Chapter 100 - Siapa Kouro?

40 4 0
                                    

Aura kematian itu datang dari Mei yang saat ini tersenyum sambil menyipitkan matanya ke arah Kouro.

Entah kenapa Kouro merasa tidak asing dengan kejadian ini. Ia berpikir sejenak sebelum mengingat saat Ayame dan Mei baru saja saling mengenal satu sama lain.

Mereka berdua mengeluarkan aura kematian yang mirip dengan sekarang dan yang memulai semuanya adalah...

Dia melirik Kiana yang menatapnya dengan polos, jika bukan karena Kouro tahu kalau Kiana benar-benar tidak memiliki niat buruk terhadapnya, dia pasti sudah menggunakan [Power Strike] padanya sekarang.

Kouro mengalihkan perhatiannya kembali pada Mei sambil tersenyum, meski saat ini dia sedang memikirkan alasan yang masuk akal dengan kecepatan maksimal.

Meskipun Kouro tidak mengerti kenapa dia menjadi takut setelah merasakan aura kematian itu, dia tidak terlalu memikirkannya.

Lagipula yang mengeluarkan aura itu adalah Mei yang merupakan seorang Herrscher. Dan karena campur tangan Kouro, Mei tidak memiliki terlalu banyak prasangka terhadap Herrscher, jadi dia tidak merasa takut dengan kekuatan Herrscher sendiri.

Kouro pertama-tama berdeham beberapa kali, menyesuaikan postur tubuhnya sebelum berbicara seperti protagonis harem tertentu.

"Ahem! Mei! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Fu Hua hanya membantuku mengambilkan obat dari lemari kaca tinggi di sana. "

"Tidak ada yang lain?"

"Tidak ada yang lain, aku bersumpah!" Kouro berkata dengan tegas sambil memasang tampang serius seperti Kazuma saat hendak mencuri pantsu seorang wanita.

Meskipun Kouro tahu bahwa alasannya terdengar seperti omong kosong, dia mengatakan yang sebenarnya.

Sayang sekali tepat setelah aura kematian dari Mei perlahan memudar, Kiana yang mendengar alasan Kouro kemudian menggerakkan hidungnya ke arah Kouro sebelum melemparkan bom.

"Tapi... Kouro, kenapa aku mencium aroma Fu Hua dari tubuhmu? "

"..."

Ekspresi serius Kouro rusak karena kata-kata Kiana.

Dia mulai tertawa kaku dan keringat dingin mulai mengalir dari dahinya. "Ha ha ha kamu pasti bercanda Kiana, bagaimana mungkin kamu bisa mencium bau Fu Hua dari tubuhku? "

"Tapi aku benar-benar mencium baunya! "Kiana bersikeras.

Dan tidak hanya Kiana, Bronya yang sedari awal diam saja, membuka mulutnya dengan ekspresi datar sambil 'Menambahkan minyak ke dalam api'.

"Bronya mendeteksi bahwa bau tubuh Kouro memiliki kemiripan 43,67% dengan ketua kelas. "

Gerakan Kouro menegang, dia berbalik ke samping untuk menghindari tatapan Mei.

Tepat ketika Kouro ingin menggunakan teknik legendaris keluarga Joestar, Mei menepuk pundaknya.

"Kouro-kun... Kamu pasti akan menjelaskannya, kan? "

Meskipun Mei mengatakan itu dengan suara lembut, Kouro merasa merinding, bulu-bulu di lehernya berdiri dan mengatakan padanya bahwa jika dia tidak memberikan penjelasan apapun, dia pasti akan 'mati'!

Kouro dengan ekspresi yang tertahan, memikirkan alasan yang sangat 'masuk akal', tetapi akhirnya menyerah dan membiarkan intuisinya mengambil alih.

"Ah! Etto! Etto... Ini sebenarnya karena kami sebelumnya... saling berpelukan. Tanpa melakukan hal lain, TENTU SAJA!"

Kouro menjelaskan seperti seorang terdakwa yang akan dijatuhi hukuman mati.

