Chapter 79 - Deep Dive

39 2 0
                                    

Pada zaman kuno.

Senjata suci telah dipinjamkan kepada umat manusia oleh Celestial yang di panggil sebagai Azure Empyrea.

Senjata suci itu adalah 'Golden Sword'. Konon, pedang itu memiliki kekuatan untuk menghalau kejahatan dan melindungi umat manusia.

Orang-orang Shenzhou melihat senjata ini sebagai artefak suci.

Namun ketika monster dari Jiuling menyerang, Golden Sword itu tidak dapat menyelamatkan mereka.

Monster-monster itu menghancurkan desa yang dilindungi oleh pengguna Golden sword.

Tetua klan yang saat itu adalah seorang pengguna Golden sword tidak dapat mengeluarkan kekuatan sebenarnya dari senjata tersebut. Jadi sebelum dia meninggal, dia memberikan senjata tersebut kepada putrinya, 'Ji Xuan Yuan'.

Melihat ayahnya yang mengorbankan dirinya bersama dengan orang-orangnya, Xuanyuan hanya bisa melarikan diri sendirian.

Dalam pelariannya inilah, Xuanyuan akhirnya menerima takdir bahwa orang-orangnya termasuk ayahnya telah mati di tangan Honkai.

Tanpa arah, tanpa tujuan, ia hanya bisa melarikan diri, bahkan ketika ia merasa lelah dan kakinya terasa mati rasa bahkan hingga berdarah, ia hanya bisa berlari hingga pingsan di tengah tanah karena kelelahan dan kelaparan, di detik-detik terakhir sebelum pingsan karena merasa kehilangan semua harapan.

Sebuah tato aneh muncul di bawah perutnya, tato ini memungkinkan Xuan Yuan untuk mengendalikan kekuatan senjata 'Golden Sword' yang sebenarnya.

Permata yang tertanam di 'Golden Sword' memungkinkannya untuk memanggil kekuatan elemen, seperti angin, api, tanah, air dan petir sesuai keinginannya.

Dengan pedang itu dan burung mistis 'Jingwei' yang bersamanya, Xuanyuan mampu menyerang binatang Honkai 'Chiyou' dan mengusirnya dengan paksa untuk mundur ke Jiuling.

Ketika orang-orang mendengar berita tersebut, mereka berkumpul di sisi Xuanyuan dan menjadi suku yang menyembahnya sebagai 'Kaisar Kuning', orang-orang juga menyebut pedang emasnya sebagai 'pedang Xuanyuan'.

Tetapi Xuanyuan tidak peduli bagaimana orang lain memujanya, hatinya sudah mati bersama ayah dan orang-orangnya karena invasi Honkai. Dia hanya memiliki satu tujuan yaitu melindungi manusia, karena itu, dia seorang diri pergi ke Chiyou untuk menghabisinya.

Tapi Honkai Beast Chiyou sangat kuat ditambah ukurannya yang sebesar pulau, Xuanyuan hanya bisa menyegelnya di Sembilan Alam dengan mengorbankan dirinya sendiri bersama dengan senjatanya.

Sejak saat itu, Yellow Empress dan Pedang Xuanyuan hanya menjadi legenda.

__

Tiga hari setelah menerima misi, di kota Guangzhou.

Kouro yang merupakan seseorang yang mengetahui masa depan kemudian memberikan informasi yang telah dia ketahui tentang kedua legenda tersebut.

Pada saat ini terlihat Kiana, Kouro, Ayame, Mei, Himeko dan Bronya sedang menyelam di laut dekat Guanzhou.

"[Woah! Indah sekali.]" kata Kiana sambil melihat ubur-ubur biru yang berenang di tangannya.

Kouro melihat pemandangan di bawah air yang sangat indah dimana terumbu karang berwarna warni dan aneka jenis ikan berenang melewati mereka.

"[Kiana apa yang kamu lakukan, Fokus!]"

Sebuah layar yang mengeluarkan suara Himeko muncul di perangkat komunikasi Kiana.

"[Mayor Himeko! Aku merasakan konsentrasi energi Honkai yang kuat di dalam gua.]" Mei berkata tiba-tiba sambil menunjuk ke arah gua di depan mereka.

"[Lokasi dan strukturnya sesuai dengan informasi yang dikatakan subjek Kouro.]" Bronya berkata sambil melihat ke arah gua juga dengan wajah lurus.

Bronya melanjutkan, "[Perhitungan menunjukkan ada kemungkinan 34,2% bahwa gua ini adalah Sembilan Alam.]"

Mendengar perkataan Bronya, Himeko dengan antusias berkata, "[Baiklah! Ayo kita pergi!]"

Lima belas menit kemudian, mereka sampai di gua.

Setelah melepas masker respirator, mereka kemudian berkumpul dan berjalan menyusuri gua dengan senter kecil yang menempel di dada.

Melihat gua yang gelap dan sempit ini, Kiana kemudian mengeluh. "Apakah pedang Xuanyuan benar-benar berada di dalam gua yang gelap gulita ini? Dan satu hal lagi, adakah yang bisa memberitahuku siapa pemandu misinya?"

Kouro membuka mulutnya untuk menjawab tetapi menutupnya lagi, setelah berpikir, biarlah ini menjadi kejutan kecil bagi Kiana.

Beberapa menit kemudian.

"Waaah! Setelah melewati gua tadi, ternyata kedalamannya sebesar ini!" Kiana berkata dengan takjub melihat di dalam gua yang terlihat sangat luas ditambah dengan beberapa kristal biru yang menerangi di dalam gua membuat sebuah keindahan yang alami.

Himeko melihat jam tangannya dan berkata dengan serius, "Konsentrasi energi Honkai di dalam sini sangat tinggi. Mungkin tempat ini adalah Sembilan Alam."

"Syukurlah kalau begitu, Mayor Himeko." Mei berkata dengan penuh syukur.

Melihat Himeko yang sangat serius, Kiana berbisik pada Kouro dan Ayame yang ada di sampingnya, "Himeko terlihat sangat serius dengan misi ini, Biasanya setelah pulang dia akan minum sampai mabuk. Berbeda dengan sekarang, dia akan mencari berbagai data yang berhubungan dengan misi ini setiap malam sampai larut malam. "

Himeko yang mendengar bisikan Kiana berkata tanpa daya, "Kiana, kau..."

"[Ahem! Kalian masih memiliki misi yang harus dilakukan. Jika kalian ingin bertarung, silakan pulang.]" Suara Theresa yang tiba-tiba muncul dari layar komunikasi membuyarkan pembicaraan mereka.

Sekadar informasi, Kallen saat ini berada di Hyperion bersama Theresa, karena tubuh Kallen tidak didesain untuk bisa berenang bebas di dalam air.

"Oke, Kiana. Hari ini aku melepaskanmu."

Theresa menatap Himeko dan berkata, "[Mayor Himeko, aku ulangi lagi misimu. Kamu harus menjelajahi isi gua ini. Pastikan bahwa gua ini adalah 'Sembilan Alam' menurut legenda.]"

Theresa melanjutkan, "[Jika itu benar, maka kita harus menyelidiki monster 'Chiyou' sambil mencari pedang Xuanyuan dan stigmata yang hilang di tempat ini. Oh ya, saya juga menemukan konsultan untuk misi kita kali ini.]"

"Konsultan?" Himeko bertanya dengan bingung. Layar tiba-tiba terbuka dan Fu Hua muncul.

"[Mayor Himeko, lama tidak bertemu. Misi kali ini akan saya jelaskan padamu.]" Fu Hua berkata dengan antusias.

"Fu Hua? Begitu ternyata."

Melihat konsultan mereka adalah Fu Hua, Kiana berkata sambil mengerutkan kening, "Duh ... Bukankah itu ketua kelas yang menyebalkan?"

Theresa kemudian menjelaskan, "[Fu Hua lahir di Shenzhou. Dia tahu segalanya tentang legenda Ji Xuanyuan dan budaya Shenzhou.]"

Theresa melanjutkan, "[Tanyakan padanya jika Anda memiliki pertanyaan dan saya harap semuanya berjalan dengan baik.]"

Setelah mengatakan itu, Theresa menutup layar komunikasi.

Kiana kemudian menatap Mei dan bertanya, "Mei, apa pendapatmu tentang pengawas kelas?"

"Pengawas kelas..., maksudmu Fu Hua?"

"Benar, gadis kaku itu." Kiana membenarkan.

"Fu Hua adalah murid paling berbakat di kelas. Dia masih sangat muda tapi sudah lulus ujian Valkyrie. Dia adalah seorang Valkyrie peringkat A. Kita bisa belajar darinya." Kata Mei.

Mendengar kata-kata Mei, Ayame menganggukkan kepalanya dengan bangga.

Kouro menatapnya dengan aneh dan bertanya, "Kenapa kamu menganggukkan kepala?"

"Tentu saja aku mengangguk dengan bangga sebagai seorang teman." Kata Ayame.

"..." Kouro terdiam.

"T-Tapi..., dia selalu menguliahiku..." Kiana berkata pelan.

"Dari apa yang kuingat, itu selalu salahmu, Kiana-chan." Mei menjawab.

Mei melanjutkan, "Suatu kali, kamu pernah menggunakan komputer pusat Hyperion untuk bermain [Sbeam] dan juga saat kamu makan hot pot kecil saat di kelas, kan?"

"Oh, begitu, aku mengerti! Kamu selalu ada di sisinya, Mei! Intinya itu semua salahku!" Kiana berkata dengan cemberut sambil menggembungkan pipinya.

"Kiana, setelah kita menyelesaikan misi ini, aku akan membuatkanmu kue sebanyak mungkin." Kouro berkata seolah-olah membujuk seorang anak kecil.

"Benarkah! Yatta!" setelah mendengar kata-kata Kouro, cemberut Kiana menghilang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Apa kamu tidak terlalu memanjakannya, Kouro-kun?" Mei berkata.

"Yah, aku tidak mempermasalahkannya." Kouro berkata dengan santai.

"Booo.. Bagaimana dengan teman masa kecilmu, Kouro? Bukankah kamu juga memanjakanku?" Ayame berkata dengan nada sedih.

"Baiklah, baiklah, aku akan membuatkan kue kesukaanmu nanti." Mendengar jawaban Kouro Ayame kemudian tersenyum puas sambil melirik Mei.

Mei hanya tersenyum sopan sebagai balasannya.

Himeko yang melihat hal ini dari jauh hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

Ia kemudian menatap gua di depannya sambil membawa harapan kecil.

Sebuah harapan yang sangat kecil kemungkinannya untuk terwujud.

Honkai Impact : The Rise Herrscher of ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang