Chapter 97 - Ingatan Fu Hua (5)

29 5 0
                                    

Fu Hua mengobrol sambil berjalan-jalan dengan Fuxi selama beberapa menit sebelum matahari di atas kepala mereka tiba-tiba bergerak cepat ke arah barat di mana lautan terlihat, sehingga menciptakan matahari terbenam.

"Apa yang terjadi?" Fu Hua terkejut mendengarnya.

["Sepertinya waktu telah terdistorsi, yang membuat waktu berjalan lebih cepat. Dari apa yang saya lihat dari data, sepertinya beberapa tahun telah berlalu."]

Fu Hua terkejut mendengarnya. Dia terdiam sejenak sebelum bertanya, "Bagaimana ini bisa terjadi? "

["Hm... Aneh, seharusnya karena ingatanmu bermasalah, tapi aku tidak melihat keanehan pada gelombang otakmu."]

Tepat ketika Fu Hua ingin bertanya lagi, Fuxi tiba-tiba berkata dari belakangnya. "Hati-hati Jingwei... Tempat ini terlihat berbahaya. "

Mendengar itu, Fu Hua dengan cepat memasang ekspresi waspada sambil melihat sekelilingnya.

Kosong, sunyi, tidak ada apa pun di dekatnya kecuali suara burung camar yang terbang dan suara ombak yang menerjang pantai.

Beberapa saat kemudian, Fuxi menghampiri Fu Hua dari belakang dan menyerahkan sesuatu kepadanya, "Kamu hebat seperti biasa Jingwei. Ini, kubur itu di sini." Fuxi menunjuk ke arah tertentu.

Melihat hal ini, Fu Hua bingung karena Fuxi berbicara kepadanya seolah-olah dia telah mengalahkan sesuatu, tapi dia tidak melakukan apa-apa.

Fu Hua tidak terlalu memikirkannya karena Otto sebelumnya mengatakan bahwa ingatannya di sini bermasalah.

Fu Hua melihat benda yang diberikan oleh Fuxi. "Bukankah ini 'Sphere'..."

Kemudian suara Otto muncul di benaknya dengan nada bersemangat, ["Akhirnya sampai juga! Ini pasti 'Sphere' yang selama ini kita cari."]

Fuxi menatap Sphere di tangan Fu Hua sebelum menjelaskan dengan suara lembut.

"Itu adalah terminal yang menampung semua teknologi dari era sebelumnya yang direkam ke dalam 'Sphere' kecil ini, inilah harapan kita untuk menghancurkan Honkai..."

Fuxi mengangkat kepalanya dan menatap Fu Hua dalam-dalam, "Tapi kita tidak bisa menyerahkan 'Sphere' pada manusia di era ini... Aku tidak perlu menyebutkan alasannya, karena kamu sudah mengetahuinya."

Fu Hua menjelaskan, "Bagi mereka, pengetahuan yang terkandung di dalam 'Sphere' ini terlalu besar. "

Fuxi menganggukkan kepalanya sebelum berkata, "Ketika mereka melihat hal-hal di luar pemahaman seseorang, itu akan menimbulkan emosi primitif yang telah terukir dalam diri manusia untuk waktu yang lama, 'Ketakutan'. "

Fuxi melanjutkan, "Ketakutan akan hal yang tidak diketahui akan membuat mereka tersesat dan bahkan jatuh ke dalam jurang. Setelah mempertimbangkannya, aku memutuskan, aku akan menyegel semuanya. Tapi segel itu tidak akan bertahan selamanya."

Fu Hua berkata dengan nada emosional, "... Aku mengerti, inilah alasan mengapa kamu mencari tempat yang akan dituju manusia di masa depan. Kamu ingin meletakkan 'Sphere' ini di tempat yang dapat diakses oleh peradaban maju. "

Fuxi menghargai kata-kata Fu Hua, "Seperti yang diharapkan dari Jingwei, kamu dapat dengan cepat memahaminya."

Fuxi kemudian menoleh ke arah matahari yang hampir terbenam dan berkata dalam hati, "Suatu hari nanti ketika umat manusia dapat memanfaatkan pengetahuan ini, warisan yang kita tinggalkan pasti akan menjawab panggilan mereka. Aku yakin hari itu akan tiba... Ini adalah tugas ku, juga impian ku. "

Fu Hua yang mendengarnya kemudian menatap matahari terbenam bersama Fuxi sejenak sebelum berkata, "Tapi sebelum hari itu tiba, kita harus melindungi tempat ini dari Honkai. "

Fu Hua kemudian menatap Fuxi dan berkata dengan percaya diri, "Jadi serahkan saja padaku, Fuxi-san. "

Fuxi terdiam sejenak dan memejamkan matanya sebelum menghela napas.

Dia membuka matanya lagi dan menunjukkan sebuah Gulungan kepada Fu Hua.  "Ini adalah terminal terakhir. Untuk berjaga-jaga, aku mencatat semua lokasi dan segel terminal pada gulungan ini. "

Fuxi memberikan gulungan itu kepada Fu Hua dan sebelum benar-benar memberikannya, dia menatap Fu Hua dan berkata dengan nada serius.

"Ingat Jingwei! Kita hanyalah Pelopor peradaban. Jika manusia era sekarang tidak bisa mengandalkan kekuatan mereka sendiri untuk tiba di sini melalui ujian sejarah. Bahkan jika mereka sudah memiliki pengetahuan, mereka masih akan mengulangi tragedi kita. "

"Kamu harus sabar menunggu, menunggu dan menunggu sampai manusia layak untuk tahu. Mungkin kamu akan sendirian untuk waktu yang lama... Maaf, kamu harus menanggungnya sendiri Jingwei."

Fu Hua bisa merasakan perasaan khawatir dari kata-kata Fuxi.

Fu Hua menggelengkan kepalanya perlahan dan berkata dengan penuh percaya diri sambil tersenyum kecil.

"Tidak perlu minta maaf, Fuxi-san. Ini adalah tugasku, dan juga visi kita. "

Fuxi menyerahkan gulungan itu ke tangan Fu Hua. "Jaga baik-baik gulungan ini, Jingwei..."

Pemandangan di sekitarnya telah berubah menjadi ruang kosong berwarna biru ditambah dengan tubuh Fuxi yang perlahan-lahan bersinar biru sebelum terbang ke atas dan memudar perlahan.

["Hah! Ternyata semuanya berjalan lebih lancar dari yang aku harapkan! Langkah selanjutnya sangat mudah! Catat jumlah gulungan dan mulailah menganalisis! "]

Fuxi yang memudar menatap Fu Hua dengan ekspresi minta maaf, "Maafkan aku, temanku ... Kamu akan sendirian selama sisa perjalanan ini ..."

Fu Hua menatap Fuxi dengan ekspresi sedih dan kehilangan, "Fuxi-san... Seharusnya aku yang meminta maaf padamu..."

Tubuh Fuxi akhirnya menghilang sepenuhnya dan Fu Hua diteleportasi ke sebuah ruangan ungu gelap yang kosong.

Fu Hua tidak seperti sebelumnya, dia hanya berdiri diam di dalam ruangan dengan kepala menunduk sebelum bertanya dengan suara pelan.

"Otto... Apakah aku akan melupakan segalanya jika aku meninggalkan tempat ini? "

["Maafkan aku temanku, aku tidak berbohong tentang hal ini."]

"Maafkan aku... Aku kehilangan gulungannya dan bahkan lupa di mana 'Sphere' itu berada..."

["... Kita tidak bisa melawan hukum alam. Kenangan akan pudar setelah seribu tahun, tidak peduli seberapa keras kita berusaha. Ruang kosong akan mengisi lautan kenangan. Tapi kau mencoba untuk menjaga pecahan-pecahannya tetap utuh. ]

["Kita diizinkan tiba di sini. Jangan salahkan dirimu sendiri, kamu telah melakukannya dengan baik sejauh ini."]

Kata-kata Otto menusuk ingatan yang dalam yang telah lama dihapus oleh Fu Hua dengan sengaja.

Sakit kepala hebat tiba-tiba menyerang, membuatnya mengernyitkan alisnya, ingatan asing tetapi disaat yang sama juga tidak asing tiba-tiba muncul membuat pupil matanya melebar memantulkan kenangan tersebut.

....
Di sebuah tempat yang penuh dengan api berkobar dan gedung yang runtuh.

"Mengapa semua ini terjadi..." Fu Hua muda berlutut di hadapan seorang wanita berambut merah dengan tatapan kosong.

Wanita itu terbaring tak bernyawa di atas tumpukan es dingin yang menusuk separuh tubuhnya.

Dan di depan mayat wanita tersebut, terlihat seorang pria berambut putih dan mata biru dengan ekspresi tenang, terlihat tubuh pria itu memancarkan aura dingin yang membekukan sekitarnya secara harfiah.

Tiba-tiba seseorang berlari melewatinya, Fu Hua muda hanya mengingat mata ungunya yang bersinar karena marah.

"***** Bajingan! Terkutuklah kau! *&$&#_-#"

Pria bermata ungu itu menarik kerah pria berambut putih dan melontarkan segala macam kata-kata hinaan, tapi pria berambut putih hanya menatap pria bermata ungu itu dalam diam dan memasang ekspresi datar.

Pria bermata ungu itu terlihat mengeluarkan uap dari mulutnya karena udara dingin di sekitar pria berambut putih itu.

Setelah beberapa menit, pria berambut putih memotong kata-kata pria berambut ungu dengan satu kalimat.

"Dia adalah Herrscher..."

Pria bermata ungu itu mengepalkan tinjunya dan meninju wajah pria berambut putih itu dengan keras, pukulan itu tidak melukai pria berambut putih itu, bahkan terlihat tangan pria bermata ungu itu yang malah memerah dan berdarah karena cedera.

"Lalu kenapa!? Apa karena dia berubah menjadi Herrscher sehingga kita diperintahkan untuk membunuhnya? Apakah karena dia seorang Herrscher maka kita harus membunuhnya!? Bagaimana jika Herrscher berpihak pada manusia!? "

Fu Hua melihat air mata keluar dari pria bermata ungu itu yang meneriaki pria berambut putih.
“Bukankah kamu sudah melihat bagaimana dia memanggil namamu, Kevin! “

Pupil mata Kevin terlihat bergetar sedikit bahkan mulutnya terbuka sedikit seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi pada akhirnya dia menutup mulutnya dan terdiam sebagai jawabannya.

Dia kemudian menutup matanya sejenak sebelum membukanya kembali dan berkata dengan keyakinan tinggi.

“Herrscher sejak awal tidak akan pernah berpihak kepada Manusia. “

Pria bermata ungu itu menatap Kevin dengan tajam tetapi pada akhirnya tidak membalas perkataannya dan memalingkan mukanya sebelum berjalan melewatinya mendekati mayat wanita berambut merah.

Dia menatap mayat wanita itu untuk waktu yang lama sebelum mengangkat dan menggendongnya dengan gaya seorang putri.

Dia melewati pria berambut putih dan tanpa menoleh ke belakang, dia berkata dengan suara tenang.

"Dunia ini memang tidak adil... Semua orang yang ingin aku selamatkan semuanya meninggal dalam pelukan aku... Seolah-olah ini adalah hukum alam (Takdir). "

Pria bermata ungu itu melanjutkan, “Aku selalu berandai-andai jika aku bisa menjadi sekuat dirimu, apakah semuanya akan berbeda? “

Pria berambut putih tidak berkata apa-apa dan pria bermata ungu tampaknya tidak mengharapkan jawaban.

