Part 106 : Daddy Merajuk

323 7 1
                                    

Setelah makan di restaurant, Anthony memesan wine yang terkenal disana. Ale mengigit bibirnya karena ingin memesan juga, namun keadaannya yang hamil melarang ia minum alkohol jenis apapun. Ale menunduk sedih.
Anthony yang mengerti suasana hati kekasihnya, membatalkan pesanannya yang seketika membuat Ale mendongakkan kepala.

"Jangan! Jangan dibatalkan!" Ucap Ale.
"Tapi aku tidak mau membuatmu sedih karena tidak bisa mencicipinya!" Ucap Anthony.
"Aku tidak sesedih itu. Lagipula hanya 9 bulan. Bukan masalah bagiku!" Ucap Ale membesarkan hati Anthony.

Saat wine diantarkan, Anthony menyesapnya pelan.

"Ternyata tidak seenak yang aku bayangkan!" Dengus Anthony.
"Masa sih?" Tanya Ale penasaran.

Anthony mengangguk. Ale berdiri lalu duduk di sebelah Anthony dan melumat bibir Anthony lembut.

"Lumayan enak kok!" Jawab Ale saat selesai mencium Anthony.

Seketika mata Anthony berkilat senang. Ia tak menyangka Ale yang terkenal dingin dan tak tersentuh ternyata bisa bersikap begitu padanya.

"Lebih enak minuman buatanmu!" Ucap Anthony.
"Kalau itu jangan ditanya!" Jawab Ale bangga.

Anthony menghabiskan wine di gelasnya lalu kembali ke hotel. Ale sudah menawari Anthony agar ia yang membawa mobil, namun Anthony menolak. Ia berkata kalau ia tidak semabuk itu. Ale tetap bersikukuh kalau biar dia yang menyetir. Kalau Anthony tak mau Ale juga tidak mau naik kedalam mobil.

Anthony terpaksa mengiyakan permintaan kekasihnya yang keras kepala itu.
Ale menyetir mobil dengan lihai. Meski begitu, Anthony berkali-kali menegur Ale karena menyetir dengan kecepatan yang agak tinggi.

Sesampainya mereka di depan hotel, Anthony mengomel kalau ia tidak akan membiarkan Ale menyetir lagi.

"Kenapa begitu?" Protes Ale.
"Mana ada ibu hamil menyetir seperti pembalap?" Omel Anthony sambil menyentil pelan kening Ale.
"Itu kecepatan normal tau! Kau tidak lihat orang-orang yang menyalip kita menyetir seperti angin?" Ale masih tak mau kalah.
"Mereka bodoh!" Gerutu Anthony.
"Anthony!" Pekik Ale sambil melihat ke sekeliling khawatir ada yang mendengar. Terkadang mulut Anthony bisa sangat pedas.

Saat mereka sampai di kamar, Ale langsung masuk ke kamar mandi karena ingin membersihkan dirinya. Anthony memilih merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk. Suara dering ponsel berbunyi, Anthony mengerenyit mencoba mencari asal suara. Ternyata ponsel Ale yang berdering menunjukkan Gabriel yang menelepon. Anthony cemberut lalu mengangkat dan menyapa dengan nada suara yang cukup kasar.

"Halo!" Gabriel mengerenyit.
"Alessia?" Panggil Gabriel lagi untuk memastikan.
"Anthony, calon suami Alessia!" Jawab Anthony bangga.
"Baru tadi pagi dia mengatakan kalau ada seorang pria brengsek yang tidak mau tanggung jawab terhadap bayi yang dikandungnya, kenapa tiba-tiba hari ini kau mengaku-ngaku sebagai calon suaminya?" Ejek Gabriel.

Wajah Anthony memerah karena emosi.

"Dengarkan aku brengsek, aku calon suaminya. Dan aku tak perduli kau percaya atau tidak! Jadi berhenti menelepon wanitaku, sialan!" Bentak Anthony lalu mengakhiri panggilan teleponnya.

"Anthony? Kenapa kau marah-marah?" Tanya Ale.

Anthony menatap tajam ke arah Alessia. Bibirnya mengerut lucu.

"Gabriel menelepon. Saat aku bilang kalau aku calon suamimu dia malah mengatakan kalau kau bilang ada pria brengsek yang tidak mau tanggung jawab terhadap kehamilanmu! Dasar sialan! Rasanya ingin ku sumpal mulut si brengsek itu!"

Ale menahan senyumnya karena ia tau ini bukan waktu yang tepat untuk tersenyum. Melihat emosi Anthony yang menggebu-gebu, Ale tidak mau ambil resiko.
Ale duduk di pangkuan Anthony. Ia mengusap pelan bahu Anthony berusaha meremas kemarahannya.

