Sudut mulut Kouro Bergerak-gerak karena perkataan Kiana, dia pertama-tama mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan kalau ada kesalahpahaman dalam pemikirannya.
"Aku pikir kamu salah paham dengan maksudku. Kamu sebelumnya telah bilang kalau tidak punya rumah, kemudian dilihat dari bagaimana kamu kelaparan sepertinya kamu juga tidak memiliki uang. "
"Aku juga tidak lupa dengan bagaimana kamu menyusup ke asramaku karena salah mengira sebagai gedung terbengkalai. " Lanjut Kouro dengan ekspresi datar.
Perkataan tersebut membuat Kiana sedikit malu dan menurunkan tongkat baseballnya.
Toh tidak peduli apa, dia memang telah berhutang budi dengan Kouro, jadi tindakannya sekarang hanya untuk menyembunyikan rasa canggungnya.
Melihat Kiana menurunkan senjatanya, Kouro menghela nafas lega sedikit sebelum melanjutkan.
"Karena itulah aku mengundangmu tinggal di asramaku untuk sementara waktu."
Kiana memikirkan sejenak situasinya sebelum menyadari kalau saat ini dia benar-benar menyedihkan.
Dibandingkan tidur di jalan memang undangan Kouro lebih baik, memikirkan ini, Kiana sudah memutuskan, dia terlihat mengepalkan tangannya ke arah Kouro.
"Aku tegaskan dulu, jangan macam-macam denganku, sangat berbahaya kalau kamu memprovokasi ku!"
Kata-kata yang sangat familiar ini membuat Kouro sedikit bernostalgia.
Melihat Kiana di depannya mencoba menunjukkan sikap galak, dia sepertinya masih mewaspadainya.
Melihat ini mau tidak mau Kouro tersenyum masam.
Toh hubungan interpersonal tidak dapat berkembang hanya dalam sehari, dia mengerti akan hal ini.
"Tidak masalah, aku mengerti." Ucapnya sambil menganggukkan kepala.
Melihat ini, Kiana mengubah tindakannya menjadi sedikit lebih jujur dan bertanya dengan nada khawatir.
"Lalu-- aku... Apakah tinggal di asramamu seperti ini, apa tidak apa-apa?"
Rangkaian tindakan Kouro sebelumnya bisa dikatakan telah menunjukkan kalau dia memang memiliki kepribadian yang baik, kecuali sifatnya yang suka bercanda.
Bagi Kiana sendiri, dia tidak dapat membedakan apakah Kouro sedang bercanda atau tidak yang membuat kepalanya sedikit pusing.
Mendengar pertanyaannya, Kouro menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan tenang.
"Tidak masalah, akademi Tachikawa tidak akan mengirim siapa pun ke asrama siswa laki-laki selama aku tidak memberi tahu guru. Tidak ada yang akan menemukanmu tinggal di asrama. "
Mendengar jawaban Kouro membuat suasana hati Kiana menjadi senang dan gembira.
'Akhirnya ada tempat untuk tidur dengan nyaman! '
Jika bukan karena fakta bahwa Kouro adalah laki-laki, Kiana mungkin akan bersemangat dan mencoba untuk menikahinya di rumah (Sialan Yuri).
Dia bahkan sedikit bersemangat, kata-kata licik Kouro membuat Kiana merasa bahwa pihak lain adalah rekannya dalam kejahatan.
"Bahkan jika masalah kamar di asrama muncul nanti, aku bisa mengajukan permohonan untuk menggunakan kamar asrama lain yang lebih besar untukmu bersembunyi." Lanjut Kouro meyakinkan Kiana.
Memikirkan berbagai perlakuan istimewa yang ia terima di Akademi Tachikawa, Kouro merasa seharusnya tidak sulit baginya untuk meminta hal tersebut.
Setelah mendengar jaminan dari Kouro, Kiana langsung merasa lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honkai Impact : The Rise Herrscher of Shadow
FanfictionBencana misterius "Honkai" telah mengikis dunia, dan manusia yang terinfeksi oleh "Honkai" telah menjadi "mayat hidup" yang tidak memiliki pikiran dan hanya memahami kehancuran. Mereka bersama dengan binatang buas "Honkai Beast" yang lahir dari Ener...