Kalau disini asik yaaa, bisa nyematin gambar sesuai chapternya, biar klop sama imajinasi yang ingin di sampaikan author.... Wkwkwkwkwk
Mana yang dr pj? Absen dulu cobaaaKeesokan harinya, Nath melakukan rutinitasnya seperti biasa. Sesuai janjinya kepada Niguel saat itu, Nath membawakan Niguel bakwan. Tadi pagi ia memasak bakwan dan mengemasnya kedalam beberapa kotak. Nath berencana memberikan kepada rekan kerjanya yang lain juga untuk mencicipi.
"Pagi Niguel! Aku mau seperti biasa. Dan ini hadiah untukmu" Kata Nath ceria seraya mengambil satu kotak dari dalam paper bag yang ia bawa.
"Apa ini Miss Helene?" Tanya Niguel mengerenyitkan kening saat membuka kotak tersebut.
"Sayuran yang digoreng. Aku kan pernah janji akan membawakan untukmu kalau aku membuatnya" Jawab Nath.
"Apa ini benar-benar bisa dimakan?" Tanya Niguel.
"Tentu saja!".
Niguel mencobanya sedikit lalu bola matanya membulat. Lalu ia menghabiskan sisa gigitannya satu kali suap.
Nath tersenyum.
"Enak kan?" Tanya Nath sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Enak sekali. Maaf Miss Helene tadinya aku meragukan makanan ini. Ternyata enak sekali" Lalu Niguel menghabiskan makanan yang dibawa Nath.
Nath tertawa geli.
"Kau menghabiskannya langsung? Sebenarnya kau ini suka atau memang lapar?"
"Keduanya. Lain kali kalau kau memasak makanan ini lagi, jangan lupakan aku ya," Nath mengangguk lalu berpamitan dan berjalan menuju kantor.
Seperti biasa kantor masih sepi saat Nath tiba di ruangannya. Ia meletakkan kopi dan beberapa paperbag yang ia bawa di meja kerjanya. Nath berjalan keluar ruangan dan melihat ke sekeliling. Nath kembali menutup pintu. Setelah dirasa aman, Nath membuka pakaiannya diganti dengan pakaian kerja yang sudah ia siapkan. Baru saja ia melepas celananya, Chris dan Sam berjalan melewati ruangannya. Chris terpaku melihat Nath yang setengah telanjang.
"Wow, pemandangan pagi hari yang indah. Aku tak masalah jika kita akan selalu berangkat pagi jika ini yang akan kita lihat tiap harinya" Sam bersiul pelan.
Chris berjalan cepat dan menggertakkan giginya mendengar komentar mesum Sam.
"Berani-beraninya wanita itu!" Batin Chris.
Setelah selesai mengganti bajunya Nath menyemprotkan parfum dan membubuhkan makeup tipis di wajahnya yang mulus. Nath menguncir rambutnya dengan asal lalu mulai membuka berkas-berkas dimejanya sambil sesekali melihat ke arah komputer.
Baru saja beberapa saat mulai tenggelam dalam pekerjaannya, telepon di mejanya berdering.
"Ya, Nathania disini".
"Ke ruanganku sekarang!" Ucap suara diseberang sana dengan nada arogan. Nath mengerenyitkan kening dan melihat nomor yang meneleponnya.
Ini nomor ruangan Mr. George.
Ah, sepertinya anaknya yang meneleponku.
"Baik, Sir" Ucap Nath lalu menutup telepon.
Kantor mulai dipenuhi banyak orang, saat Nath berjalan beberapa orang yang ia kenal menyapanya.
Karena ruangan Mr. Evans dilantai paling atas, butuh waktu beberapa menit untuk sampai kesana. Lift terbuka dan ada 3 orang receptionist yang berdiri menyambutnya. Nath tersenyum kepada mereka bertiga. Salah satu dari mereka berjalan didepan Nath lalu mengetuk pintu dua kali ketika sampai didepan pintu Mr. Evans.
"Mr. Evans, Miss Helene here"
"Come in" Jawab suara bariton dari dalam.
Nath berterima kasih kepada Adeline -receptionist yang mengantarnya- lalu masuk dengan langkah percaya diri.
Tampilan Mr. Evans dipagi hari terlihat menggiurkan. Lengan kemeja yang digulung hingga ke siku, dasi yang agak berantakan, rambutnya pun agak sedikit acak-acakan namun menambah kesan sexy. Nath menarik nafas mencoba untuk bersikap professional.
"Aku pergi dulu, kalau kau butuh sesuatu segera hubungi aku" Kata si pria berambut pirang.
Pria itu berjalan kearah pintu melewati Nath. Ia mengangguk sopan. Nath pun membalasnya.
Ketika pintu dibelakangnya menutup, Chris menoleh ke arah Nath dan mempersilahkan Nath duduk.
"Silahkan duduk Miss Helene!"
Nath berjalan namun pikirannya penuh tanda tanya.
Chris melihat Nath yang duduk didepan meja kerjanya, rambutnya yang diikat asal-asalan membuatnya terlihat menggoda. Bahkan tangan Chris gatal ingin mengurai ikal halus yang membingkai wajah wanita ini.
"Ada perlu apa Mr. Evans sepagi ini memanggilku keruangannya" Batin Nath.
"Apa kau tau kenapa aku memanggilmu?" Tanya Chris ia duduk dihadapan Nath, menyenderkan tubuhnya ke meja kerja membuat celananya seolah tertarik dan mengetat. Kedua tangannya bersedekap menonjolkan otot bisepnya yang mengagumkan.
Nath berdeham pelan mencoba fokus. Ada yang tidak beres dengan pikirannya.
"Tidak Sir"
"Apa diruanganmu tidak ada kamar mandi?" Tanya Chris.
"Maaf?" Nath mengerutkan kening sambil mendongak menatap Chris.
"Tahukah kau kalau kaca ruanganmu transparan?" Tanya Chris mengangkat sebelah alisnya.
"Apa?" Nath semakin tak mengerti dengan pertanyaan Chris.
"Kau berdiri disana didalam ruanganmu tanpa rasa malu, mengganti pakaianmu. Damn it! aku bahkan bisa melihat pakaian dalammu yang berwarna biru"
Mata hijau Nath yang indah membulat sempurna. Ia menganga namun masih ingat untuk menutup dengan telapak tangannya.
"Kau...maksudku...anda..." Nath bahkan tidak bisa berkata-kata.
"Ya Miss Helene. Aku melewati ruanganmu saat tubuh indahmu membelakangiku. Astaga, bahkan ini kantor bukan pantai. Bagaimana bisa kau melakukan hal itu?" Nada suara Chris meninggi.
Nath malu tentu saja. Namun yang Nath tidak mengerti, kenapa Chris semarah ini.
"Saya minta maaf sir. Saya terbiasa melakukannya karena biasanya tidak ada yang melewati ruangan saya sepagi itu. Dan sebelum saya membuka pakaian, tentu saja sebelumnya saya memastikan tidak ada seorangpun disana" Jelas Nath.
"Jadi kau menyalahkan ku karena melewati ruanganmu sepagi itu? Atau kau ingin pamer bahwa kau adalah karyawan teladan yang datang paling pagi diantara yang lain" Ucap Chris dengan senyuman mengejek.
Nath merasa bos barunya sudah keterlaluan.
"Tentu saja tidak, sir. Siapa saya berani menyalahkan anda. Dan seperti kata anda tentang pamer tidak tentu saja, karena ada karyawan anda yang datang jauh lebih pagi untuk membersihkan kantor ini. Namun jika hal itu membuat anda tak nyaman atau melanggar peraturan kantor yang baru, saya minta maaf, Sir. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Dan jika tidak ada lagi yang ingin anda katakan, saya permisi!" Nath bangkit, mengangguk sopan lalu berjalan meninggalkan Chris.
Chris mengusap wajahnya kasar. Ia belum selesai bicara, tapi wanita itu seolah ingin bergegas pergi darinya.
Setelah lift terbuka, Nath menekan tombol 18. Dia mengomel sendiri didalam lift.
"Segala CD gue diurusin. Dia ini bos apa desainer sih? Tapi gue juga salah, bisa-bisanya nungging-nungging didepan dia. Kan citra gue jadi jelek jadinya. Aishhhh ada-ada aja masih pagi masalahnya"
Baru saja Nath membuka pintu ruangannya, ponselnya berdering.
"Halo Mr. Anderson. What can I help you?" Tanya Nath sopan.
"Hai Miss Helene, aku hanya ingin menanyakan tentang idemu yang terakhir kali kau katakan namun tidak jadi kita gunakan. Bisa kita membicarakannya lagi?".
"Ya tentu saja, Sir. Kapan kau ada waktu luang?" Tanya Nath lagi.
"Hari ini setelah makan siang. Aku akan menunggumu di kantorku".
"Baik Sir, aku akan kesana. Sampai bertemu, Sir. Terima kasih dan selamat pagi!" Ucap Nath lalu menutup telepon.
Ia berjingkrak-jingkrak karena berita bagus ini. Mr. Anderson sangat picky mengenai pekerjaan. Namun membuatnya tertarik adalah suatu awalan yang bagus.
Nath menekan tombol dial di teleponnya.
"Raline?"
"Yes, madam?"
"Setelah makan siang ikut aku menemui Mr. Anderson. Dia ingin membicarakan tentang ide kita yang terakhir kali sempat ditolaknya. Oh ya ajak Melisa, David, dan Bethany juga. Jangan lupa membawa berkas-berkasnya!" Jawab Nath.
"Really? Wow, ini suatu keajaiban. Baik aku akan mengatakan kepada mereka" Ucap Raline lalu menutup telepon.
Nath kembali berkutat di komputernya, mencetak beberapa lembar tambahan untuk meeting dengan Mr. Anderson nanti.
Setidaknya ada hal baik yang terjadi setelah hal memalukan.
Nath menghela nafas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME, NATH!
De TodoWarning 21+ Yang anak kicik jangan weudeul... jangan bandel yakkk... belom umurnya adek-adekkuuu...!! soon lah ya sayang.. Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Be...