Nath keluar ruangannya bertepatan dengan Chris yang lewat bersama dengan Sam. Nath tersenyum profesional yang mendapat anggukan dari Sam. Mata Chris menyipit. Terlihat jelas Chris ingin mengajak bicara Nath namun diurungkannya karena karyawan lain sudah banyak yang berdatangan.
Chris pun tidak mengatakan apapun dan langsung menuju ruangannya.
Nath kembali keruangannya, kembali menenggelamkan diri pada pekerjaannya yang banyak.
Ponselnya berdering.
Nathan meneleponnya.
"Ada apa Nathan? Aku sedang sibuk!". Ucap Nath.
"Sepagi ini?". Tanya Nathan.
"Tentu saja". Jawab Nath singkat.
"Pulang kerja nanti aku akan menjemputmu ya. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat". Ajak Nathan.
"Sorry, tapi aku tidak yakin pulang jam berapa". Jawab Nath.
"Jam berapapun akan aku jemput". Nathan memaksa.
Karena malas berdebat, Nath mengiyakan ajakan Nathan.
Nath menutup telepon dan kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya.
Saat istirahat makan siang, Raline mengajak Nath untuk ke kantin karyawan.
Nath mengiyakan. Mereka berdua sesekali tertawa bersama saat Raline menceritakan cerita lucu. Dari semua orang di divisi yang sama dengannya, Nath memang paling dekat dengan Raline.
Kantin cukup penuh karena para karyawan dari berbagai divisi memenuhinya. Raline segera memilih makanan diikuti Nath dibelakangnya. Nath tidak terlalu nafsu makan hanya mengambil mashed potato dan yogurt saja.
"Itu saja madam?". Tanya Raline sambil mengerenyitkan keningnya melihat makanan Nath.
"Aku tidak terlalu lapar sebenarnya". Jawab Nath terus terang.
Mereka berdua mencari tempat duduk yang nyaman lalu makan bersama dengan tenang. Sesekali mereka berdua mengobrol dan tertawa bersama.
Chris dan Sam yang sedang mengantri mengambil makanan melihat Nath.
Chris mengambil tempat duduk yang tidak terlihat oleh Nath namun ia tetap bisa mengawasi Nath.
"Kau melakukannya lagi!". Ucap Sam sambil menyuap burgernya.
"Apa?". Tanya Chris.
"Menatapnya seolah kau ingin menelannya bulat-bulat".
Chris mendengus.
"Kalau kau memang menyukainya, ajak dia berkencan. Kulihat dia wanita yang aman". Terang Sam.
"Cihh, padahal saat itu kau memintaku berhenti. Sekarang kau seolah jadi mak comblangku". Jawab Chris.
"Kondisinya berbeda saat itu. Setelah ku amati sepertinya dia aman".
Chris memilih mengabaikan omongan asistennya.
Nath kembali keruangannya. Begitupun dengan Chris. Chris pun tenggelam dalam pekerjaannya yang seperti tiada habisnya.
Pada saat pukul 17.10 tepat, Nath berdiri dari kursinya, membereskan barang-barangnya. Ia melihat notifikasi di ponselnya. Nathan yang mengirim pesan.
"Aku sudah didepan cantik. Menunggu".
Raline menyapa.
"Madam, kurasa kita ada janji untuk makan bersama dengan Melisa".
"Astaga aku lupa. Besok please. Aku terlanjur mengiyakan permintaan seseorang untuk menjemputmu". Sesal Nath.
"Wow. Siapakah pria beruntung itu". Raline melihat Nath dengan tatapan menggoda.
Nath hanya tersenyum lalu beranjak dari situ menuju ke tempat Nathan menunggunya.
Nathan tersenyum cerah saat melihat Nath keluar.
Nathan memberikan helm kepada Nath.
"Sini aku bantu pasangkan". Ucap Nathan.
"Tidak perlu. Aku bisa kok". Tolak Nath dengan halus.
Nath menaiki motor Nathan. Motor besar dengan suara dentuman knalpot yang lumayan keras bergema ketika Nathan menyalakan motornya.
"Pegangan, cantik!". Ucap Nathan.
Nath memeluk pinggang Nathan erat.
Nathan tersenyum smirk lalu mulai menjalankan motornya dengan tenang.
"Sepertinya kau mempunyai pesaing". Ejek Sam. Mereka berdua melihat Nath yang mengendarai motor seorang pria asing.
Nath merasakan angin yang cukup kencang menerpa wajah dan tubuhnya. Nathan mengajaknya ke suatu tempat. Bahkan Nath memaksa Nathan untuk memberitahunya, namun tetap saja Nathan bungkam. Ia hanya tertawa menggoda dan mengatakan kalau ini kejutan untuk Nath.
