?".
"Ya Raline".
Nath berjalan ke ruangan Chris dengan agak sedikit sempoyongan. Didalam ruangan ada Mr. Anderson, Melisa, Mike dan entah siapa lagi Nath tidak melihat dengan jelas.
Chris mengajukan beberapa pertanyaan kepada Nath, namun Nath yang agak tidak fokus karena rasa sakit yang ia tahan namun Nath tetap menjawab pertanyaan Chris. Sesekali Raline membantu karena ia merasa Nath tidak baik-baik saja. Setelah meeting selesai, Nath dan yang lain berdiri hendak beranjak dari situ.
"Yang lain boleh keluar. Kecuali kau Miss Helene". Ucap Chris tegas.Mike mengangkat sebelah alisnya namun tidak berkomentar apa-apa. Begitupun yang lain. Mereka meninggalkan Nath sendiri diruangan itu.
Baru saja pintu dibelakang Nath tertutup, Nath merasa pandangannya menggelap. Telinganya sedikit berdengung sehingga ia tidak dapat mendengar jelas apa yang diucapkan Chris. Lalu semuanya gelap. Nath ambruk tak sadarkan diri.
"Nathania!". Teriak Chris. Ia menelepon receptionist meminta untuk segera memanggilkan dokter.
Chris mengangkat tubuh Nath merebahkannya di sofa.
Nath begitu pucat. Badannya sangat panas. Sekitar 10 menit kemudian dokter yang diminta Chris datang.
Ia memeriksa Nath dengan hati-hati.
Setelah selesai memeriksa, dokter berkata kepada Chris.
"Kelelahan, anemia, kurang tidur, pola makan yang tidak teratur, terlalu berlebihan mengonsumsi kafein".
Dokter memberi obat kepada Chris. Chris berterima kasih lalu menjabat tangan dokter tersebut.
Chris menyingkirkan rambut halus Nath yang menutupi keningnya.
Chris memperhatikan Nath dengan pandangan yang sulit diartikan.
Chris tidak tahan tidak menyentuh wajah Nath yang cantik. Ia membelai pipi Nath. Terasa sedikit hangat.
Sekitar satu jam kemudian Nath bangun. Ia duduk dan memegang kepalanya yang masih terasa sakit.
Matanya memperhatikan sekeliling. Ia melihat Chris yang menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Bagaimana saya masih disini?". Tanya Nath.
"Kau pingsan Miss Helene". Ucap Chris singkat.
"Maaf merepotkan anda sir. Saya akan kembali keruangan saya. Saya permisi". Ucap Nath pelan.
Nath bangun dan berbalik hendak keluar ruangan ketika tangannya di cekal oleh Chris.
"Hentikan permainan bodohmu itu. Berhenti mempermainkan emosiku!". Bentak Chris.
Nath membeku.
"Apa maksud anda, Sir?". Tanya Nath dengan suara pelan.
Chris menarik rambut depannya frustasi.
Tidak mendapat jawaban, Nath segera keluar ruangan.
Nath menggerutu melihat tingkah bos nya yang aneh.
Nath harus meminum obat untuk mengurangi sakit kepalanya. Dan Nath ingat kalau obat yang diberikan dokter berada diruangan Chris.
Nath mengumpat pelan.
Raline yang mengetuk pintu ruangannya.
"Ayo makan siang!". Ucap Raline.
"Kau saja. Aku tidak lapar".
Raline pun mengangguk.
Telepon ruangannya berdering. Nath melongokkan kepalanya melihat siapa yang menelpon. Nath menghela nafas.
"Yes sir?".
"Kau melupakan obatmu!". Ucap Chris ketus.
"It's ok, Sir. Aku akan mengambilnya nanti". Jawab Nath.
Chris langsung menutup teleponnya.
Nath tidak habis pikir dengan perilaku bosnya yang semakin hari semakin aneh.
Nath melihat kopinya yang tadi pagi hanya ia minum sedikit. Ia kembali meminumnya.
Pintu ruangannya terbuka. Chris melemparkan obat Nath ke mejanya.
"Lain kali urus urusanmu sendiri Miss Helene!". Ucap Chris lalu segera berbalik ingin keluar dari ruangan itu.
Nath mencekal tangan Chris.
"Apa saya melakukan suatu kesalahan? Kenapa anda terlihat begitu marah kepada saya?". Tanya Nath. Matanya menatap mata Chris yang berwarna biru cerah.
"Sialan!". Umpat Chris.
Chris mendorong Nath ke pintu. Tangannya mengusap bibir bawah Nath.
"Ya. Aku marah kepada diriku sendiri yang tidak bisa mengendalikan diri didekatmu".
Jawab Chris lalu sedikit menunduk mencium Nath penuh nafsu.

KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME, NATH!
RandomWarning 21+ Yang anak kicik jangan weudeul... jangan bandel yakkk... belom umurnya adek-adekkuuu...!! soon lah ya sayang.. Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Be...