"Aku tidak pernah menyebut ayah dari bayiku pria brengsek didepan siapapun, Anthony! Bahkan saat Gabriel menanyakan tentangmu, aku tidak berkomentar apapun. Aku hanya bilang kalau aku pasti bisa melewatinya dengan bayiku!" Ucap Ale dengan nada yang lembut.

"Kenapa kau tak mengatakan kalau aku akan bertanggung jawab? Kau tak percaya padaku?" Balas Anthony.

Ale menghela nafas.

"Entahlah! Bahkan sekarang saja aku masih belum mempercayai aku berada diatas pangkuanmu. Semua yang terjadi diantara kita begitu cepat, dan aku tidak berharap banyak kau tau? Lagipula, apa menurutmu Gabriel akan percaya kalau kau saja tak ada disampingku saat itu! Aku hanya tidak ingin membicarakan masalah pribadiku terhadap orang lain, Anthony!" Jelas Ale.

Anthony tampak berpikir sebentar lalu merebahkan kepalanya di bahu Ale.

"I'm sorry!" Bisik Anthony.

"Tidak apa-apa!" Jawab Ale sambil menepuk pelan bahu Anthony.

              *******

"Babe?" Seketika Chris menghentikan gerakan tangannya karena Nath datang kesana.
Chris menarik tangan Nath dan duduk di pangkuannya.
"Nakal! Sengaja meletakkan panty ini di laci mejaku?" Bisik Chris.

Nath terkikik.

"Bagaimana kau menemukannya? Padahal tadi aku berniat mengenakannya!" Jawab Nath mengalungkan tangannya di leher Chris.
"Tadi aku mau mengambil sesuatu di laci, tiba-tiba aku menemukan panty ini. Aku kira ini panty baru, tapi mengingkat bra yang kau gunakan semalam sepertinya ini satu set jadi aku mencoba menciumnya dan ini tidak tercium aroma sabun atau apapun. Tapi aromamu yang lezat dan khas!" Jawab Chris sambil menyeringai.

Nath menepuk dada Chris pelan merasa malu dengan perilaku Chris yang mesum.
"Bukankah kau bilang tidak bisa SS? Nanti lecet lagi!" Balas Nath dengan nada mengejek.

Chris mengangkat tubuh Nath agar mengangkang di pangkuannya. Tangannya menelusup masuk dengan nakal ke dalam dress Nath. Mata biru Chris yang indah membulat saat mengetahui Nath tidak mengenakan panty.

"Kemana pantymu?" Tanya Chris pelan.
"Basah!" Bisik Nath di telinga Chris lalu menjilat daun telinga Chris dan sesekali menggigitnya kecil.
"Kau benar-benar wanita penggoda!" Desis Chris lalu mengangkat tubuh Nath keatas meja kerjanya.

Nath terkekeh karena tubuhnya yang tiba-tiba melayang keatas meja karena diangkat Chris.
Chris berdiri, ia melepas celananya membiarkan Nath melihat ereksinya yang masih mengacung tegak. Chris menaikkan dress Nath hingga ke pangkal pahanya menampakan intinya yang tampak menggoda. Nath mengigit bibir bawahnya. Ia melepaskan blazernya dan Chris menurunkan resleting di punggung Nath dan menurunkan tali dress-nya. Nath terekspos sesuai dengan keinginan Chris di atas mejanya. Nath menarik leher Chris menyesap bibir bawahnya. Dengan penuh nafsu, Nath memagut bibir Chris hingga Chris mengerang keras.

Chris mulai menggerakkan jarinya di inti Nath yang mulai basah. Nath juga menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan jari Chris.
Sebuah ketukan cukup keras terdengar di pintu Chris.

"Mr. Evans, Mr. Harold datang ingin bertemu! Apa saya bisa mempersilahkannya masuk?" Tanya Adeline dari luar.
"Satu, dua hari ini aku bersumpah akan mematahkan kaki bajingan itu karena selalu menggangguku?" Desis Chris.

Nath tertawa cukup keras. Ia turun dari meja Chris menaikkan resleting dress-nya dan mengenakan panty yang digunakan Chris untuk melakukan SS tadi. Nath juga mengenakan blazernya kembali. Ia menunduk dan mengecup pelan ereksi Chris lalu segera berlalu dari sana.

"Babe!" Rajuk Chris.
"Kau tidak ingin mengenakan celanamu? Aku akan membuka pintu ini!" Goda Nath sambil mengedipkan sebelah matanya.

Chris cemberut namun mengenakan celananya kembali.
Nath pun membuka pintu dan Sam yang berada di luar ruangan seketika mendengus.

"Lagi-lagi aku datang di saat yang tidak tepat!"

Nath tertawa lalu berlalu dari sana masuk ke lift dan kembali ke ruangannya untuk bekerja.

KISS ME, NATH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang