Christopher Robert Evans yang akrab dipanggil Chris seorang aktor ternama saat ini sedang memarahi managernya di dalam mobil. Jadwalnya yang gila-gilaan, tidak adanya liburan hampir selama 3 bulan, bahkan tidak ada sex selama itu membuat emosi Chris naik turun. Managernya yang bernama Sam pun mau tidak mau memutar otak untuk meredakan emosi Chris.
"Aku sudah siapkan wanita untukmu malam ini Chris, Relax!". Chris menarik napas dalam lalu menoleh ke arah Sam sambil menggerutu
"Kau membuatku seoalah aku seseorang yang kecanduan sex."
"Lalu, kau ingin aku membatalkannya?". Sam menjawab dengan nada yang sarkastis. Melihat respon Chris yang diam, Sam tersenyum mengejek.
"Aku kira jawabannya tidak".
"Antarkan saja aku ke bar Anthony yang baru, aku ada janji dengannya". Chris menyenderkan kepalanya agar lebih nyaman dan menutup matanya. Sam pun mengarahkan sopir menuju ke tempat yang Chris minta.Nath baru saja menerima telepon dari Ale perihal bar di Boston. Ale bilang Ale sendiri yang akan berangkat besok pagi dan mengurus masalah disana. Ale meminta Nath untuk mengurus bar yang disini karena esok Nath libur bekerja. Nath pun meyetujuinya dan berpesan untuk membawakan roti krim melon yang ada di dekat bar mereka di Boston. Saat Nath kembali ke tempatnya, beberapa rekannya sudah terlihat mabuk dan Mike menyarankan untuk menyewa ruang vip di bar itu. Nath menyetujuinya, toh ia sudah berjanji untuk mentraktir mereka malam ini. Nath menghabiskan minumannya sambil menunggu Mike memesan ruang vip. Saat mendapat tempat mereka diarahkan ke ruangan vip yang sedikit lebih tenang. Di dalam ruangan vip sudah ada beberapa botol wine dan makanan kecil yang sudah dipesan oleh Mike.
Nath pun minum minuman yang sudah tersedia di meja. Sekilas Nath lihat ada beberapa Beer biasa, Maker's Mark, Myers's Rum, Soju dan beberapa merk minuman lainnya.
"Sialan, gue bakalan mabuk nih hari ini. Semoga besok gak pake drama sakit segala." Batin Nath. Melisa yang melihat Nath berhenti sejenak di dekat pintu langsung menggandeng Nath untuk duduk disebelahnya.
Mike yang bertugas menuang minuman dari botol ke beberapa gelas yang sudah tersedia dan meletakkan di meja. Nath mengambil salah satu gelas berisi Maker's Mark lalu mencampurnya dengan es batu.
"Aku memang akan merasa pusing hebat esok hari, tapi setidaknya aku harus minum dengan nikmat malam ini." Batin Nath.
"Woahh... Nath, akhirnya kau minum minuman keras yang sebenarnya." Melisa memuji Nath.
"Well, tidak ada salahnya juga mabuk. Deadline kemarin memang menguras waktu dan otakku." Nath memutar sedikit cairan berwarna coklat di gelasnya lalu meminumnya hingga tandas.
Mike yang melihat itu menyeringai. "Mabuk dan terangsang adalah kombinasi yang tepat. Aku hanya perlu bersabar selama satu jam lagi. Teruskan cantik! Minum yang banyak. Aku tidak akan melepaskanmu malam ini."💟💟💟
Nath sudah menghabiskan hampir 1 botol minuman dan matanya sudah mulai berkunang-kunang dan dia harus segera pulang. Dia tak ingin ketiduran di bar ini. Dia pun izin pamit ke kamar mandi kepada rekan-rekannya yang juga sudah terlihat mabuk. Bahkan Melisa sudah terlihat tidur di sofa beludru hitam itu. Mike menawarkan diri untuk mengantar Nath. Nath menolaknya dengan halus dan berkata kalau ia akan segera kembali. Nath membawa tas kecilnya lalu bergegas keluar dari ruangan itu, entah mengapa Nath merasa sesak ada didalam ruangan itu.
Di sebuah ruangan dengan furniture klasik, Chris dan Anthony sedang berbincang-bincang mengenai rencana Chris menggantikan ayahnya di perusahaan untuk sementara waktu sampai ayahnya kembali dari Irlandia.
"Kau yakin melakukannya?" Anthony bertanya sambil menyesap minumannya secara perlahan.
"Mau tidak mau. Walau ini bukan pertama kalinya, tapi tetap saja aku tidak terbiasa duduk diam selama berjam-jam." Chris pun menyesap minumannya.
"Percayalah Bung. Kalau kau mau, kau tidak akan diam saja. Kau bisa saja sedikir menggoda karyawanmu dan dalam sekejap mereka akan ada di pangkuanmu." Anthony menggoda Chris.
"Sialan kau! Aku tidak ingin ada hubungan dengan karyawan ayahku. Lagipula mereka akan selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan karirku." Chris merengut.
"Tidak semua wanita seperti itu Chris. Apa kau ingin seperti ini terus? Kau tidak ingin menikah? Apa kau hanya ingin bersenang-senang dengan wanita bayaran yang bahkan mereka tidak tahu siapa kau." Nada suara Anthony berubah serius.
Chris menghela napas sejenak lalu meletakkan gelasnya dan mata biru indahnya berubah terlihat menerawang. Anthony mengetahui kebiasaan Chris yang selalu melakukan sex dengan wanita bayaran yang ditutup mata dan telinganya agar tidak mengetahui bahwa Chris sang aktor terkenal yang menggauli mereka.
"Tidak. Tentu saja tidak. Aku ingin menikah tentu saja. Tapi aku masih belum menemukan wanita yang terasa tepat."
"Bagaimana kau bisa menemukan yang tepat? Wanita yang kau gauli selalu saja pelacur. Kau perlu membuka hatimu Chris. Umurmu sebentar lagi 40 tahun. Kau tidak mungkin terus hidup begini. Berpindah dari satu vagina ke vagina lain. Apa kau tidak ingin tiap kau pulang bekerja ada istri yang menyambutmu? Ada orang yang bisa menjadi tempat berkeluh kesah. Bukan hanya tempat melampiaskan nafsumu saja!" Chris diam saja mendengar nasehat Anthony sambil memutar-mutar gelas minumannya. Mau tidak mau Chris mengakui bahwa Anthony ada benarnya.
"Sepertinya aku masih belum menginginkannya." Chris bergumam pelan.
"Bukan belum, tapi kau tidak ingin melakukannya." Anthony berkata dengan tegas.
Chris merasa tertohok lalu meminum sisa minumannya sekali tenggak.
"Aku pergi dulu. Aku harus menyiapkan diri untuk menjadi pekerja kantoran mulai Senin besok." Chris berdiri dan berpamitan kepada Anthony.
"Jaga kesehatan,Man! Jangan terlalu lelah." Dari mata Anthony terlihat jelas kalau dia mengkhawatirkan kesehatan sahabatnya itu.
"Kau tahu? Kau mulai terdengar seperti ibuku." Chris mengejek.
"Memangnya ibumu sekekar aku? Anthony tersenyum geli.
Chris tertawa menanggapi kata-kata Anthony dan beranjak pergi dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME, NATH!
RandomWarning 21+ Yang anak kicik jangan weudeul... jangan bandel yakkk... belom umurnya adek-adekkuuu...!! soon lah ya sayang.. Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Be...