Pria bermata ungu itu berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang.

Pria bermata ungu itu menatap Fu Hua yang masih muda dengan mata ungu kosong dan penuh dengan depresi, keputusasaan dan kesedihan, pancaran cahaya matanya telah meredup seolah-olah telah lama hilang harapan.

"Kamu Hua, kan? ****** banyak membicarakanmu, ikutlah denganku, aku ingin memberinya pemakaman yang layak. "

Fu Hua dapat merasakan suara pria itu benar-benar serak seolah-olah telah berteriak sepanjang hari.

Pria itu membantu Fu Hua berdiri perlahan-lahan sebelum berjalan melewatinya.

"Ah! Ano... Siapa namamu...?” Tanya Fu Hua menatap punggung pria itu.

Pria itu tidak berhenti berjalan, punggungnya terlihat membungkuk seolah-olah telah kelelahan membawa beban berat di pundaknya.

“Namaku? Namaku KOURO."

[Flashback End]
___

["Fu Hua! Fu Hua!! Kau baik-baik saja? Fu Hua!"]

"A-apa?” Fu Hua tersentak dari ingatannya dan berkedip dengan cepat.

["Apa kamu baik-baik saja? Gelombang otakmu berfluktuasi tidak stabil."]

"Ah! Aku... baik-baik saja." Fu Hua mengusap kepalanya sambil memikirkan ingatan tadi.

["Apapun itu selama kamu baik-baik saja, ayo cepat pergi ke pecahan ingatan berikutnya. "]

"Ya!" Fu Hua kemudian menggelengkan kepalanya untuk fokus pada pikirannya.

Dia berlari ke depan dengan cepat, anehnya tidak seperti sebelumnya, tidak ada monster yang menghalanginya, jadi dia bisa dengan lancar melewati ruangan kosong berwarna ungu tua ini, sebelum cahaya yang menyilaukan memenuhi penglihatannya.

Fu Hua membuka matanya lagi. Dia sekarang berada di gubuk kecil tempat dia pertama kali datang.

["Kita kembali ke memori permukaan. Cepatlah kembali ke dunia nyata."]

Fu Hua berjalan perlahan keluar dari gubuk, sebelum berbalik dan melihat siluet Nuwa dan Fuxi.

"Aku ingin memberitahu semua orang tentangmu! Agar semua orang bisa menyukaimu juga!..."

"Maaf, kamu harus memikul beban ini sendirian..."

Melihat siluet itu perlahan menghilang, Fu Hua tanpa sadar bergumam, "Fuxi-san ... Nuwa-san ..."

["Aku mengerti perasaanmu, tapi sekarang bukan waktunya untuk bernostalgia."]

Fu Hua memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam sebelum melepaskannya, dia membuka matanya dan tanpa menoleh ke belakang berkata.

"Selamat tinggal... Fuxi-san, Nuwa-san... Dan Kanchou... Terima kasih telah membantuku. "

Seorang pria bermata ungu menatap Fu Hua dalam diam sebelum tersenyum tipis. Pria itu kemudian memudar perlahan dan menghilang sepenuhnya.

Tubuh Fu Hua diselimuti oleh cahaya terang sebelum memudar dan menghilang.

Di markas Schicksal, Fu Hua perlahan membuka matanya sebelum merasakan sakit kepala yang hebat. "Ap... Apa yang terjadi? Aku... "

"Terima kasih atas bantuanmu, sekarang istirahatlah temanku, kamu baru saja terbangun dari mimpimu. "

Air mata mengalir dari mata kanan Fu Hua, sebelum sebuah kenangan muncul di benaknya.

Merasakan semua kenangan itu kembali, Fu Hua tanpa sadar tersenyum.

Honkai Impact : The Rise Herrscher of ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang