Ale berpamitan kepada Gabriel untuk kembali ke hotel terlebih dahulu sebelum mereka janjian untuk berkeliling kota Brussel yang indah. Gabriel mengantarkan Ale hingga ke depan hotel. Tadinya Ale menolak dengan halus karena toh jarak dari restaurant tempat mereka makan hingga ke hotel tidak terlalu jauh. Namun Gabriel memaksa.
Mereka berdua pun berjalan beriringan sambil sesekali bercerita tentang masa kuliah mereka.
Gabriel menatap Ale dari samping.
Bahkan walaupun sekian tahun berlalu Ale masih tetap terlihat seperti dulu, cantik dan dingin. Bahkan dengan Gabriel yang dikenalnya sejak kuliah saja, Ale seakan membatasi dirinya dengan dinding tak kasat mata. Seolah tak ingin di sentuh maupun di bantu."Kau ingin mengatakan apa? Tak perlu menatapku begitu!" Ucap Ale blak-blakan.
Gabriel tersenyum. Dan tentu saja, Ale yang sejak zaman kuliah terkenal blak-blakan dan suka berkomentar pedas masih sama hingga sekarang.
"Tidak. Hanya saja aku merasa tak ada perubahan dalam dirimu. Kecuali kondisimu yang sedang hamil tentu saja!"
"Memangnya setiap orang harus berubah seiring berjalannya waktu ya? Bukankah karakter seseorang akan selalu sama?" Tanya Ale kepada Gabriel.
Gabriel mengangkat bahunya.
Gabriel meminta nomor Ale untuk menghubungi Ale selama mereka disana. Alih-alih memberikan nomornya, Ale memilih memberikan akun media sosialnya yang baru. Lagi-lagi Gabriel tersenyum seolah paham tabiat Ale.
Sesampainya mereka di depan hotel, Ale pun berpamitan kepada Gabriel dan berjalan masuk kedalam hotel. Setelah Ale menghilang dalam pandangannya, Gabriel mengirim pesan pada anak buahnya untuk mengirim mobil ke hotel. Ia masuk kedalam hotel dan menunggu Ale di lobby.
Ia masuk ke dalam kamarnya dan segera mandi. Setelah mandi, Ale merasa lebih segar. Ia kembali membuka kopernya dan mengambil kaos putih dan midi skirt coklat. Ale memadupadankan dengan blazer berwarna coklat. Ia memilih mengurai rambut panjangnya dan memakai make up tipis. Tak lupa Ale menyemprotkan parfum favoritnya. Parfum racikannya sendiri yang membuat aromanya berbeda dari orang lain. Ia memilih membawa tas kecil yang berisi dompet, ponsel, kamera kecil, dan kartu identitasnya.
Ia berkaca sebentar memastikan penampilannya terlihat baik kalau keluar dari kamarnya. Ale merasa tidak sabar untuk menjelajah kota indah ini.
Saat memasuki lobby, Ale terkejut melihat Gabriel yang melambaikan tangan.
"Gabriel? Kau tidak pulang?" Tanya Ale.
Gabriel menggeleng.
"Untuk apa? Tak lama lagi kita bertemu, lebih efisien aku menunggumu disini!" Jawab Gabriel.
"Kalau tau kau menungguku, aku bisa mengusahakan lebih cepat!" Ucap Ale dengan nada tidak enak.
"Santai saja! Aku menunggu tidak sampai 30 menit kok! Rekor baru seorang wanita yang bersiap-siap tidak lebih dari 30 menit!" Jawab Gabriel dengan senyumnya yang menggoda.
Gabriel membukakan pintu mobil untuk Ale saat mereka berhenti didepan sebuah mobil.
"Mobilmu?" Tanya Ale.
Gabriel mengangguk.
Ale pun masuk dan duduk dengan nyaman.
Gabriel mengenakan kacamata hitamnya begitupun juga dengan Ale yang juga mengenakan kacamata hitam karena merasa agak silau.
Gabriel mulai menjalankan mobilnya dan menyetir dengan santai."Keberatan kalau bagian atas aku buka?" Tanya Ale
Gabriel menggeleng.
Ale pun menekan tombol untuk membuka atap mobil. Hal itu membuat sinar matahari seketika menerangi tubuh mereka di dalam mobil. Ale tersenyum manis lalu membuka blazernya. Ia sedikit mendongak membiarkan sinar matahari menyirami wajahnya yang cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME, NATH!
De TodoWarning 21+ Yang anak kicik jangan weudeul... jangan bandel yakkk... belom umurnya adek-adekkuuu...!! soon lah ya sayang.. Di usia 25 tahun, menjadi Head Of Advertising di perusahaan underware ternama di Amerika bukan perkara mudah bagi Nathania. Be...