Di dalam Kapal Induk Kapal Angkut Penjelajah Sedang, Helios.
Kamu bisa melihat Kouro duduk sambil linglung di kursi di samping kursi pilot, Ayame yang duduk di sebelahnya merasa bahwa Kouro mungkin masih terganggu dengan apa yang terjadi sebelumnya.
Ia mulai memikirkan cara untuk menghibur Kouro.
'Apa yang harus aku lakukan untuk menghibur Kouro? Tunggu! Kenapa aku harus mengkhawatirkannya?'
Ayame menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan pikiran aneh itu dan kembali menatap Kouro.
'Ekspresi melamun itu, dia terlihat sangat tampan!'
Melihat Kouro melamun dengan ekspresi sedih membuat Ayame yang sedari tadi menatapnya tiba-tiba berkata.
"Kamu tidak banyak berubah, Kouro."
"Hn?" Kouro tersadar dari pingsannya saat mendengar Ayame membicarakannya, ia berbalik menatap Ayame dengan tanda tanya di wajahnya dan bertanya, "Apa maksudmu aku tidak banyak berubah?"
Ayame tidak mengalihkan pandangannya, dan malah membalas tatapannya yang dalam ke mata ungu Kouro sebelum menjawab.
"Kouro, tahukah kamu? Kenapa saat aku kecil aku selalu bertingkah seperti anak laki-laki (tomboi), itu karena 'dua orang itu' selalu mengeluh kalau mereka ingin punya anak laki-laki."
Ayame menatap ke depan dengan ekspresi mengenang masa lalu dan melanjutkan.
"Saat itu, aku yang tidak tahu apa-apa hanya berpikir, jika aku bertingkah seperti anak laki-laki, apakah 'dua orang itu' akan bahagia?"
'Kedua orang itu' yang dimaksud Ayame adalah orang tuanya yang telah lama meninggal. Dia juga sudah mengetahui tentang kejahatan yang ingin mereka lakukan kepadanya.
Ayame kemudian melanjutkan, "Karena itulah aku mulai bertingkah seperti anak laki-laki, meskipun mereka tidak terlihat senang ketika aku mulai bertingkah seperti itu, mereka masih sedikit senang, aku terus bertingkah seperti tomboi hingga akhirnya aku bertemu denganmu, Kouro."
Ayame kemudian berkata dengan nada penuh nostalgia.
"Aku ingat pertemuan pertama kita, ketika aku melihatmu berjongkok di halaman mengumpulkan bunga mawar, aku penasaran saat itu jadi aku memutuskan untuk mendekati mu dan bertanya mengapa kau melakukan itu."
Mata Ayame memantulkan ingatan tersebut memperlihatkan Kouro kecil yang sedang mengumpulkan bunga mawar, dia kemudian menatapnya sebelum berkata.
"Bunga mawar ini untuk kedua orang tuaku yang sudah meninggal. "
Ayame yang tadinya sedang bernostalgia, tiba-tiba saja berbicara dengan tenang.
"Setelah mendengar itu, aku memutuskan untuk membantumu dan setelah kita selesai, aku baru saja akan pergi, tapi kemudian kamu tiba-tiba memberikan sekuntum mawar kuning padaku sambil tersenyum polos sebelum bertanya menjadi temanku. Tahukah kamu, senyummu saat itu masih terngiang dalam ingatanku, Kouro."
"Saat itu, karena sifat tomboy ku, aku tidak memiliki teman, jadi ketika kamu menyatakan niatmu untuk menjadi teman ku, aku sangat senang."
Ayame tersenyum, mengingat kenangan masa kecilnya, Kouro melihat hal itu dan juga menatap ke depan, mengingat alasan utamanya ingin menjadi kuat dan berlatih keras.
Dia menatap tangannya yang pucat tanpa kapalan sedikitpun, Kouro masih ingat saat dia masih belum mengaktifkan sistem. Satu-satunya hal yang ada di pikirannya adalah berlatih, berlatih dan terus berlatih, membuat tubuhnya penuh dengan bekas luka dan tangan serta kakinya penuh dengan kapalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honkai Impact : The Rise Herrscher of Shadow
FanfictionBencana misterius "Honkai" telah mengikis dunia, dan manusia yang terinfeksi oleh "Honkai" telah menjadi "mayat hidup" yang tidak memiliki pikiran dan hanya memahami kehancuran. Mereka bersama dengan binatang buas "Honkai Beast" yang lahir dari Ener...