Nathania POV
Aku tak tahu apa yang terjadi. Jujur otakku menolak hal ini, tapi tubuhku berkata lain. Tubuhku terasa begitu haus akan sentuhan pria asing ini. Yang kurasakan saat ini adalah panas. Panas yang sangat hebat. Aku juga samar-samar sadar bahwa ada seorang pria diatasku yang saat ini sedang sibuk menelanjangiku. Menyentuh bahkan mencium bagian tubuhku. Mata ku berusaha melihat wajah pria diatasku ini, tapi aku tak mampu. Pandanganku kabur, yang ku ingat adalah matanya yang berwarna biru dan dadanya yang bidang dan keras saat kusentuh di mobil tadi.
Tangan pria ini menyentuh semua bagian tubuhku. Tangannya memancarkan panas ke tubuhku, aku gemetar di bawahnya. Kepalaku mulai terasa pusing. Aku mengerang saat pria ini mulai menyentuh kulit pahaku dan perlahan-lahan dengan lembut tangannya naik semakin keatas. Aku dengan frustasi berusaha menyentuh tubuhnya yang keras dan menarik-narik bawah kaosnya. Dia yang seolah mengerti keinginannku segera membuka kaosnya dan menampakan dada yang bidang. Dengan samar kulihat tubuhnya bertato.
Dengan tergesa-gesa aku menarik lehernya mengarahkan bibirnya ke bibirku dan menciumnya dengan ganas. Ya tuhan, bibirnya lembut sekali. Aku mendengar dia mengerang halus. Tanganku yang berada di lehernya secara perlahan turun kebawah menuju celananya dan dengan tergesa-gesa berusaha membuka gesper celananya. Dia berhenti menciumku sebentar untuk menelanjangi diri dan secepat kilat mencium bibirku lagi. Aku masih berusaha melihat wajahnya namun gagal. Tetap saja pandanganku kabur.
Bibirnya perlahan-lahan turun menuju ke leherku. Jarinya menyentuh pangkal pahaku dengan perlahan. Melakukan gerakan memutar seolah menggodaku. Aku merintih, mendongakkan kepalaku kebelakang. Jariku menyengkeram erat bed cover dibawahku. Bibirnya yang tadinya mengecup leherku perlahan turun menuju payudaraku, menghisap putingku. Dengan 2 serangan di payudara dan pangkal pahaku aku merasa begitu tidak berdaya. Aku hanya bisa mengerang. Tubuhku menginginkan pria ini.
Sprei dibawahku semakin erat ku cengkeram. Pria diatasku semakin menjadi-jadi membelai pangkal pahaku. Kejantanannya terasa menusuk-nusuk paha dalamku. Pria itu mengambil bungkusan foil di meja sebelah tempat tidur. Ketika dia menyatukan diri denganku, aku merasa sengatan perih yang membuatku mengerang kesakitan dan menyengkeram bisepnya.
"Shit! You still virgin?". Kudengar pria ini membeku dan bertanya dengan nada terkejut.
"Kumohon bergeraklah." Aku menggerak-gerakan pinggulku berusaha mengusir rasa tidak nyaman ini.
Pria itu mengerang keras, mencium bibirku lagi dengan menggebu. Lalu ciumannya turun ke putingku menghisapnya, membuatku hilang akal dan mengerang keras. Aku bahkan tidak tahu kalau aku bisa mendesah seperti itu. Jarinya menelusuri tubuh bagian bawahku dan berhenti di puncak kewanitaanku. Menggodanya dengan gerakan memutar. Tangan kirinya memainkan puncak payudaraku seolah hal itu bisa menetralisir rasa sakit yang aku rasakan. Well, dia benar. aku benar-benar menikmati hal itu.
Dengan perlahan pria itu menggerakkan pinggulnya dan aku bisa mendengar dia mengerang keras.
"Ya tuhan, kau sempit sekali."
Perlahan-lahan gerakannya menjadi lebih cepat dan tanganku menyentuh pantatnya mendorongnya ke arahku mengikis jarak yang hampir tidak ada. Aku tidak merasakan kesakitan lagi. Rasa sakitnya sudah berubah menjadi rasa nikmat yang asing. Aku mengaitkan kedua kakiku dipinggulnya dan mengalungkan kedua tanganku dilehernya. Dia menciumku, melumat bibirku. Ciumannya turun hingga keleherku dibarengi dengan gerakan pinggulnya yang tanpa henti. Kedua tanganya meremas pinggulku sekaligus mempercepat tempo gerakan pinggulnya. Dan aku pun mendesah semakin keras. Ketika pria ini menghisap putingku, aku pun meledak. Pria ini mendengus, nafasnya tersengar kasar dan ia pun menegang. Gerakannya semakin cepat dan akhirnya ia meledak didalamku. Aku lepas kendali lalu menjerit dan meledak sekali lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME, NATH!
AcakWarning 21+ Yang anak kicik jangan weudeul... jangan bandel yakkk... belom umurnya adek-adekkuuu...!! soon lah ya sayang.. Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Be...