Ternyata Nathan mengajak Nath ke pantai. Matahari belum terbenam, Nath turun dari motor melepas helm dan sepatunya dan mulai berjalan pelan menyisir pinggiran pantai. Sesekali debur ombak mengenai kakinya tapi Nath tidak perduli.
"Kau suka?". Tanya Nathan.
"Ya. Aku suka. Aku tidak menyangka kalau kau akan mengajakku kemari". Jawab Nath.
"Memang kemana kau pikir aku mengajakmu? Club?". Goda Nathan
"Sejujurnya, ya!". Jawab Nath sambil tertawa lebar.
"Tempat ini bisa jadi obat untukmu, obat dari semua beban pekerjaan yang kau alami". Kata Nathan pelan.
Nath tersenyum.
"Darimana kau tahu beban pekerjaanku banyak?" Tanya Nath lagi.
"Insting? Kau terlihat lelah dan pucat saat pertemuan kedua kita. Jadi kufikir kau terlalu memforsir tubuh dan otakmu terlalu keras". Jawab Nathan jujur.
Nath tersenyum menanggapinya.
Ia memainkan kakinya di air pantai yang pasang surut. Nath merasakan kehangatan air laut yang menyentuh kakinya. Saat itu pantai tidak terlalu ramai pengunjung.
"Kau bukan orang sembarangan kan Nathan?". Ucap Nath tiba-tiba setelah beberapa saat mereka berdua diam tanpa ada yang berbicara satupun.
"Well, ya. Saat pertama kita bertemu aku sedang sidak ke salah satu coffee shopku dan kebetulan kau menjadi pelanggan pertama dihari itu". Jawab Nathan jujur.
Nath tertawa.
"Maaf sudah salah paham denganmu". Ucap Nath lagi.
"It's ok. Bolehkah aku bertanya hal yang agak pribadi?". Tanya Nathan.
"Tergantung se "agak pribadi" apa". Jawab Nath.
"Kalau begitu lupakan saja. Menurutku ini lumayan pribadi". Kata Nathan lagi sambil ikut memainkan kakinya di air.
"Oh ayolah. Aku yang memutuskan akan menjawab atau tidak". Nath membujuk.
"Kau memiliki kekasih?". Tanya Nathan.
"Kalau saat ini aku disampingmu itu berarti tidak. Aku tidak senaif itu Nathan. Aku takkan keluar dengan pria lain jika aku memiliki kekasih karena jika aku memilikinya, aku pun tidak akan suka kekasihku keluar berkencan dengan wanita lain". Jawab Nath.
Nathan tersenyum menanggapi jawaban Nath.
Setelah berjalan cukup lama, mereka berdua memutuskan untuk mencari makan malam.
Nath mengajak Nathan makan disalah satu restaurant indonesia disana. Nathan menyetujuinya.
Ia mendengarkan Nath yang saat ini menjadi penunjuk arah.
Saat mereka berdua tiba, restaurant itu tidak terlalu ramai jadi Nath bisa memilih tempat duduk yang ia mau.
Nath memesan soto ayam. Nathan yang agak asing dengan makanan yang tertera dimenu bingung hendak memilih apa. Jadi Nath memilihkan makanan yang sama dengannya.
Lalu Nathan melihat gambar makanan yang unik di daftar menu.
"Ini apa?" Tanya Nathan.
"Rawon". Jawab Nath.
"Terbuat dari? Kenapa kuahnya berwarna hitam?". Tanya Nathan lagi.
Nath pun menjelaskan sehingga membuat Nathan yang penasaran memesannya. Setelah memesan makanan Nathan menatap Nath dengan tatapan bertanya.
"Maaf Nath tidak bermaksud kurang ajar, namun siapapun tidak ada yang bisa mengira kalau kau berasal dari Indonesia. Setahuku para wanita dari negara asia memiliki wajah yang khas". Kata Nathan jujur.
Nath tertawa.
Sekali lagi Nathan bukan orang pertama kali yang mengatakan itu. Nath memaklumi hal itu.
Mereka makan sambil sesekali tertawa. Nath memberitahu cara makan rawon. Nathan mencicipi kuahnya dan bola matanya membulat.
"Enak sekali. Ada rasa yang asing di lidahku tapi enak. Bagaimana ya aku menjelaskannya". Ucap Nathan.
"Tak perlu dijelaskan. Makan saja!". Jawab Nath sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME, NATH!
عشوائيWarning 21+ Yang anak kicik jangan weudeul... jangan bandel yakkk... belom umurnya adek-adekkuuu...!! soon lah ya sayang.. Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Be...