"Lalu kenapa kalian berpelukan?" Kiana dan Mei melipat tangan mereka sambil menatap Kouro.

"Itu... itu karena kami berada dalam situasi yang sama. Dia... meninggalkan keluarganya untuk berlatih. Sama seperti aku. Kami saling bercerita tentang pengalaman itu sebelum berpelukan untuk menenangkan diri..."

Kouro yang mengatakan hal itu saat ini mengenakan ekspresi kosong karena dia sendiri tidak mengerti apa yang dia katakan.

Tetapi kata-kata yang tidak dimengertinya itu menyelamatkannya dari sambaran petir sebesar 10.000.000 Volt.

"Aku mengerti..." Kiana dan Mei menganggukkan kepala mereka dan menatap Kouro dengan simpati. Bronya juga tampak melamun sejenak sebelum mengangguk padanya.

Kouro yang menyadari tatapan mereka, tidak menjelaskan kesalahpahaman mereka, dia hanya berdehem dan berkata, "Ahem! Aku merasa lebih baik, jadi aku akan pergi ke kelas dulu, sampai jumpa. "

Kouro dengan cepat menghilang dari pandangan mereka bertiga.

Mei dan Kiana kemudian saling berpandangan sebelum Kiana berkata lebih dulu. "Mei-senpai, apa kau tahu masa lalu Kouro dan tujuannya? "

Mei menggeleng, "Kouro-kun sampai sekarang tidak pernah membicarakan tujuan dan masa lalunya. "

Karena Kiana dan yang lainnya tinggal di rumah yang sama, mereka dengan cepat menjadi dekat sehingga mereka tahu tujuan dan masa lalu masing-masing.

Misalnya, Kiana yang sedang mencari ayahnya dan Mei yang ingin mengendalikan kekuatan Herrscher-nya menjadi lebih baik.

Meskipun Ayame dan Bronya tidak mengatakan tujuan mereka bersekolah di akademi St. Freya, mereka masih menceritakan sedikit masa lalu mereka.

Ayame juga sempat menceritakan sedikit tentang masa lalu Kouro, meskipun tidak terlalu jelas karena Kouro kabur dari rumah untuk alasan yang tidak diketahui.

Bahkan hingga saat ini, Kouro tidak pernah bercerita tentang dirinya sendiri.

Setelah berpikir seperti itu, mereka kemudian menyadari bahwa selama ini Kouro tidak pernah mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan dirinya.

Mereka kemudian teringat akan semua tindakan Kouro yang selalu berhubungan dengan Honkai. Ia selalu terlihat tenang ketika berhadapan dengan Honkai. Bahkan pengetahuannya tentang Honkai juga sangat dalam, sehingga mereka bertanya-tanya apakah Kouro dilahirkan untuk bertarung melawan Honkai.

Khususnya Kiana, entah kenapa ia teringat dengan seorang pria berjas merah dengan mata ungu yang ia lihat beberapa hari yang lalu saat melawan Chiyou.

Kiana kemudian mencocokkan mata pria itu dengan mata Kouro di dalam pikirannya.

Kemudian seolah-olah dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan, Kiana membuka matanya lebar-lebar dan mulutnya mulai menganga.

Hanya ada satu pikiran dalam benaknya, 'Mata mereka berdua persis sama!’

Mei yang menyadari keanehan Kiana menatapnya dengan penuh perhatian, karena ini adalah pertama kalinya ia melihat Kiana berekspresi seperti itu selain saat ia akan mencicipi makanan yang dimasak Kouro.

"Ada apa Kiana-chan?"

"Tidak, tidak apa-apa." Kiana menggelengkan kepalanya dengan cepat, tapi setelah itu ia segera menoleh ke arah Bronya dan bertanya. "Bronya! Mengapa beberapa orang memiliki warna mata yang berbeda? "

"Kenapa kamu bertanya?" Ini adalah pertama kalinya Bronya melihat Kiana terlihat penasaran dengan sesuatu yang berhubungan dengan sains.

"Ayo, jawab saja pertanyaanku dulu!" Kata Kiana dengan nada mendesak.

"Umumnya, karena pigmen melanin pada iris mata, semakin tinggi kandungan melanin pada iris mata, maka warna mata akan semakin gelap, begitu juga sebaliknya. " Bronya menjelaskan.


"Lalu apakah warna mata bisa diturunkan secara genetik? " Bronya menganggukkan kepala, membenarkan perkataan Kiana. Namun karena anggukan Bronya, wajah Kiana menjadi semakin pucat.

Melihat Kiana seperti ini, Mei bahkan Bronya menjadi khawatir. "Apa kau benar-benar baik-baik saja Kiana-chan? "

"Itu..." Kiana menarik napas panjang sebelum menceritakan tentang mata pria bermantel merah yang mereka temui saat insiden melawan Chiyou.

"Itu tidak mungkin karena itu terlalu kebetulan dan bahkan jika pria itu benar-benar memiliki hubungan dengan Kouro, maka Kouro pasti akan memberitahu kita." Bronya berkata dengan tenang.

Kiana yang mendengar itu kemudian tertawa kaku sambil meyakinkan dirinya sendiri. "Hahaha, itu benar, tidak mungkin pria itu memiliki hubungan dengan Kouro, itu terlalu kebetulan, ha ha... Ha. A-aku akan pergi ke kelas dulu!"

Kiana yang masih tertawa, tiba-tiba berlari dengan cepat ke kelasnya.

Mei saat ini mengenakan ekspresi serius setelah mendengar kata-kata Kiana dan Bronya sebelum mengikuti Kiana kembali.

Bronya hanya memasang ekspresi datar seperti biasa dan mengikuti mereka.
__

Di malam hari.

Bronya terlihat berada di kamarnya dan menatap layar yang berisi informasi tentang Kouro.

Tampaknya Bronya juga sangat penasaran dengan masa lalu Kouro, namun ia tidak menunjukkannya kepada Mei dan Kiana.

Bronya membaca informasi yang telah ia kumpulkan mengenai Kouro.

Bronya membacanya dengan saksama sebelum mengerutkan kening. Ia yang telah selesai membaca informasi tersebut merasa ada yang terlewatkan, karena tidak ada informasi yang benar-benar penting mengenai masa lalu Kouro.

Bronya yang merasa sedikit jengkel kemudian, masuk ke dalam basis data inti untuk menenangkan diri. Dia menatap situs pencarian di database Schicksal untuk waktu yang lama sebelum iseng mengetikkan nama Kouro ke dalamnya.

Bronya awalnya hanya ingin melampiaskan kekesalannya karena tidak menemukan informasi penting apa pun tentang Kouro.

Namun ia tidak menyangka bahwa nama Kouro ternyata terdaftar dalam database shchicksal.

Terlebih lagi, hanya ada satu berkas mengenainya.

Bronya melihat file tersebut yang ternyata telah dienkripsi dengan sistem keamanan yang sangat tinggi.

Bronya mengangkat alisnya sebelum merasa tertantang. Dipenuhi rasa penasaran, Bronya mencoba menerobos sistem keamanan tersebut.

5 jam kemudian dengan mata memerah, Bronya menatap file tersebut.

'Bronya hanya punya waktu beberapa menit sebelum sistem menyadari serangan Bronya. '

Dia dengan cepat membuka file tersebut yang ternyata adalah buku harian seseorang bernama 'Hanagami Sagaki'.

Melihat nama itu, Bronya mengangkat alisnya, 'Hanagami? Bukankah itu nama belakang subjek Kouro?’

Bronya membaca buku harian itu yang agak panjang, mungkin sekitar 15 atau 16 halaman.

Bronya tidak membaca semua halaman, karena dia tidak punya cukup waktu. Dia langsung menuju ke halaman terakhir.

Ekspresi Bronya setelah membacanya berubah.

Matanya membelalak karena terkejut.

Honkai Impact : The Rise Herrscher of ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang