Part 72 : Pose

156 5 0
                                    

Nath tidak jadi menelepon Chris karena ketiduran. Chris mencoba menelepon Nath 2x namun tidak ada jawaban. Hingga akhirnya Chris mengirim pesan kepada Nath.

"Sweet dreams, pretty!" 

Keesokan harinya, Nath terbangun karena ketukan pintu kamarnya. Nath menguap berjalan pelan ke arah pintu dan mengintip ke lubang kecil di pintu melihat siapa yang mengetuk. Ternyata Raline yang mengetuk. Nath membukanya membiarkan Raline yang menutupnya lanjut merebahkan tubuhnya di kasur.
"Kenapa sepagi ini kau datang?" Tanya Nath.
"Aku tidur terlalu cepat kemarin, jadi aku terbangun jam 05.00 pagi! Karena aku merasa bosan, aku memilih kesini!" Balas Raline.
"Kemarin sebelum aku merebahkan tubuhku, aku mengirim pesan ke staff Hera perihal yang kau katakan kemarin. Dan mereka menyetujuinya. Mereka bisa menggabungkan schedulemu menjadi 1 hari tapi konsekuensinya kau harus mau menjalani pemotretan bersama BA yang lain!" Lanjut Raline lagi.
"Siapa?" Tanya Nath.
Raline mengangkat bahunya. Ia pun tidak tahu siapa.

Nath menyetujuinya. Ia bangun dan mengambil ponselnya untuk memesan tiket untuk dirinya dan Raline untuk esok hari berangkat ke Irlandia.
"Beruntungnya kau, mereka belum membelikan kau tiket kembali ke New York!" Ucap Raline.
"Seandainya sudah pun, aku akan mengganti uang tiketnya!" Jawab Nath.
Raline berdiri dan membuat kopi untuk dirinya dan Nath.
Nath menerima kopi buatan Raline dengan bahagia. Ia menyesap pelan kopi yang masih mengepul itu.
"Kau tahu hal gila apa yang Chris lakukan kemarin?" Tanya Nath kepada Raline.

Raline menggeleng sambil menyesap kopinya.
"Dia membeli pesawat jet pribadi seharga $19 juta. Dasar gila!" Gerutu Nath.
Seketika Raline tersedak kopi panasnya, membuat seluruh mulutnya terasa terbakar.
"Oh my God! Aku tahu Mr. Evans kaya raya, tapi aku tidak tahu kalau ternyata dia sekaya itu! Wow madam, kau benar-benar beruntung!" Jawab Raline.
Nath mengangkat bahunya.

Setelah memesan tiket pesawat, Raline kembali ke kamarnya meninggalkan Nath yang terlanjur terbangun dan tidak bisa tidur kembali. Ia melihat pesan Chris lalu tersenyum dan membalasnya.

"Tentu saja. Mimpiku semalam sangat nakal!" 
"Mau menceritakannya?" Balas Chris. 
"Tentu saja tidak!" Jawab Nath.
"Aku memaksa!"
"Nope! Kenapa belum tidur?" Tanya Nath mencoba mengalihkan perhatian Chris. 
"Mencoba mengalihkan perhatianku, heh?" 

Nath tersenyum.

"Aku sedang makan es cream!" 
"Lagi? Kau kecanduan es cream atau apa?" Tanya Nath. 
"Entahlah! Es cream ini manis dan dingin!" 
"Sepertinya bukan hanya aku yang akan membuncit, kau pun sama!"
"It's ok! Aku tahu cara menghilangkannya!" 
"Mesum!" 

Nath mengakhiri mengirim pesan kepada Chris. Ia membuka kopernya dan memasukkan beberapa pakaian yang kemarin diantarkan petugas hotel setelah di cuci. Setelah semua selesai, Nath beranjak dan masuk kedalam kamar mandi.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu Raline, Nath menyerah dan memilih mengirim pesan kalau ia menunggu Raline dibawah untuk sarapan. Sekitar 15 menit kemudian Raline muncul dengan cengiran di wajahnya.
"Maaf! Tadi aku berendam dulu dan tak mendengar ketukan mu, madam!"
Nath menyuap potongan waffle ke dalam mulutnya.
"It's ok! Ambil sarapanmu sana!" Jawab Nath.
Raline mengangguk penuh semangat dan ikut mengantri untuk mengambil makanan.
Nath mengirim pesan kepada Sam kalau esok ia berangkat ke Irlandia. Nath minta agar Sam tidak memberitahu Chris dulu agar menjadi kejutan untuknya. Nath juga meminta tolong Sam untuk menjemputnya di bandara. Kalau sesuai jadwal, Nath akan landing di Dublin lusa sekitar pukul 22.00 malam. Sam menyetujui permintaan Nath.
"Madam, apa Sam yang terkadang kau sebutkan itu sebenarnya manager atau asisten Mr. Evans?" Tanya Raline penasaran.
"Keduanya kurasa! Sam sudah bersama dengan Chris selama bertahun-tahun dan sejauh yang ku lihat, Chris tidak ada niatan untuk mengganti Sam!" Jelas Nath.
"Apa dia tampan?" Tanya Raline mengangkat kedua alisnya.
"Kau tidak pernah bertemu dengannya? Dia datang saat pertama kali Mr. Evans dikenalkan ke seluruh karyawan. Bahkan dia sering datang ke kantor menemani Chris!"
"Saat ada Mr. Evans, mustahil memalingkan mata ke yang lain! Sekarang aku berpaling karena dia milikmu!" Gerutu Raline menyuap waffle besar-besar ke mulutnya.

Nath tertawa kecil mendengar gerutuan Raline.
Ponsel Nath berdering, Ale yang meneleponnya.
"Hai, ada apa?" Tanya Nath.
"Nothing! Hanya ingin mendengar suaramu saja!" Jawab Ale. Nath tau ada sesuatu yang terjadi tapi Ale berusaha menutupinya.
"Something happen, right?" Tanya Nath lembut.
"Yeah! Tapi masih bisa aku atasi!" Jawab Ale.
"Kau yakin?" Tanya Nath lagi.
"Iya aku yakin!" Jawab Ale.
"Sepertinya aku pulang saja ke New York dibanding menyusul Chris ke Irlandia sepulangku dari sini!" Gumam Nath.
"Kalau kau pulang ke New York, aku tidak ingin menemuimu! Sudah ku bilang aku tidak apa-apa. Kau tidak pernah liburan, sexy! So, take your time with you're hot bos!"

Nath diam saja menimbang lagi perihal kepulangannya.

"Nath, aku serius! Kalau kau memilih pulang dibandingkan menemui kekasihmu itu, aku benar-benar tidak mau menemuimu. Bahkan di bar sekalipun!" Ancam Ale.
"Ya..ya...baiklah aku tidak kembali kesana! Tapi kau harus janji, saat aku benar-benar pulang kau harus menceritakannya tanpa ada yang ditutup-tutupi!"
"Baiklah! Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya! Pengunjung mulai berdatangan! Bye, sexy!" Ucap Ale lalu mengakhiri panggilan.

Nath menghela nafas.
Raline menatap Nath penasaran.
"Terjadi sesuatu?" Tanya Raline.
"Sepertinya, tapi temanku tak mau mengatakannya!" Jawab Nath lalu meminum jus nya.
Mereka segera menyelesaikan sarapan mereka saat Nath mendapat pesan dari Kim Suk Jin kalau sekitar 30 menit lagi ia sampai.
Saat Nath sampai di studio, ternyata kondisi didalam lumayan rame. Ada beberapa wajah baru yang kemarin tidak Nath lihat. Nath membungkuk sopan kepada beberapa orang yang berpapasan dengannya. Ia masuk ke dalam ruang makeup artist kemarin dan menunggu giliran dirinya didandani.

Si makeup artist sedang mendadani seorang pria. Saat Nath menatapnya seksama, pria itu sama dengan pria yang kemarin tersenyum kepada Nath saat Nath keluar dari ruangan ini.
"Sepertinya dia yang akan menjadi rekanku hari ini!" Batin Nath.
Sekitar 10 menit Nath menunggu, si pria itu pun selesai di dandani. Ia berdiri dan menatap Nath lagi. Nath juga berdiri lalu menundukkan badannya dengan sopan.
Nath duduk di tempat pria tadi. Pria itu pun keluar dari ruangan itu.
Sesekali sang makeup artist mengajak Nath mengobrol dan bercanda sehingga membuat Nath menjadi nyaman. Tema makeup hari ini lebih girly dibanding kemarin. Pakaian yang digunakan Nath juga lebih colorful.
Saat Nath keluar ruangan makeup, ternyata pria tadi sudah standby di depan kamera. Asisten fotographer meminta Nath duduk di sebelah pria tadi. Dan penata gaya mulai mengarahkan mereka.
Ada beberapa sesi foto yang mengharuskan mereka berdekatan membuat Nath bisa menatap wajah pria itu lebih dekat.
"Namaku Simon!" Ucap pria itu pelan.
Mata Nath membulat mendengar nama pria itu. Karena bukan nama Korea pada umumnya.
"Itu nama Amerika ku!" Ucap pria itu seperti paham pikiran Nath.
"Aku Nathania!" Ucap Nath sambil tersenyum manis.

Simon tampak terpana sebentar, lalu berusaha menetralkan ekspresinya.
Setelah beberapa saat, fotographer mengarahkan untuk istirahat 5 menit. Nath pun duduk di kursi yang disediakan dengan Raline di sebelahnya yang membawa minuman untuknya.
"Bagaimana kesanmu terhadap partnermu?" Tanya Raline.
"Tidak ada yang aneh. Dia sangat profesional kok!" Ucap Nath.

Nath kembali dipanggil saat waktu istirahat telah habis. Ia kembali berpose bersama dengan Simon didepan kamera.
"Maaf. Permisi ya!" Ucap Simon sopan saat pengarah gaya meminta Simon memeluk pinggang Nath.
Nath mengangguk. Ia meletakkan satu tangannya di pundak Simon. Mereka berdua menatap kamera sambil membawa masing-masing satu produk di tangan mereka.
Ponsel Nath berdering memperlihatkan nama Chris disana. Raline bimbang mengangkatnya atau tidak. Namun pada akhirnya Raline mengangkat panggilan video dari Chris.
"Hai Mr. Evans!" Sapa Raline.
"Raline? Nathania mana?" Tanya Chris mengerutkan kening.
"Sedang menjalani sesi kedua pemotretan, sir!" Jawab Raline.
"Masih belum selesai? Bisa kau arahkan ponselnya ke arah dia? Aku ingin melihatnya!" Pinta Chris.
"Sebentar sir!" Raline pun mengubah mode kamera dan memperlihatkan jalannya pemotretan kepada Chris.

Chris bisa melihat dengan jelas berbagai macam pose Nath dengan Simon. Pose mereka masih dalam batas wajar sebenarnya, hanya saja saat Chris melihat Simon memeluk pinggang Nath dan Nath mengalungkan satu tangannya di leher Simon, Chris menggertakkan gigi lalu mengatakan pada Raline.
"Setelah semuanya selesai, tolong bilang kepada Nathania untuk meneleponku kembali!" Ucap Chris dengan nada sedingin es.
"Baik, sir!" Jawab Raline.
Chris pun mematikan panggilannya.

KISS ME, NATH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang